TIMESINDONESIA, JAKARTA – Dalam era digital saat ini, strategi branding sekolah mengalami perubahan yang signifikan. Banyak sekolah gencar mempromosikan diri melalui flyer dan video yang selalu menyisipkan ajakan untuk mendaftar.
Namun, apakah strategi ini benar-benar efektif atau justru membosankan bagi audiens?
Banyak sekolah menggunakan media sosial untuk mempublikasikan kegiatan mereka dengan harapan menarik minat calon siswa. Sayangnya, sebagian besar konten yang diunggah selalu berisi ajakan untuk bersekolah di tempat tersebut.
Hal ini dapat memberikan kesan bahwa sekolah sedang "galau" dengan jumlah siswanya jika tidak banyak.
Menurut Kotler dan Keller (2016) dalam Marketing Management, promosi yang terlalu sering tanpa memberikan nilai tambah dapat berisiko mengalami kejenuhan audiens.
Masyarakat akan lebih tertarik pada konten yang memberikan manfaat dibandingkan sekadar ajakan untuk mendaftar.
Daripada terus-menerus menyisipkan ajakan pendaftaran. Sekolah bisa membangun branding yang lebih kuat dan berkesan dengan strategi berikut.
Pertama, Membuat konten informatif dan relevan. Konten yang memberikan nilai tambah akan lebih menarik perhatian warganet.
Beberapa ide konten yang bisa dibuat antara lain: Doa dan kutipan inspiratif, tips puasa sehat atau kiat sukses dalam belajar, dan tips sukses menjadi pengusaha atau pemimpin masa depan.
Menurut Pulizzi (2014) dalam bukunya Epic Content Marketing, konten yang informatif dan menginspirasi lebih efektif dalam membangun hubungan jangka panjang dengan audiens dibandingkan promosi langsung.
Kedua, Menampilkan visual yang menarik. Desain flyer dan video yang menarik dengan teknik fotografi dan editing yang berkualitas akan meningkatkan daya tarik konten.
Menurut studi HubSpot (2022), visual yang menarik dapat meningkatkan engagement media sosial hingga 40% lebih tinggi dibandingkan dengan konten berbasis teks saja.
Ketiga, Variasi konten yang konsisten. Sekolah bisa menyajikan konten yang beragam namun tetap konsisten dengan karakteristiknya.
Beberapa contoh konten yang bisa diproduksi antara lain misalnya, video cara mengajar guru yang inovatif, foto lingkungan sekolah yang asri dan nyaman, dan video interaksi warga sekolah yang ramah dan penuh hormat.
Menurut teori branding Aaker (1996), konsistensi dalam membangun identitas visual dan pesan merupakan kunci dalam membangun brand yang kuat dan mudah dikenali.
Masyarakat digital saat ini lebih tertarik pada konten yang memberikan manfaat dibandingkan sekadar ajakan promosi.
Dengan strategi branding yang lebih elegan melalui konten informatif, visual yang menarik, dan variasi konten yang konsisten, sekolah dapat membangun citra positif yang lebih berkesan.
Tak perlu khawatir, warganet akan tetap mengetahui keberadaan sekolah melalui media sosial yang dikelola dengan baik.
Jadi, sudah saatnya sekolah beralih dari strategi promosi konvensional ke strategi branding yang lebih cerdas dan berdaya guna.
***
*) Oleh : Astatik Bestari, Ketua 2 Dewan Pengurus Pusat Asosiasi Tutor Pendidikan Kesetaraan Nasional.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.