Bahasa Ibu sebagai Jembatan Literasi Anak
GH News March 10, 2025 04:06 PM

TIMESINDONESIA, BONDOWOSO – Bahasa memiliki peran penting sebagai alat komunikasi, penyampai ilmu, dan pembentuk karakter. Salah satu aspek yang sering terabaikan dalam sistem pendidikan modern adalah peran bahasa ibu.

Padahal, bahasa ibu bukan sekadar sarana komunikasi, tetapi juga menjadi penghela pengetahuan dan penumbuh rasa percaya diri bagi anak. Sayangnya, dalam banyak kasus, bahasa ibu masih dianggap kurang penting dibandingkan bahasa nasional atau bahasa asing.

Bahasa ibu adalah bahasa pertama yang dikuasai oleh anak sejak lahir. Bahasa ini memainkan peran fundamental dalam perkembangan kognitif, pemahaman konsep, serta kemampuan berpikir kritis.

Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang belajar dalam bahasa ibu memiliki pemahaman lebih baik terhadap konsep-konsep dasar dibandingkan mereka yang langsung dipaksa belajar dalam bahasa kedua. Dengan menggunakan bahasa yang sudah akrab bagi siswa, mereka dapat lebih fokus pada isi pelajaran tanpa terhambat oleh kesulitan linguistik.

Sebagai contoh, dalam pembelajaran matematika. Anak-anak yang diajarkan dalam bahasa ibu lebih mudah memahami konsep angka, operasi hitung, dan pemecahan masalah. Hal ini karena mereka dapat menghubungkan konsep-konsep tersebut dengan pengalaman sehari-hari dalam bahasa yang mereka pahami.

Sebaliknya, ketika mereka dipaksa belajar dalam bahasa yang tidak mereka kuasai dengan baik, energi kognitif mereka lebih banyak tersita untuk menerjemahkan bahasa daripada memahami materi.

Pembelajaran berbasis bahasa ibu juga memperkuat literasi awal. Anak-anak yang belajar membaca dan menulis dalam bahasa ibu cenderung memiliki perkembangan literasi yang lebih baik dibandingkan mereka yang langsung diperkenalkan dengan bahasa kedua. Ketika mereka sudah memiliki dasar literasi yang kuat, transisi ke bahasa nasional atau bahasa asing menjadi lebih mudah dan efektif.

Selain sebagai alat penghela pengetahuan, bahasa ibu juga berperan penting dalam membangun rasa percaya diri. Ketika siswa diajarkan dalam bahasa yang mereka kuasai, mereka merasa lebih nyaman, lebih berani berbicara, dan lebih aktif dalam proses pembelajaran.

Sebaliknya, jika mereka harus belajar dalam bahasa yang kurang mereka pahami, mereka cenderung diam, takut berbicara, dan kurang percaya diri dalam mengungkapkan pendapat.

Kecenderungan ini banyak terlihat dalam kelas-kelas yang mengadopsi bahasa asing sebagai bahasa pengantar. Banyak siswa mengalami kecemasan linguistik, di mana mereka merasa ragu dan takut salah dalam berbicara.

Akibatnya, mereka menjadi pasif dalam kelas, meskipun sebenarnya mereka memiliki potensi akademik yang baik. Dengan menggunakan bahasa ibu dalam tahap awal pendidikan, siswa dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis, keberanian berbicara, dan kemampuan berargumentasi dengan lebih baik.

Lebih jauh, bahasa ibu juga memiliki peran dalam membangun identitas dan kebanggaan budaya. Ketika anak-anak diajarkan dalam bahasa daerah mereka, mereka merasa dihargai dan diakui.

Mereka tidak hanya melihat bahasa ibu sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai bagian dari warisan budaya yang perlu dilestarikan. Ini penting dalam menjaga keberagaman budaya di Indonesia yang memiliki ratusan bahasa daerah.

Meskipun memiliki banyak manfaat, implementasi pembelajaran berbasis bahasa ibu masih menghadapi banyak tantangan. Salah satunya adalah kurangnya tenaga pendidik yang terlatih dalam mengajar menggunakan bahasa daerah.

Banyak guru lebih nyaman menggunakan bahasa nasional karena keterbatasan sumber daya dan kebijakan pendidikan yang belum sepenuhnya mendukung penggunaan bahasa ibu.

Ketersediaan buku dan bahan ajar dalam bahasa ibu juga masih terbatas. Banyak sekolah di daerah yang belum memiliki bahan ajar dalam bahasa daerah, sehingga pembelajaran sering kali tetap menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa asing. Akibatnya, siswa kehilangan kesempatan untuk belajar dalam bahasa yang lebih dekat dengan mereka.

Diperlukan kebijakan progresif untuk mendukung pembelajaran berbasis bahasa ibu. Guru perlu dilatih agar mampu mengajarkan mata pelajaran dengan metode efektif.

Pemerintah dan lembaga pendidikan harus menyediakan buku ajar dalam bahasa daerah serta memasukkan bahasa ibu ke dalam kurikulum, khususnya di PAUD dan SD awal. Selain itu, masyarakat, budayawan, dan akademisi perlu dilibatkan dalam pelestariannya.

Bahasa ibu memiliki peran yang sangat besar dalam dunia pendidikan, baik sebagai penghela pengetahuan maupun sebagai penumbuh rasa percaya diri.

Dengan memastikan anak-anak belajar dalam bahasa yang mereka kuasai sejak dini, kita dapat meningkatkan kualitas pendidikan, mempercepat literasi, dan membangun generasi yang lebih percaya diri dalam menghadapi tantangan global.

***

*) Oleh : Mohammad Hairul, Kepala SMPN 1 Curahdami, Bondowoso. Dewan Pakar Ikatan Guru Indonesia (IGI) Kabupaten Bondowoso.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

 

____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.