Ragam Tradisi Lebaran Berbagai Daerah di Indonesia, Grebeg Syawal di Yogyakarta
GH News March 29, 2025 01:04 AM

Sebentar lagi, puasa ramadhan 1446 H akan selesai, Lebaran atau Hari Raya Idul Fitri pun akan tiba. 

Terdapat beragam tradisi di Indonesia mewarnai momentum Hari Raya Idul Fitri.

Pada momen Lebaran, biasanya diisi dengan silaturahmi, memaafkan dan berjabat tangan, berkunjung ke rumah teman dan saudara, bahkan berbagai bingkisan.

Ada juga kegiatan yang biasanya dilakukan oleh banyak orang, yakni sungkeman dan ketupatan. 

Dalam proses sungkeman, seseorang akan meminta maaf kepada orang tua, atau orang yang lebih tua.

Hal itu, menjadi salah satu tradisi dalam mewarnai perayaan Idul Fitri atau Lebaran.

Dikutip dari situs media center Kabupaten Sleman, sungkeman berasal dari kata sungkem yang secara teknis dilakukan dengan bersimpuh.

Adapun posisi yang muda lebih rendah dari yang tua, kemudian mencium tangan kepada orang yang lebih tua. 

Sungkeman di Hari Raya Idul Fitri dilakukan sebagai wujud rasa sesal dan permintaan maaf atas segala dosa salah yang pernah dilakukan.

Tradisi Lebaran Berbagai Daerah di Indonesia

Selain sungkeman, ada sejumlah tradisi menyambut Lebaran, yaitu:

Dikutip dari kemenparekraf.go.id, Grebeg Syawal menjadi salah satu ritual rutin digelar setiap tahunnya. 

Tradisi dari Keraton Yogyakarta ini, dilakukan setiap 1 Syawal atau tepat pada Hari Raya Idulfitri. 

Grebeg Syawal merupakan wujud syukur setelah melewati bulan Ramadan yang sudah dilaksanakan sejak abad ke16.

Dalam tradisi tersebut, terdapat tujuh gunungan yang terdiri dari gunungan lanang/kakung sebanyak tiga buah, gunungan wadon/estri, gunungan darat, gunungan gepak, dan gunungan pawuhan masingmasing satu buah.

Nantinya, seluruh gunungan dibawa oleh abdi dalem dan dikawal prajurit Bregodo dari AlunAlun Utara Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat menuju Masjid Gedhe Kauman, Pura Pakualaman, dan Kantor Kepatihan.

Selanjutnya, ada tradisi Perang Topat atau “perang ketupat” sebagai tradisi menyambut Lebaran di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Konon, tradisi saling melemparkan ketupat ini, merupkan simbol kerukunan antar umat Hindu dan Islam yang hidup berdampingan di Lombok. 

Sebelum “perang” dimulai, masyarakat melakukan doa dan ziarah di Makam Loang Baloq di kawasan Pantai Tanjung Karang dan Makam Bintaro di kawasan Pantai Bintaro.

Secara umum, kata Sayak bisa diartikan sebagai batok kelapa.

Ronjok Sayak adalah tradisi membakar batok kelapa kering yang ditumpuk hingga setinggi satu meter di Bengkulu. 

Menurut kepercayaan, tradisi Lebaran Ronjok Sayak sudah dilaksanakan sejak ratusan tahun silam. 

Sejumlah orang mempercayai Api menjadi penghubung antara manusia dan leluhur.

Oleh karena itu, pelaksanaan tradisi Ronjok Sayak berjalan hikmat, diiringi doadoa yang dipanjatkan selama pembakaran batok kelapa.

Biasanya, tradisi Ronjok Sayak dilakukan setelah melaksanakan salat Isya pada 1 Syawal.

Tradisi Binarundak biasa dilakukan di Motoboi Besar di Sulawesi Utara. 

Binarundak merupakan sebuah tradisi membuat atau memasak nasi jaha secara bersamasama selama tiga hari berturutturut setelah Hari Raya Idulfitri.

Nasi jaha adalah makanan khas Sulawesi Utara yang berbahan dasar beras dan dimasak dalam batang bambu. 

Menurut kepercayaan, tradisi Binarundak dalam menyambut Lebaran sebagai sarana silaturahmi terhadap sesama sekaligus bentuk rasa syukur kepada Allah SWT.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.