Kisah Ribut Uripah, 19 Tahun Hidup di Hutan Malaysia dan Akhirnya Pulang Kampung
Daniel Ari Purnomo March 23, 2025 01:33 AM

TRIBUNJATENG.COM, BATANG – Kedatangan Ribut Uripah, Tenaga Kerja Wanita (TKW) asal Kabupaten Batang yang sempat hilang 19 tahun di Malaysia, disambut dengan tangis haru oleh keluarga.

Kepulangannya difasilitasi oleh anggota DPR RI Yoyok Riyo Sudibyo yang juga membantu memulangkan Ribut ke tanah air.

Beberapa anggota keluarga seperti sang kakak Tamat, Sami’an, dan anaknya Turipah Istianah, ikut menjemput Ribut di Jakarta.

“Saya langsung peluk erat dan cium kening adik saya. Tidak menyangka bisa bertemu lagi setelah bertahun-tahun tidak ada kabar,” kata Tamat, Jumat (21/3/2025).

Momen pertemuan itu dipenuhi isak tangis setelah 19 tahun kehilangan kabar.

Tamat mengatakan, keluarga selalu mendoakan dan menyebut nama Ribut dalam setiap pengajian.

“Alhamdulillah bisa ketemu lagi dalam kondisi sehat. Pas bertemu tadi semua menangis, terharu,” ucapnya.

Ribut tiba di rumah kakaknya di Desa Candirejo, Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang sekitar pukul 16.00 WIB.

Kedatangannya disambut hangat oleh warga setempat yang berkerumun seperti menyambut acara pengajian.

Ribut akan tinggal di rumah sang kakak karena rumah lamanya sudah tidak layak huni.

“Alhamdulillah senang bisa pulang kampung. Sampai rumah ramai sekali orang-orang seperti ada pengajian,” tuturnya dengan logat Melayu.

Ribut mengaku kampung halamannya kini sudah banyak berubah.

“Iya, beda semua. Sekarang ramai, jalannya sudah halus, dulu masih batu. Tadi ketemu tetangga, ada yang ingat, ada yang lupa,” tambahnya.

Sebelumnya, Ribut sempat tinggal dalam keterasingan di hutan Malaysia selama belasan tahun setelah kabur dari rumah majikannya.

“Dulu saya ke Malaysia karena tidak ada kerjaan di sini. Saya punya anak kecil, jadi menerima tawaran kerja,” kenangnya.

Namun, ia hanya bertahan satu tahun bekerja karena tidak digaji dan dilarang keluar rumah oleh majikannya.

Akhirnya, Ribut nekat melarikan diri lewat pintu belakang rumah majikan dan tinggal di hutan bersama sejumlah TKI lain.

Di sana, ia membangun gubuk dari kayu dan hidup tanpa alat komunikasi.

Ia bekerja serabutan seperti membersihkan rumput hingga mengangkut sampah ke kantor pengelola perkebunan.

“Dibayar sekitar 45 ringgit per hari, tergantung siapa yang mau bayar,” ungkapnya.

Ribut hidup sederhana dengan memasak menggunakan kayu bakar.

Ia juga mengaku tidak memiliki dokumen resmi selama di Malaysia, sehingga takut berurusan dengan polisi.

Nasibnya berubah setelah videonya viral di media sosial, hingga menarik perhatian Yoyok Riyo Sudibyo dan KBRI Kuala Lumpur.

Ribut sempat tinggal dua minggu di KBRI sebelum akhirnya dijemput keluarga di Jakarta.

Pertemuan dengan anaknya Istiannah membuat Ribut tak kuasa menahan air mata.

“Tadi saya nangis pas ketemu anak saya, sekarang sudah gede, cantik,” ujarnya haru.

Kini Ribut memilih untuk beristirahat dan menikmati waktu bersama keluarga.

“Senang bisa pulang lebih cepat, jadi bisa Raya di kampung halaman. Mau istirahat dulu dan ketemu saudara tetangga,” pungkasnya.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.