Kenapa Kita Tidak Bisa Ingat Kehidupan saat Bayi?
kumparanSAINS March 28, 2025 10:20 AM
Semua manusia pasti mengalami tahap kehidupan, mulai dari tinggal dalam rahim ibu, lalu terlahir ke dunia, menjadi bayi yang tak bisa apa-apa, tumbuh menjadi balita, anak-anak, dan remaja, kemudian menjadi dewasa dan tua.
Namun, kenapa kita tidak bisa mengingat fase hidup saat menjadi balita? Kita tak tahu apa yang dilakukan saat usia 0 sampai 2 tahun, bahkan orang jenius sekalipun tidak akan bisa mengingatnya.
Kondisi tersebut disebut amnesia infantil, yang secara teknis dikenal sebagai fenomena melupakan kehidupan sebelum usia tiga atau empat tahun. Fenomena ini masih sulit untuk dipelajari. Alasannya cukup jelas: Bayi tidak pandai berbicara.
Berbeda dengan ingatan episodik, ketika kamu bisa menceritakan ingatan kepada orang lain. Namun, ingatan episodik tidak mungkin dilakukan oleh bayi yang belum bisa bicara. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang berbeda untuk meneliti fenomena ini, salah satunya dengan memanfaatkan aktivitas bayi, seperti berbaring dan melihat sesuatu.
Peneliti lantas memindai otak bayi yang sedang terjaga dengan pencitraan resonansi magnetik fungsional saat bayi melakukan tugas memori. Tugas memori ini hanya berupa melihat beberapa gambar dan menyadari bahwa salah satunya adalah gambar yang sama.
“Saat bayi melihat sesuatu yang sudah dilihat sebelumnya, kami berharap mereka akan lebih sering menatap ketika mereka melihatnya lagi. Jadi dalam tugas ini, jika bayi lebih sering menatap gambar yang sudah dilihat sebelumnya ketimbang gambar baru di sebelahnya, itu dapat diartikan bayi mengenali sebagai sesuatu yang familier,” kata Nick Turk-Browne, profesor psikologi di Yale's Faculty of Arts and Sciences dan penulis utama studi yang terbit di jurnal Science.
Ilustrasi bayi memanjat tangga. Foto: TierneyMJ/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bayi memanjat tangga. Foto: TierneyMJ/Shutterstock
Apa yang terjadi di dalam kepala mereka yang kecil? Hingga saat ini, sebagian besar teori menyebut bahwa bayi tidak dapat membentuk ingatan episodik karena bagian otak yang bertanggung jawab untuk melakukannya–hipokampus– belum cukup berkembang. Itu adalah hipotesis masuk akal, tapi membantah atau mengonfirmasi teori mungkin akan sulit dilakukan. Ini karena selain tidak pandai berbicara, bayi juga tak tidak bisa diam dalam waktu lama, tak bisa mengikuti arahan dan diperintah untuk memperhatikan.
Namun tim menemukan fakta menarik. Tim di balik studi mampu mengukur aktivitas hipokampus bayi selama tugas tersebut. Apa yang mereka temukan benar-benar bertentangan dengan apa yang sebelumnya diasumsikan tentang otak bayi. Hasilnya, semakin lama bayi melihat gambar yang dikenalnya, semakin kuat aktivitas yang diamati di hipokampus mereka.
Tak hanya itu, hal ini terjadi secara khusus di area yang terkait dengan memori episodik pada orang dewasa, sebuah hasil yang menunjukkan bahwa kapasitas untuk mengodekan memori individu mulai aktif selama masa bayi.
Efeknya terasa lebih kuat pada bayi berusia di atas 1 tahun. Ini menyiratkan memori episodik dapat terbentuk jauh sebelum usia 3 atau 4 tahun yang banyak diasumsikan sebelumnya.
Tentu temuan ini menimbulkan pertanyaan selanjutnya soal, jika otak kita membuat kenangan ini, lalu ke mana perginya?
Sampai saat ini, Turk-Browne dan tim tidak yakin apa yang terjadi. Namun, mereka mengusulkan beberapa teori. Menurutnya, mungkin ingatan ini tercipta, tapi hanya disimpan dalam jangka pendek. Kemungkinan juga ingatan itu masih ada, tapi entah bagaimana terkunci, tidak dapat diakses oleh otak dewasa.
“Kami berupaya melacak ketahanan memori hipokampus sepanjang masa kanak-kanak, dan bahkan mulai mempertimbangkan kemungkinan radikal, hampir seperti fiksi ilmiah, bahwa memori tersebut dapat bertahan dalam beberapa bentuk hingga dewasa, meski tidak dapat diakses,” kata Turk-Browne.
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.