Inilah Sejumlah Temuan Accenture Technology Vision 2025: Era Baru AI
Cakrawala Gintings March 22, 2025 06:34 PM

Akhir bulan lalu di Jakarta Accenture Indonesia membagikan sejumlah temuan kunci dari Technology Vision 2025. Accenture Technology Vision diklaim berulang kali memberikan hasil yang akurat dus edisi terbaru ini bisa menjadi masukan bagi para organisasi di Indonesia untuk tahun ini dan ke depan. Secara garis besar, Accenture Technology Vision 2025 menyampaikan bahwa AI (artificial intelligence) memasuki era baru dengan beralih dari alat yang memungkinkan otomatisasi menjadi bertindak otonom atas nama manusia.

Accenture menjelaskan Technology Vision sebagai suatu tinjauan sistematis di seluruh lanskap korporasi untuk mengidentifikasi aneka tren teknologi yang sedang berkembang yang akan memberikan dampak terbesar bagi para perusahaan, lembaga pemerintah, dan organisasi lainnya pada tahun-tahun mendatang. Khusus Accenture Technology Vision 2025, jangka waktu yang dimaksud adalah 3 sampai 7 tahun ke depan.

“Hanya ingin menyoroti beberapa hal penting yang ada dalam laporan ini. Pertama dan terpenting adalah deklarasi otonomi. Ketika artificial intelligence makin maju, makin meluas, Anda akan melihat bahwa AI memberikan otonomi yang lebih besar dengan setiap fungsi yang disentuhnya. Jadi, itulah poin nomor satu,” ujar Jayant Bhargava (Country Managing Director, Accenture Indonesia).

“Kedua, adalah otak kognitif. Dengan makin dan makin banyaknya organisasi yang menerapkan artificial intelligence di seluruh organisasi dan mengembangkan otak kognitif, ini akan memungkinkan sistem-sistem untuk mendorong pengambilan keputusan dan itu akan menjadi suatu perubahan kunci. Ketiga, dan mungkin poin yang paling penting, adalah kepercayaan, baik secara emosional maupun kognitif,” sambungnya.

Terdapat empat temuan kunci dari Accenture Technology Vision 2025 yang dibagikan. Keempat temuan kunci itu adalah ledakan besar biner (the binary big bang); wajah Anda, pada masa depan (your face, in the future); ketika para LLM mendapatkan badannya (when LLMs get their bodies); dan lingkaran pembelajaran yang baru (the new learning loop). Khusus para perusahaan, temuan-temuan ini bisa membantu mereka perihal bisnis ke depannya: bisa mendorong bisnis mereka lebih baik.

Ledakan Besar Biner

Ledakan besar biner merujuk pada perkembangan aneka (AI) language model bersama agentic (AI) system yang diyakini akan meningkatkan secara signifikan kemampuan berbagai organisasi dalam mengembangkan peranti lunak dan ekosistem digital, juga dalam hasil. Perkembangan yang dimaksud mengubah cara organisasi dalam membuat peranti lunak dan ekosistem digital serta dipercaya Accenture akan melipatgandakan hasil, mendorong batas akan siapa yang bisa mengembangkan, dan mendorong batas penggunaan.

“Pembeda utama sekarang agentic adalah kemampuan interpretasi, reasoning, sama autonomous,” sebut Budiono (Managing Director, AI Lead, Accenture Indonesia). “Misalnya kalau kita mau meng-upload gambar, kita pingin logo di gambarnya dihilangin, sama kita pingin resolusinya dibesarin, logonya dihilangin, resolusinya dibesarin, di, di ini dong dibuatin gitu ya [ke agentic AI], kita tinggal ngupload gambar aslinya.”

“Yang dilakukan oleh model yang sekarang disebut agentic itu adalah dia punya reasoning dan men-generate step-nya sendiri. Satu dia bilang saya akan bikinkan program untuk bisa me, me, me, mengetahui gambar ini tentang apa. Dua dia akan membuat program untuk menghilangkan logonya. Ketiga dia akan membuat program untuk membesarkan resolusinya,” jelas Budiono. “Makanya ini men-disrupt bagaimana nanti software development maupun digital ecosystem yang ada di Indonesia maupun dunia.

Seperti teori ledakan besar alam semesta, perkembangan AI tersebut bisa dibilang sebagai ledakan besar teknologi digital yang notabene biner. Pasalnya, seperti teori ledakan besar alam semesta yang secara teori mengubah susunan alam semesta, perkembangan AI yang dimaksud mengubah cara membuat, menggunakan, dan beroleh hasil teknologi digital.

