Cuan! Petani Semangka dan Cabai Raup Untung Rp 7,5 Juta Tiap Panen
GH News March 15, 2025 03:05 PM

Kembangkan semangka dan cabai dengan ilmu agrikulturnya, petani ini berhasil raih kesuksesan. Sekali panen ia meraup untung hingga Rp 7,5 juta.

Menjalani setiap profesi dengan dedikasi dan komitmen yang kuat takkan mengkhianati hasilnya. Bahkan pekerjaan yang kerap dilihat sebagai profesi yang nyaman belum tentu akan memberikan hasil yang menjanjikan.

Pembuktiannya dapat dilihat dari sekian banyak orang yang alih profesi sebagai seorang petani. Beberapa waktu lalu sempat ramai dibicarakan ketika ada profesor yang nekat memutuskan untuk menjadi petani jamur tiram.


Berawal dari niat baiknya membantu orang tua yang sedang sakit dan butuh makanan sehat, ia berujung sukses dan raup untung hingga jutaan rupiah. Hal serupa juga terjadi pada seorang mantan guru honorer.

Cuan! Petani Semangka dan Cabai Raup Untung Rp 7,5 Juta Tiap Panen

Nitul Saikia, pria berusia 36 tahun yang dilaporkan oleh Krishi Jagran (13/3) mulai mendedikasikan hidupnya pada bidang agrikultur sejak 2013. Sebelum menjadi seorang petani, Saikia berprofesi sebagai guru honorer pada 2011.

Ia hanya bertahan 2 tahun di dunia pendidikan hingga akhirnya menantang diri untuk alih profesi sebagai petani. Awalnya ia mencoba menanam sayuran seperti kol, kembang kol, dan berbagai sayuran lainnya.

Namun hasilnya tak begitu baik, sampai-sampai ia memutuskan untuk mengganti ke tanaman lain. Semangka dan cabai organik dipilihnya untuk ditanam pada lahan seluas 1,25 hektar dan mengelolanya bersama petani lain.

Tak disangka hasil panen semangka dan cabainya pada tahun lalu sempat menyentuh angka 220 kuintal. Setelah dijual ia mendapatkan untung bersih hingga Rp 7,5 juta dalam satu kali panen.

Cuan! Petani Semangka dan Cabai Raup Untung Rp 7,5 Juta Tiap Panen

Tidak hanya keuntungan yang besar dalam 12 tahun menjadi petani ia juga telah berhasil memperluas lahannya. Kini total lahan yang dimilikinya sudah 7 kali lipat dibandingkan lahan 1,25 hektar yang dimilikinya pada awal merintis.

Keunikan dari metode penanaman Saikia ialah mengandalkan metode organik dan penanaman berkelanjutan. Ia tidak menggunakan pupuk berbahan kimia atau penyubur tanaman selain kotoran sapi.

Lahan pertaniannya yang berlokasi di Assam, India juga telah diuntungkan secara alami dengan kandungan tanah yang memiliki kesuburannya sendiri. Metode ini dipelajari sendiri oleh Saikia secara perlahan dari waktu ke waktu.

Namun bukan berarti dirinya tak pernah mengalami kegagalan, lahannya pernah diterjang badai hingga mengalami gagal panen sampai 70%. Sejak saat itu ia belajar bahwa pupuk dan penyubur hanya boleh digunakan ketika cuaca sedang tidak bersahabat guna menguatkan akar dan tanaman di lahannya.

Upayanya ternyata mendapat perhatian dari Departemen Agrikultur di negaranya, Saikia diberi penghargaan berupa 200 gram benih untuk membantunya kembali bangkit saat gagal panen. Diakui oleh Saikia sejak saat itu dirinya berbenah mulai dari pembibitan, pemupukan, hingga cara memperbaiki sistem irigasi untuk menyelamatkan hasil kebunnya.





© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.