Cerita Pemudik di Stasiun Kereta Pasar Senen, Rindu Kampung Halaman Tak Terbendung
Malvyandie Haryadi March 26, 2025 05:32 PM

TRIBUNNEWS, JAKARTA - Menjelang Hari Raya Idulfitri 1446 Hijriah yang tinggal beberapa hari lagi, Stasiun Pasar Senen di Jakarta Pusat mulai dipadati oleh para pemudik.

Sudah menjadi tradisi tahunan para pemudik itu akan kembali ke kampung halamannya masing-masing untuk merayakan Lebaran bersama keluarga.

Di tengah hiruk pikuk di Stasiun Pasar Senen itu pula terungkap kisah-kisah perjuangan dan impian para pemudik, mulai dari mahasiswa perantauan yang merindukan kampung halaman, hingga ibu rumah tangga yang memanfaatkan program mudik gratis BUMN.

Fahbar Gani (19), seorang mahasiswa Universitas Pamulang, rela menunggu dari pukul 13.00 WIB hingga keberangkatan keretanya pukul 15.00 dari Stasiun Senen ke Stasiun Bojonegoro, Jawa Timur.

“Baru dua bulan merantau ke Jakarta, ini kedua kalinya naik kereta. Pertama kali dulu waktu diantar sama orang tua,” cerita dia kepada Tribunnews di Stasiun Senen, Selasa (25/3/2025).

Sebagai perantau, Fahbar mengungkapkan bahwa alasannya pulang lebih awal adalah karena kerinduannya kepada kampung halamannya.

Kebetulan pula ia telah memasuki masa libur kuliah.

“Ini baru mau balik ke kampung halaman, ketemu sama keluarga,” katanya.

“Ada rasa rindu kampung dan kuliah juga sudah libur kan,” lanjutnya.

Fahbar mengungkapkan dirinya telah membeli tiket kereta jauh-jauh hari, sekitar 45 hari sebelum tanggal keberangkatan.

Meski harga tiket ekonomi sebesar Rp400.000 dianggapnya cukup membebani.

“Itupun harganya mahal tiket ekonomi sekitar Rp400 ribu,” kata dia.

Fahbar bermimpi bisa mencoba layanan transportasi lain seperti pesawat.

Namun karena ongkosnya yang jauh lebih mahal, maka untuk saat ini ia lebih memilih naik kereta.

Ia juga bercerita bahwa tujuannya ke Jakarta adalah untuk membanggakan keluarganya yang berada di Jawa Timur dan berupaya membantu keluarganya dalam urusan finansial.

Di sisi lain, program mudik gratis BUMN menjadi berkah bagi Gita (40) dan Dina (37).

Mereka tiba di Stasiun Pasar Senen pada 25 Maret 2025 untuk menukarkan tiket gratis bagi pemudik dari PLN dan Jasa Raharja.

“Mau dicetak sekarang, supaya besok tenang, enggak buru-buru,” kata Gita.

Kereta api menjadi pilihan utama sebagai transportasi mereka di tengah arus mudik karena kecepatan, ketepatan waktu, dan harga yang terjangkau.

“Soalnya kalau bus mahal. Kereta lebih cepat ya. Lebih tepat waktu, terus harganya juga terjangkau banget. Yang penting kita cepat-cepatan aja nyarinya,” ujar Gita.

Gita mengakui bahwa mendapatkan tiket kereta di tengah masa mudik ini tidak mudah.

“Ya paling ini susah nyari tiketnya, jadi kalau dari KAI akses itu enggak dapat, kita harus cepat-cepat (berburu tiket),” kata dia.

Mereka mengakui kesulitan mendapatkan tiket kereta di tengah arus mudik, dan beruntung mendapatkan tiket gratis melalui program BUMN melalui link-link yang dibagikan perusahaan tersebut di aplikasi Instagram.

“Justru nyari di BUMN yang gratis mudik gratis dapet,” ujarnya.

Gita dan Dina berangkat pada Rabu 26 Maret 2025 menuju kampung halaman mereka di Tegal, Jawa Tengah, sesuai dengan tanggal yang ditetapkan oleh perusahaan yang memberikan tiket kereta mudik gratis kepada mereka.

Selain itu katanya, anak-anak sudah libur sekolah sehingga mereka bisa mudik lebih awal.

“Memang anak-anak kebetulan sudah libur sekolah tuh jadi bebas dah,” ujarnya.

Seperti Fahbar, Gita dan Dina mengungkapkan bahwa mereka belum pernah mencoba transportasi pesawat.

Menurut mereka, biaya yang relatif mahal membuat mereka memilih moda transportasi yang lebih terjangkau seperti kapal feri, kereta api, dan bus.

“Kapal feri, kereta, bus Itu aja,” kata Dina.

Namun suatu saat, mereka berharap bisa mencoba transportasi tersebut dalam rangka menginjakkan kaki di tanah suci.

“Yang pertama ya ke Tanah Suci. Lalu ke dalam negeri, kayak ke Bali atau ke mana aja sekadar jalan-jalan gitu,” kata Dina.

“Ingin naik pesawat cuma kan memang belum ada tujuan dan wajibnya juga nggak ada kan. Semoga ada rezeki dan kesempatan," lanjutnya

Perjuangan mendapatkan tiket kereta api, baik yang berbayar maupun gratis, mencerminkan tingginya antusiasme masyarakat untuk mudik.

Fahbar, Gita, dan Dina, dengan kisah mereka masing-masing, menjadi bagian dari jutaan pemudik yang merindukan hangatnya kebersamaan di kampung halaman.(Grace Sanny Vania)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.