Adapun temuan khusus Indonesia yang dikemukakan adalah:

  • Sejumlah 29% eksekutif mengantisipasi peningkatan signifikan dalam penggunaan agen-agen AI oleh organisasi mereka dalam 3 tahun ke depan.
  • Sebanyak 76% eksekutif setuju bahwa para agen AI akan membuat organisasi mereka menemukan cara-cara baru untuk membangun sistem-sistem digital.

Wajah Anda, pada Masa Depan

Wajah Anda, pada masa depan maksudnya adalah diferensiasi ketika seluruh — banyak — organisasi menggunakan teknologi digital yang serupa, menggunakan AI yang serupa, sehingga keunikan/kepribadian yang dihasilkan bisa menjadi wajah organisasi. Sentuhan pribadi, suara yang unik, dan individualisasi diyakini menjadi kunci untuk membangun kesetiaan dan kepercayaan para pengguna/pelanggan terhadap suatu organisasi/perusahaan.

Dengan teknologi digital yang serupa, AI yang serupa, pengalaman pengguna yang dihadirkan aneka organisasi bisa serupa. Oleh karena itu, suatu organisasi perlu untuk melakukan diferensiasi pengalaman pengguna yang membedakannya dengan organisasi-organisasi lain. Suatu organisasi misalnya bisa menyetel teknologi digital yang digunakan, AI yang digunakan, untuk memberikan hal-hal yang diyakini bisa menghadirkan pengalaman pengguna yang berbeda serta membangun kesetiaan dan kepercayaan para pengguna.

Satu yang bisa dibilang paling disorot Accenture adalah AI yang dipersonifikasikan (personified AI). Accenture menyebutkan AI yang dipersonifikasikan bisa menghadirkan pengalaman pengguna yang baru, serta memungkinkan suatu hubungan antara sebuah organisasi dengan para pengguna seperti yang belum pernah dilihat. Dengan AI yang dipersonifikasikan, suatu AI tidak hanya menjadi alat di belakang layar, melainkan juga menjadi persona dari suatu organisasi, suatu merek, maupun suatu produk di depan layar.

Misalnya pada social commerce, alih-alih manusia yang membuat konten dan menjawab pertanyaan maupun komentar, AI dengan persona tertentu yang melakukannya. Suatu organisasi bisa menggunakan AI dengan persona yang berbeda untuk produk yang berbeda: AI dengan persona A untuk produk pertama, AI dengan persona B untuk produk kedua, AI dengan persona C untuk produk ketiga, dan seterusnya.

Sejalan dengan para organisasi mulai membangun otak-otak digital kognitif AI (AI cognitive digital brains), mereka dapat mengodekan nilai-nilai dan persona mereka ke dalamnya. Otak digital kognitif AI adalah otak digital yang meniru proses berpikir manusia (cognitive AI). Sementara otak digital, bisa dibilang sebagai sistem saraf pusat untuk organisasi, otak organisasi. Otak digital kognitif AI sebuah organisasi memberdayakan agen-agen AI dengan pengetahuan penuh tentang organisasi dan membantu membangun wajah organisasi.

Adapun temuan spesifik Indonesia yang dikemukakan sebagai berikut:

  • Sebesar 68% eksekutif setuju bahwa para chatbot dengan respons yang terdengar sama menciptakan tantangan bagi para organisasi untuk melakukan diferensiasi.
  • Sejumlah 91% eksekutif menyatakan bahwa membangun atau mempertahankan suatu kepribadian yang konsisten akan menjadi penting atau sangat penting bagi para agen AI yang berhadapan dengan para pengguna/pelanggan selama 3 tahun ke depan.
  • Sebanyak 75% eksekutif setuju bahwa organisasi/perusahaan mereka perlu secara proaktif membangun kepercayaan antara para pengguna/pelanggan dengan AI-AI yang dipersonifikasikan.
  • Sejumlah 74% eksekutif setuju bahwa interaksi percakapan menggunakan AI generatif akan menjadi cara untuk mengumpulkan konteks suatu pengguna/pelanggan yang relevan.

Ketika Para LLM Mendapatkan Badannya

Ketika para LLM mendapatkan badannya merujuk pada para robot yang ditenagai oleh berbagai LLM (large language model) sehinga mereka memiliki kemampuan yang lebih tinggi. Suatu robot yang ditenagai LLM tidak lagi merupakan sebuah robot yang diprogram secara linier dan memiliki satu tujuan, melainkan menjadi sebuah mesin serbaguna yang bisa bernalar.

