Kurangi Gunungan Sampah di Gili Trawangan, Dinas LH KLU Tingkatkan Pengolahan Sampah di TPST
GH News March 17, 2025 09:06 PM

TIMESINDONESIA, LOMBOK UTARA – Berbagai langkah yang dilakukan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Utara (Dinas LH KLU) dalam pengelolaan sampah di kawasan wisata Gili Trawangan

Salah satunya menempatkan mesin pencacah sampah di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Gili Trawangan. "TPST Gili Trawangan hingga sekarang tetap berjalan. Dan kami sudah menempatkan mesin pencacah sampah sebagai cara meningkatkan pengelolaan sampah di sana," ungkap Kabid Persampahan dan Limbah B3, Dinas LH KLU, Samsul Hadi kepada TIMES INDONESIA, Senin (16/3/2025).

cara-kerja-mesin-pencacah-sampah.jpg

Kabid Persampahan dan Limbah B3, Samsul Hadi melihat cara kerja mesin pencacah sampah di TPST Trawangan. (FOTO: Hery Mahardika/TIMES Indonesia)

Ia menerangkan, mesin pencacah sampah berfungsi untuk mengurangi tumpukan sampah yang selama ini menggunung di lokasi. Sampah yang dipungut dari hulu yang tidak bisa diolah sekarang sudah diolah setelah adanya mesin pencacah ini.

"Plastik, beling bisa dicacah kemudian diolah menjadi batako, paving blok," terangnya.

Dengan adanya mesin ini dapat membantu mempercepat memilah sampah organik dan non organik. 

Pengolahan TPST dijalankan oleh BLUD Persampahan bekerja sama dengan Kelompok Swadaya Masyarakat Forum Masyarakat Peduli Lingkungan (KSM FMPL) Trawangan. "Operasional mesin pencacah ditugaskan dua orang di sana yang dibiayai dinas. Sementara pemungutan sampah dari sumber dikelola oleh KSM," jelasnya. 

Hasil batako dan paving blok dari mesin pencacah saat ini belum bisa dikomersilkan, masih digunakan kalangan sendiri, sebab baru mulai pada tahun ini. 

Yang terpenting saat ini menurut Samsul, memberikan dampak pengurangan gunungan sampah. Di Gili Trawangan jumlah sampah harian itu 10-12 ton, pada musim wisatawan ramai meningkat 20 ton per harinya. Sementara kemampuan KSM mengelola sampah sebelum ada alat 2-3 ton, setelah ada alat bisa mengolah 15 ton. 

"Ini mengurangi tumpukan sampah yang menggunung di kawasan wisata Trawangan," katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas LH KLU, Rusdianto mengatakan, apa yang dilakukan oleh jajarannya dalam mengoptimalkan pengolahan sampah di Gili Trawangan tidak bisa berjalan sendiri. Harus ada kerja sama dengan masyarakat di sana, salah satunya terbentuk KSM FMPLU tersebut. 

"Inilah yang kita inginkan bahwa masyarakat peduli terhadap kondisi lingkungannya," katanya.

Perhatian pemerintah daerah terhadap sampah di kawasan wisata terus ditingkatkan. Peralatan di TPST Trawangan ditingkatkan, pemberian sarana pengangkut sampah motor roda tiga di Gili Air yang bersumber dari Dinas Pariwisata. Hal ini sebagai bentuk sinergi antara pihak pariwisata dan pihak kebersihan, sebab keberlanjutan pariwisata tergantung dari kebersihan lingkungan yang asri, dan nyaman.

"Bila sebaliknya lingkungan rusak, kotor, dan tercemar maka orang berpikir berwisata ke KLU," katanya.

Di Trawangan memang di pihak ketigakan, belum maksimal namun ada peningkatan. Dari pengelolaan, dari sampah organik sudah diubah menjadi bahan kompos, sudah diberikan peralatan otomatis yang memisahkan antara sampah plastik dan organik. 

"Di sana juga diproduksi paving dari kertas namun belum optimal. Masih mencari semacam pola operasional," terangnya.

Terkait timbunan sampah harian, pihaknya akan bertahap akan mengelola sampah yang eksistensi dengan sampah sekarang. "Mudahan kita segera mengadakan mini excavator. Kami sudah mengalokasikan sebesar Rp500 juta," tutupnya. (*)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.