Dari 1.400 pasien berusia di bawah 40 tahun, 968 di antaranya berusia 30 hingga 39 tahun. Sementara pada usia 20 hingga 29 tahun tercatat 446 kasus yang mengidap kanker kolorektal.
Menurut dr Sulpiana, kanker kolorektal bisa disebabkan faktor genetik maupun gaya hidup tidak sehat. Faktor genetik muncul ketika yang bersangkutan juga memiliki riwayat keluarga pengidap kanker.
Sementara terkait gaya hidup, pemicunya banyak berkaitan dengan minimnya aktivitas fisik hingga pola makan tidak seimbang.
"Hal itu yang berkontribusi signifikan dalam meningkatkan risiko kanker kolorektal pada usia muda," ujar dia dalam keterangan tertulis, dikutip Senin (17/2/2025).
dr Sulpiana mewanti-wanti untuk mewaspadai gejala yang juga kerap diabaikan. Bisa dari perubahan pola buang air besar yang ditandai dengan munculnya darah dalam feses, nyeri atau kram pada perut, menurunnya berat badan tanpa alasan yang jelas, juga mudah kelelahan.
Peluang kesembuhan pasien kanker kolorektal lebih tinggi bila ditemukan pada stadium awal. Agar menghindari risiko tersebut, dr Sulpiana menyarankan untuk melakukan skrining dengan kolonoskopi sebelum usia 40 tahun. Terutama pada mereka dengan riwayat kanker kolorektal dalam keluarga, juga individu dengan riwayat Irritable Bowel Syndrome (IBS).
Pola makan tinggi serat, termasuk mengonsumsi buah, sayuran, dan mengurangi asupan daging merah serta makanan olahan menjadi langkah utama untuk mencegah kanker kolorektal.
"Tak lupa, lakukan aktivitas fisik secara teratur untuk menjaga berat badan ideal dan kesehatan usus," pungkasnya.