Perajut Harapan dari Jarum Jahit ke Limbah Kayu Jati, Karya Bien Craft Solo
Sri Juliati March 30, 2025 02:31 AM

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chrysnha Pradipha

TRIBUNNEWS.COM, SOLO - Di tengah denting tawa anak-anak dan nyala lampu warna-warni pasar malam Ngarsopuro, Solo, tampak seorang perempuan duduk tenang. 

Tangannya cekatan mengelus permukaan sebuah vas mungil dari kayu jati. Bukan sekadar kerajinan, benda itu menyimpan kisah perjuangan panjang, ketekunan, dan cinta.

Namanya Liem Lie Bien, tapi banyak yang mengenalnya hanya sebagai Bu Bien.

Dari lapak kecil bernomor 08, ia menyulam harapan dari serpihan-serpihan kayu yang nyaris terlupakan. 

Di antara hiruk-pikuk kota yang tak pernah tidur, Bien Craft, merek usaha yang ia rintis sendiri, menjadi oase seni dan kearifan lokal.

Namun, kisah ini tidak dimulai dari sini. Dulu, Bu Bien hanyalah seorang penjahit biasa.

Jarumnya tajam, tangannya lincah, tapi hatinya sering tercabik oleh desakan pelanggan yang tak mau bersabar hanya untuk mengantre.

Ia mulai lelah. Menjahit yang dulu ia cintai, lambat laun menjadi beban.

Tapi ia tak menyerah. Di sela kesibukan menjahit, ia mulai mencipta.

Tas bordir, pouch kecil, hingga gantungan kunci adalah karyanya. Tangannya terus berkarya, meski hatinya masih gamang.

Lalu, pada tahun 2019, secercah cahaya datang. Ia mengikuti Lomba Cipta Kriya Oleh-oleh khas Surakarta.

Dengan penuh harap, ia kirimkan tas batik dan gantungan kunci dari limbah kayu jati. Tak disangka, ia menyabet juara dua.

"Itu momen yang mengubah segalanya," ceritanya yang nenjadi mula kelahiran Bien Craft, saat berbincang dengan Tribunnews pada Sabtu (29/3/2025).

Pilihan Bu Bien jatuh pada limbah kayu jati. Bukan karena mudah, justru karena tantangannya.

Limbah-limbah itu ia kumpulkan dari sisa mebel di Kota Solo hingga Kalijambe, Sragen.

Di tangan Bu Bien, setiap potongan kayu yang terbuang itu mendapat napas baru.

Ia selektif, hanya memilih limbah jati dengan ketebalan tertentu.

Dari sana lahir tatakan gelas, asbak, hingga vas mini yang kini menghiasi banyak sudut ruang dengan elegan yang sederhana.

Konsep datang dari hati, desain ia rancang sendiri, lalu para perajin lokal mewujudkannya.

Sebuah kolaborasi indah antara ide dan tangan-tangan trampil.

Dari Lapak ke Lobi Hotel

Liem Lie Bien (kanan) pemilik usaha Bien Craft, UMKM asal Kota Solo dengan produk dari limbah kayu jati.
Liem Lie Bien (kanan) pemilik usaha Bien Craft, UMKM asal Kota Solo dengan produk dari limbah kayu jati. (Dok Pribadi)

Kerajinan Bien Craft tidak lagi hanya menghuni lapak kecil.

Kini, ia telah menjelajah lobi megah Hotel The Royal Surakarta Heritage.

Di sana, di antara aroma kopi pagi dan derap langkah para tamu hotel bintang lima, karya-karya Bu Bien diam-diam menyapa, menjadi oleh-oleh yang membekas.

Tak hanya itu. Bien Craft kini juga tampil di Gedung DPRD Surakarta, Museum Heritage Palace di Kartasura, dan berbagai pameran UMKM.

Karyanya melampaui pasar, menyentuh rasa. Dan ia terus mencipta.

Baru-baru ini, ia meluncurkan produk baru: syal lurik.

Ia paham, lurik mudah luntur dan menyusut.

Maka, ia olah kainnya dengan proses washing.

