BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Kegiatan olah fisik seperti seni tari secara tidak langsung dapat membantu anak untuk belajar menjadi pribadi yang memiliki fisik prima dan mental sehat.
Dengan menari tubuh anak menjadi lebih lentur, kordinasi pikiran dan gerakannya lebih terkontrol, postur tubuhnya lebih bagus dan mengurangi risiko obesitas dini.
Adapun secara mental, manfaat menari pun dapat memberikan resultan yang baik untuk emosional anak, sosial, dan kognitif.
Manfaat menari untuk kesehatan fisik dan mental itu sudah dirasakan Andreanauly Vhanda Rifani, bocah kelas 2 SD.
Drea, demikian nama panggilan bocah putri yang bersekolah di SDIT Qurrata A'yun Kandangan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) ini.
Drea adalah putri dari Hilman Rifani dan Ribka Uly Sihombing, warga Kandangan. Diakui sang ibu,
Disyukuri, ternyata gadis cilik kelahiran Banjarmasin 22 November 2016 ini menikmati aktivitas modeling dan menari, bahkan menari menjadi hobinya.
Selain latihan di sanggar, Drea juta ikut ekskul menari di sekolah dengan durasi seminggu sekali. Ia pun sering tampil mengisi acara perpisahan maupun acara pentas seni.
Terkini, dengan postur yang sudah sesuai sebagai model cilik, Drea berhasil terpilih sebagai Galuh Banjar Cilik Wakil 4 dan Duta Muslimah Tabalong 2025.
Prestasi tersebut adalah bonus bagi praktisi model dan menari, selain meraih manfaat lain yaitu kelas model dan tari dapat membantu anak-anak yang perlu meningkatkan keterampilan sosial mereka untuk berkomunikasi lebih baik, belajar bekerja sama dalam tim, dan mengembangkan rasa kerja sama dan kepercayaan yang lebih kuat.
Mereka akan mendapatkan teman baru dan tumbuh dalam rasa percaya diri, karena mereka tahu bahwa mereka adalah bagian dari sebuah tim dan mereka cocok dengan kelompoknya.
Selama ini Drea anaknya ceria, tidak banyak omong, tapi mudah diatur oleh orangtuanya. Contoh adalah soal berat badan yang dulu menjadi masalah bagi dirinya, karena masu mengikuti aturan dengan mengikuti kelas model dan tari maka ia merasakan hasilnya, turun berat badan dan meraih prestasi.
Begitu ketika kecil diajarkan beberapa pekerjaan rumah yang bisa ia lakoni sesuai usianya. Misal, mengembalikan mainan ke tempat asalnya, menara sepatunya, belajar mandiri sendiri dan sebagainya.
"Pulang sekolah pukul 15.00 Wita, biasanya dia segera mandi supaya badan menjadi bersih dan segar, itu tanpa disuruh tapi karena kebiasaan," terang sang ibu, Ribka.
Begitupula dikenalkan dengan tanggungjawab dan mengayomi, sehingga terhadap adik lelakinya yang berusia lima tahun ia bisa menjaga adik.
"Ketika saya tidak ada di samping adiknya, maka Drea yang kemudian menjaga adik, dia paham apa yang harus dilakukan saat adik melakukan sesuatu yang membahayakan, bahkan sigap menegur adiknya," tandas Ribka. (Salmah saurin)