“Kalau dulu mungkin robot itu cuma bisa melakukan repetitive task, dari A ke B. Kalau dilihat di manufacturing com, company ya misalnya, bikin mobil, robot-robot itu cuma bisa melakukan dulunya ngecet, ngecet spesifik bagian dari mobil. Kalau sekarang kita juga bantuin, klien kami yang di luar, kita bikin teknologi robot itu jadi seperti, not really like a person, humanoid, tapi lebih ke arah dia bisa menggantikan, membantu orang,” jelas Retno Kusumawati (Managing Director, Technology Lead, Accenture Indonesia).

“Begitu orang itu absen, oh tolong dong bantuin nih untuk dia [ke robot] misalnya pasang the dashboard part. Jadi, hal-hal itu yang akan sangat membantu kita ya,” tambah Retno sambil menyebutkan ke depannya para robot yang dimaksud akan tambah canggih. “Robot-robot tidak hanya akan melakukan tugas yang repetitif, melainkan lebih kepada bagaimana mereka dapat berinteraksi dengan kita dan membantu kita.”

Adapun temuan khusus Indonesia yang diungkapkan adalah:

  • Sebesar 75% eksekutif setuju bahwa organisasi mereka melihat adanya harapan akan para robot yang mudah beradaptasi dan cerdas.
  • Sebanyak 84% eksekutif percaya bahwa komunikasi dengan bahasa alami akan meningkatkan kepercayaan dan kolaborasi antara para manusia dan robot.
  • Sejumlah 70% eksekutif setuju bahwa para organisasi perlu mempertimbangkan dimensi prinsip-prinsip AI yang bertanggung jawab ketika para robot digunakan dalam dunia fisik/nyata.

Lingkaran Pembelajaran yang Baru

Lingkaran pembelajaran yang baru berhubungan dengan AI generatif yang memiliki karakteristik berbeda dengan teknologi otomatisasi sebelumnya: AI generatif bisa belajar. Kini banyak organisasi yang menggunakan AI dan tidak jarang AI itu adalah AI generatif. Lingkaran pembelajaran yang baru maksudnya adalah makin banyak manusia menggunakan AI (generatif), makin meningkat kemampuan AI itu, dan makin banyak manusia yang ingin menggunakan AI tersebut.

“Fokusnya sama bagaimana AI, hasil technology and the tools, berkolaborasi sama manusianya, gitu ya, supaya bisa memaksimalkan potensinya masing-masing,” kata Johannes Kolibonso (Managing Director, Cloud Lead, Accenture Indonesia) sembari menyebutkan suatu AI dengan kemampuan yang lebih baik membuatnya lebih dipercaya banyak orang untuk digunakan.

“Dibanding dengan teknologi atau automation yang ada sebelum-sebelumnya gitu ya, … ini beda, karena keduanya, antara manusia sama teknologinya, belajar satu sama lain. AI-nya ini, teknologinya ini, it’s a learning technology, dia belajar dari kita juga,” sambungnya.

Adapun temuan spesifik Indonesia yang diungkapkan sebagai berikut:

  • Sebanyak 65% eksekutif melaporkan adanya kebutuhan untuk meningkatkan keterampilan para karyawan mereka, termasuk penyandang disabilitas, terutama untuk penggunaan bebagai alat dan teknologi AI generatif, dalam 3 tahun ke depan.
  • Sebesar 43% eksekutif mengharapkan organisasi mereka membuat aneka alat AI generatif yang bisa diakses sepenuhnya oleh para karyawan untuk mengotomatisasi berbagai tugas dan alur kerja selama 3 tahun ke depan.
  • Sejumlah 94% eksekutif memperkirakan tugas-tugas yang dilakukan para karyawan mereka akan bergeser secara moderat sampai signifikan ke arah inovasi dalam 3 tahun ke depan.
  • Sebesar 79% eksekutif percaya bahwa hanya dengan membangun kepercayaan dengan para karyawan, organisasi-organisasi akan bisa sepenuhnya mendapatkan aneka manfaat otomatisasi yang dimungkinkan AI generatif.
  • Sebanyak 78% eksekutif setuju bahwa mengomunikasikan strategi AI organisasi mereka kepada para karyawan sangat penting untuk membangun kepercayaan para karyawan itu.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.