10 Ucapan dan Ajaran Hidup Sunan Kalijaga, Wali Songo yang Pernah Jadi Robin Hood Tanah Jawa
Moh. Habib Asyhad March 19, 2025 02:34 PM

Ucapan-ucapan bijak dari Sunan Kalijaga masih terus diresapi hingga sekarang. Siapa sangka Wali Songo kelahiran Tuban ini pernah jadi berandal di masa mudanya.

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com -Jika Inggris punya Robin Hood, di Jawa ada Berandal Lokajaya. Persamaan keduanya: mencuri harta si kaya untuk dibagi-bagikan kepada si miskin.

Kelak, Berandal Lokajaya beralih rupa menjadi Wali Songo kharismatik yang dikenal sebagai Sunan Kalijaga.

Selain sepak terjangnya dalam menyebarkan agama Islam di Tanah Jawa, yang juga dikenal dari Wali Songo kelahiran Tuban ini adalah ucapan-ucapannya.

Riwayat Sunan Kalijaga

“Ada sebuah episode dalam kehidupan Sunan Kalijaga, yang boleh kita sebut sebagai episode Brandal Lokajaya,” tulis Seno Gumira Ajidarma dalam tulisannya berjudul “Sunan Kalijaga Wali Yang Orisinal”, tayang di buku Sembilan Wali dan Siti Jenar diterbitkan Majalah Intisari.

Berandal Lokajaya adalah episode ketika Raden Syahid, putra Adipati Tuban Tumenggung Wilwatikta, belum mendapat pencerahan dan bergelar Sunan Kalijaga. Ketika masih muda, Raden Syahid dikenal sebagai sosok yang kritis terhadap kemiskinan di sekitarnya.

Karena itulah dia menjadi “Maling Budiman” — laiknya Robin Hood dari Inggris – merampok harta si kaya untuk dibagikan kepada mereka yang miskin dan papa. Tapi ada juga yang menyebut bahwa watak Raden Syahid muda memang bejat.

Suatu ketika, Berandal Lokajaya ingin merampok seorang sepuh yang ternyata adalah Sunan Bonang. Pria saleh ini disebut punya tongkat berlapis emas. Tapi setelah diambil, ternyata itu hanya kuningan biasa. Raden Syahid pun mengembalikannya lagi.

Sunan Bonang kemudian berkata, jangan menganggap remeh yang tampaknya sederhana, dan dia perlihatkan betapa tongkat itu mampu mengubah buah aren menjadi emas. Dengan bernafsu, Raden Syahid memanjat untuk mengambil buah-buah emas itu, yang ternyata berubah menjadi buah hijau kembali.

Saat itulah Raden Syahid sadar akan kerendahan derajat hidupnya. Dia lantas menyatakan ingin berguru kepada Sunan Bonang, bukan untuk bisa mengubah buah menjadi emas, melainkan untuk belajar "ilmu-ilmu".

Sunan Bonang lantas menancapkan tongkatnya di tanah, dan meminta Raden Syahid tafakur di sana sambil menjaga tongkatnya itu, sebelum akhirnya berlalu untuk membantu Raden Patah membangun kerajaan Demak.

Peristiwa itu berlangsung di tepi sungai, dan dan ketafakurannya selama bertahun-tahun di sana Raden Syahid mendapat nama sebutannya, Sunan Kalijaga.

Dikisahkan,selama tafakur Raden Syahid berhasil menghayati arti kehidupan, dan ketika Sunan Bonang kemudian menemuinya kembali (sangat terkenal ilustrasi tentang akar-akaran yang sudah meliputi seluruh tubuh Raden Syahid) segeralah dia diberi pelajaran, yang isinya bisa dirujuk dalam Suluk Linglung Sunan Kalijaga yang ditulis Iman Anom pada 1884, dan telah diterbitkan dalam bahasa Indonesia oleh Balai Pustaka pada 1993.

Dalam "suluk linglung" itu juga dikisahkan pertemuan Sunan Kalijaga dengan Nabi Khidir di tengah samudera ketika akan beribadah haji ke Mekah, yang sangat mirip dengan cerita wayang Dewaruci, bahwa untuk mendapatkan pencerahan seseorang cukup memasuki dirinya sendiri, yang dalam dirinya merupakan alam luas tak berbatas.

