TRIBUNNEWS.COM - Kawasan tambang emas ilegal Gunung Botak di Namlea, Buru, Maluku longsor, Sabtu (8/3/2025).
Kabid Humas Polda Maluku, Kombes Aries Aminnulla mengatakan, puluhan orang jadi korban dalam kejadian ini.
"Sementara jumlah korban yang terdata 13 orang,"
"Besok (Minggu) dilanjutkan evakuasi. Jumlah korban 7 meninggal dan 6 patah tulang," paparnya, Sabtu (8/3/2025).
Ia menuturkan, longsornya tambang emas ilegal ini karena air turun deras dari atas tebing.
"Info awal sementara dari saksi pegawai warung, air turun deras dari atas tebing dan mengakibatkan longsor," ujar Kombes Pol. Areis Aminnulla saat dihubungi TribunAmbon.com.
Saat kejadian, tak ada kegiatan di tambang dan diduga para korban tengah berada di warung-warung untuk sahur.
"Karena dari saksinya dia sementara masak lalu ada suara air turun," ujarnya.
Ia menambahkan, tujuh korban yang meninggal langsung dievakuasi ke masjid terdekat.
"Dari tujuh meninggal dunia, dua sudah dimakamkan. Lima sisanya masih di Masjid,"
"Sedangkan enam orang luka-luka ada yang patah tulang juga dan sudah ada upaya perawatan," jelasnya.
Sementara itu, Kapolres Buru, AKBP Sulastri Sukidjang mengatakan, diduga ada 20 penambang ilegal yang tertimbun longsor.
Pihaknya bersama instansi terkait pun masih melakukan pencarian terhadap korban yang tertimbun.
"Saya sampaikan bahwa saat ini, rekan-rekan dari Basarnas bersama kami akan menuju TKP untuk melakukan pencarian," ujarnya, Senin (10/3/2025).
Selain itu, pihaknya juga telah memeriksa sejumlah saksi terkait longsornya tambang emas ilegal tersebut.
"Kami juga telah memeriksa para saksi," ujar Kapolres, dikutip dari TribunAmbon.com.
Ia mengimbau kepada masyarakat apabila merasa kehilangan anggota keluarga untuk segera melapor ke Polres Buru guna proses identifikasi.
Sementara itu, Sekretaris Komisi I DPRD Provinsi Maluku, Nina Batuatas mendesak penutupan tambang emas di Gunung Botak ini.
Mengutip TribunAmbon.com, tambang emas ilegal tersebut menjadi sumber petaka bagi masyarakat setempat.
Pasalnya, longsor yang terjadi pada Sabtu lalu bukanlah yang pertama kali.
“Sudah terlalu banyak korban jatuh akibat aktivitas tambang ilegal ini. Saya meminta pemerintah provinsi, Gubernur Maluku, dan juga aparat kepolisian setempat yakni Kapolres Buru untuk segera bertindak tegas,"
"Jangan hanya dengan razia sesaat, tapi harus ada langkah permanen untuk menutup tambang ilegal Gunung Botak,” katanya, Minggu (9/3/2025).
Ia pun meminta Kapolda Maluku untuk mengevaluasi jajarannya di Kabupaten Buru terkait tragedi ini.
“Mengapa tambang ilegal ini tetap beroperasi meski sudah jelas melanggar hukum? Saya kira, Kapolda Maluku jangan diam, sudah harus evaluasi kinerja jajarannya di Kabupaten Buru,” tandas Nina.
(Tribunnews.com, Muhammad Renald Shiftanto)(TribunAmbon.com, Jenderal Louis MR/Mesya Marasabessy)