TRIBUNNEWS.COM - Menteri Pertahanan Ukraina, Rustem Umerov mengatakan Ukraina kembali mengerahkan pasukannya ke garis pertahanan yang lebih menguntungkan di wilayah Kursk di Rusia.
Ia juga membantah laporan bahwa ribuan prajurit Ukraina terkepung di Kursk dan mengatakan informasi tersebut adalah salah.
"Pasukan pertahanan kami terus melakukan tindakan defensif dan menjaga sejumlah kilometer wilayah musuh di bawah kendali," kata Rustem Umerov, Minggu (16/3/2025).
"Untuk menjaga tingkat kesiapan pasukan dan pasukan tertentu, kami melaksanakan pengerahan ulang yang direncanakan ke garis pertahanan yang lebih menguntungkan, tetapi pada tahap ini, tidak ada satu pun unit pasukan pertahanan yang dikepung dan pernyataan tentang ribuan prajurit Ukraina yang dikepung tidak benar," lanjutnya.
Menurutnya, pada musim gugur lalu, selama pertemuan puncak BRICS, tersebar informasi tentang dugaan pengepungan beberapa prajurit Ukraina di Kursk namun informasi tersebut tidak disertai bukti, seperti diberitakan Pravda.
Ia menilai informasi baru-baru ini yang mengatakan pasukan Ukraina terkepung di Kursk adalah lanjutan dari propaganda Rusia.
"Oleh karena itu, ini merupakan kelanjutan dari propaganda. Namun, kami akan melanjutkan operasi pertahanan aktif dengan tindakan ofensif di sisi-sisi kelompok operasional musuh untuk mencegah invasinya ke wilayah kami," kata Rustem Umerov.
Pada pekan lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin meminta pasukan Ukraina yang terkepung di Kursk untuk menyerahkan diri.
"Jika mereka meletakkan senjata dan menyerah, pasukan Ukraina di wilayah Kursk akan dijamin kehidupan dan perlakuan yang layak sesuai dengan norma hukum internasional dan hukum Federasi Rusia," kata Putin dalam pidato yang disiarkan televisi, Jumat (14/3/2025).
Putin mengatakan tentara Ukraina melakukan banyak kejahatan terhadap warga sipil di wilayah Kursk.
Namun, ia menekankan Rusia menanggapi permintaan Donald Trump untuk melindungi pasukan Ukraina yang terkepung di Kursk.
"Pada saat yang sama, kami menanggapi seruan Presiden Trump mengenai tentara-tentara ini karena alasan kemanusiaan," katanya, seperti diberitakan The Moscow Times.
Sebelumnya, Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina membantah klaim tentang pengepungan unit Ukraina di wilayah Kursk.
Klaim tersebut sebelumnya disampaikan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Sebelumnya, Panglima Angkatan Bersenjata Ukraina, Oleksandr Syrski, mengisyaratkan pasukannya ditarik mundur dari Kursk untuk meminimalkan kerugian.
“Dalam situasi yang paling sulit, prioritas saya adalah menyelamatkan nyawa tentara Ukraina. Untuk tujuan ini, unit-unit pasukan pertahanan, jika perlu, akan bermanuver ke posisi yang lebih menguntungkan,” kata Oleksandr Syrski, Rabu (12/3/2025), dikutip dari The Guardian.
Penarikan tersebut terjadi setelah Rusia meluncurkan serangan balasan terhadap pasukan Ukraina yang menduduki sebagian wilayah Kursk.
(Yunita Rahmayanti)