Kisah ini, dengan berbagai perbedaan versi yang tidak mengubah alur, sangat terkenal, dan merupakan "sejarah" paling pokok dari pembangunan karakter Sunan Kalijaga:

"Bahwa selalu ada segi-segi 'kebadungan' dalam diri Sunan Kalijaga—justru sesuatu yang sangat penting dalam kelanjutan sejarah penyebaran Islam di Jawa, seperti yang disebut-sebut sebagai 'perdebatan' dengan para wali lain untuk mempertahankan warisan tradisi Hindu-Buddha dalam kesenian sebagai sarana berdakwah, yang tentu tidak begitu saja bisa segera diterima oleh para sunan yang sangat teguh dalam syariat agama."

Dalam kompromi dengan para Wali Songo lainnya, Sunan Kalijaga dengan kreatifnya mengubah boneka wayang kulit yang semula tiga dimensi menjadi pipih dua dimensi (supaya tidak seperti patung, yang di Saudi Arabia masa itu tentu identik dengan berhala), serta memanfaatkan segala sarana pertunjukannya seperti layar yang putih dan kosong, blencong, bayang-bayang, posisi penonton di depan atau di belakang layar, dan wayang kulit itu sendiri untuk berfilsafat dan berdakwah, menyampaikan ajaran agama Islam dengan cara yang dipahami dan disukai oleh masyarakat Jawa.

Bukankah pertanyaan sederhana seperti, "Kalau wayang digerakkan oleh dalang lantas siapa yang menggerakkan dalang?", akan sangat mudah mengundang renungan atas kekuasaan Tuhan

Orisinalitas dalam pemikiran Sunan Kalijaga untuk mempertahankan lokalitas jelas merupakan kontribusi penting bagi kemandirian identitas budaya Islam di Jawa, dulu maupun sekarang. Harus disebutkan, bahwa penghubungan antara sunan dan wayang juga tidak berdasarkan bukti historis.

Ucapan dan ajaran hidup Sunan Kalijaga, Wali Songo yang terkenal akan orisinalitasnya

Sebagaimana disebutkan di awal, selain kisah hidupnya, yang menarik dari Sunan Kalijaga adalah ucapan-ucapan dan ajaran hidupnya. Sebagaimana disebutkan di bawah ini:

1. Urip Iku Urup (Hidup itu nyala, hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi orang lain di sekitar kita, semakin besar manfaat yang bisa kita berikan tentu akan lebih baik.)

2. Memayu Hayuning Bawana (Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan; serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak.)

3. Suro Diro Joyo Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti (Segala sifat keras hati, picik, angkara murka, hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar.)

4. Ngluruk Tanpo Bolo, Menang Tanpo Ngasorake, Sekti Tanpo Aji-Aji, Sugih Tanpo Bondo (Berjuang tanpa membawa massa, menang tanpa merendahkan dan mempermalukan, berwibawa tanpa mengandalkan kekuatan, kaya tanpa didasari kebendaan.)

5. Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan (Jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri, jangan sedih manakala kehilangan sesuatu.)

6. Ojo Gumunan, Ojo Getunan, Ojo Kagetan, Ojo Aleman (Jangan mudah terheran-heran, jangan mudah menyesal, jangan mudah terkejut-kejut, jangan mudah kolokan atau manja.)

7. Ojo Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadoyan Lan Kemareman (Jangan terobsesi atau terkurung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan kebendaan dan kepuasan duniawi.)

8. Ojo Kuminter Mundak Keblinger, Ojo Cidro Mundak Ciloko (Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah, jangan suka berbuat curang agar tidak celaka.)

9. Ojo milik barang kang melok, aja mangro mundak kendho (Jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, dan indah! Jangan berfikir mendua agar tidak kendor niat dan kendor semangat!)

10. Ojo Adigang, Adigung, Adiguno (Jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti.)

Itulah riwayat dan ucapan Sunan Kalijaga yang terkenal, yang bisa digunakan sebagai pedoman dalam menjalani hidup yang penuh dengan liku ini.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.