Dedi Mulyadi Dapat Kabar Ada Oknum BUMN yang Menyewakan Bantaran Kali Bekasi
Desy Selviany March 12, 2025 07:31 PM

WARTAKOTALIVE.COM - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengaku mendapatkan kabar bahwa ada oknum Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menyewakan lahan daerah aliran sungai (DAS) di Bekasi sehingga berdiri bangunan. 

Kabar itu disampaikan Dedi Mulyadi saat menyambangi warga di pinggiran Kali Gabus di Tambun Utara, Kabupaten Bekasi pada Rabu (12/3/2025) seperti dimuat Instagram Dedi Mulyadi. 

Dedi Mulyadi menanyakan pendapat warga perihal normalisasi Kali Bekasi. 

Warga pun setuju dengan normalisasi Kali Bekasi. Terlebih selama ini masyarakat kerap diterjang banjir setinggi 1,5 meter lantaran kali yang menyempit dengan bangunan. 

Dedi juga menyoroti dugaan adanya kabar oknum BUMN Perum Jasa Tirta (PJT) yang menyewakan tanah di kawasan DAS Bekasi, meskipun ia belum bisa memastikan kebenarannya. 

"Ini adalah kewenangan milik PJT. Saya mendapat kabar yang belum tentu kebenarannya, katanya ada oknum PJT yang menyewakan tanah di DAS," ungkapnya. 

Untuk itu, Dedi meminta pihak PJT II agar berkolaborasi dalam membenahi DAS Bekasi guna mencegah banjir di masa mendatang. 

"Mari sama-sama membenahi DAS di Bekasi. Jangan biarkan ini terjadi. Kita sebagai pejabat negara sudah berusaha dengan baik untuk membenahi DAS agar mencegah banjir terulang kembali," pungkasnya. 

Dengan adanya perhatian dari Pemprov Jawa Barat, masyarakat berharap upaya normalisasi sungai dapat segera dilakukan agar risiko banjir dapat diminimalkan.

Sebelumnya Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menyebut bahwa bantaran sungai yang dicaplok menjadi pemukiman dan pabrik menjadi penyebab banjir di Bekasi, Jawa Barat selama sepekan terakhir. 

Hal itu diketahui Dedi Mulyadi saat menyambangi proyek pengerukan Kali Bekasi atau disebut Sungai Cikeas pada Senin (10/3/2025). 

Dedi Mulyadi menyebut bahwa sungai di Bekasi kini mengalami pendangkalan yang sangat parah. 

Akibatnya daya tampung air saat hujan lebat pun tidak mencukupi dan meluber ke pemukiman warga. 

Lebih parah lagi ketika pihaknya melakukan pengerukan, proses pengerukan terhambat hingga 50 persen lantaran sejumlah bantaran sungai sudah berubah menjadi bangunan. 

Bahkan bangunan yang terdiri dari pemukiman hingga pabrik itu disebut memiliki sertifikat hak milik. 

Atas hal tersebut Dedi Mulyadi pun akan meminta Menteri ATR/BPN Nusron Wahid untuk mencabut sertifikat hak milik yang terdapat di bantaran sungai. 

Dari penampakan Youtube Kang Dedi Mulyadi Chanel terlihat penampakan Sungai Cikeas Bekasi yang mengalami pendangkangkalan. 

Bahkan di sisi sungai juga terlihat bangunan yang seharusnya menjadi lahan hijau. 

Dari pantauan Google Earth pada Selasa (11/3/2025) terlihat sebagian bantaran Sungai Cikeas sudah dipenuhi bangunanan.

Bukan hanya bangunan pemukiman, pabrik-pabrik pun terlihat dibangun di dekat Sungai Cikeas Bekasi. 

Beberapa pabrik bahkan memiliki dermaga kapal yang mengarah ke sungai. 

Dimuat Harian Kompas pada 8 November 2018 warga di sekitar pertemuan Sungai Cikeas dan Sungai Cileungsi memang sudah terancam banjir sejak lama. 

Pasalnya, wilayah tersebut mengalami sedimentasi sungai dan pengeroposan tanggul. Perawatan dan penataan sungai menjadi hal mendesak yang perlu dilakukan.

Ketua Komunitas Peduli Sungai Cileungsi-Cikeas Puarman mengatakan, perawatan dengan pengerukan dan penguatan tanggul sungai amat dibutuhkan di wilayah tersebut untuk mengatasi pendangkalan. 

”Saat ini pendangkalan sudah luar biasa karena terakhir dikeruk tahun 1973,” katanya saat dihubungi di Bogor, Rabu (7/11/2018).

Tanggul yang terdapat di sekitar wilayah tersebut adalah tanggul sisa dari pengembang perumahan. Tanggul yang dibangun saat itu adalah tanggul instan yang saat ini sudah mengalami pengeroposan. Pembuatan tanggul permanen menjadi salah satu solusi.

”Selain itu, ada yang miring dan bocor, akhirnya rawan roboh,” ujar Puarman.

Menurut dia, solusi lainnya adalah membangun pintu pengendali air di daerah Kota Wisata untuk menahan aliran. 

Sebab, kedalaman sungai di wilayah itu berkisar 40-50 meter dengan tanah cadas. Hal itu penting karena banjir yang kerap melanda kawasan tersebut merupakan kiriman dari hulu Sungai Cileungsi dan Cikeas.

Saat akan meninjau lokasi pertemuan sungai tersebut, Kompas menanyakan lokasi rawan banjir kepada warga yang menghuni area di sepanjang Sungai Cileungsi. Setidaknya ada lima warga yang mengarahkan menuju kawasan di sekitar Vila Nusa Indah 1 dan Pondok Gede Permai. Mereka sepakat bahwa daerah tersebut paling rawan banjir.

Lokasi pertemuan sungai tersebut memang tepat berada di perbatasan dua perumahan.

Luas daerah aliran Sungai Cileungsi sebesar 26.500 hektar, sedangkan Sungai Cikeas 11.350 hektar. Pertemuan tersebut membentuk sungai baru, yaitu Kali Bekasi.

 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.