Hasilnya? Syal lembut yang tetap anggun meski berkali dicuci.

Dukungan dan Dorongan

Liem Lie Bien, pemilik Bien Craft memamerkan produk kerajinan tangan di lapaknya, Night Market Ngarsopuro
Liem Lie Bien, pemilik Bien Craft memamerkan produk kerajinan tangan di lapaknya, Night Market Ngarsopuro (Chrysnha)

Perjalanan Bien tak lepas dari dukungan berbagai pihak.

Sejak 2016, ia menjadi nasabah Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari BRI.

Plafon pertama yang diajukan adalah Rp 10 juta.

Tiga tahun berselang, Rp 20 juta. Lalu Rp 11 juta untuk pengajuan ketiga kalinya.

Dengan dana itu, usaha Bien berkembang, bahkan dirinya bisa mengumpulkan pundi-pundi lewat tabungan juga berdonasi.

Ia pun mulai merambah digitalisasi, satu di antaranya juga menggunakan fasilitas transaksi pembayaran QRIS.

"QRIS memudahkan," ujarnya. "Tak perlu repot uang kembalian, pembeli juga senang."

KUR BRI

Grafis Pengajuan KUR BRI
Grafis Pengajuan KUR BRI

BRI telah menyalurkan pinjaman kredit usaha rakyat (KUR) tahun 2024 sebesar Rp 184,98 triliun.

Sepanjang tahun 2024, BRI berhasil menyalurkan KUR sebesar Rp 184,98 triliun.

Demikian menjadikan BRI sebagai perbankan dengan penyaluran KUR terbesar dibanding perbankan nasional lainnya.

Penyaluran KUR BRI itu pun menjangkau lebih dari 4 juta debitur atau pelaku UMKM di seluruh wilayah Indonesia, memberikan dampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

Keberhasilan penyaluran KUR BRI tersebut juga diikuti dengan kualitas kreditnya yang terjaga.

Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan, strategi pengelolaan KUR yang diterapkan BRI berhasil menjaga tingkat Non-Performing Loan (NPL) tetap sehat, yaitu di level 2 persen. Hal ini menunjukkan pengelolaan risiko yang baik dalam penyaluran kredit kepada segmen UMKM.

“KUR itu 100 persennya berasal dari bank. Dana bank dihimpun dari masyarakat, deposito, tabungan, dan giro. KUR diberikan kepada masyarakat yang belum bankable namun feasible. Jadi, ketika terjadi kredit macet, 70 persen risiko dibayar oleh asuransi, dan 30 persen ditanggung bank. Dan itu kita sekarang bisa di-manage NPL KUR itu di sekitar 2 persen,” ujar Sunarso dalam siaran pers, Kamis (23/1/2025).

Sunarso menambahkan bahwa tingkat NPL sebesar 3 persen pada kredit di segmen UMKM masih dianggap ideal, mengingat karakteristik segmen tersebut berbeda dengan kredit korporasi.

Menurutnya, pada tahap awal (front-end), fokusnya adalah menjangkau sebanyak mungkin nasabah baru tanpa proses seleksi yang terlalu ketat. 

Kemudian, pada tahap mid-end dilakukan maintenance.

Apabila terjadi kredit macet, tahap back-end berperan untuk mengelola risiko, mencakup penagihan yang diwujudkan dalam recovery rate untuk menjaga kualitas kredit.

Strategi ini memungkinkan BRI untuk terus mendukung pertumbuhan UMKM dengan tetap menjaga kesehatan portofolio kredit.

Upaya BRI tersebut sejalan dengan Asta Cita Pemerintahan Presiden RI Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka yang menapaki 100 hari kerja.

Dalam hal ini Asta Cita ketiga yaitu meningkatkan lapangan kerja yang berkualitas, mendorong kewirausahaan, dan juga Asta Cita keenam khususnya dalam hal mendorong pemerataan ekonomi dan pemberantasan kemiskinan.

Sementara itu, Kementerian BUMN RI berupaya mempercepat implementasi Asta Cita tersebut.

Menteri BUMN RI Erick Thohir menjabarkan bahwa inisiasi tersebut mulai dari hilirisasi, pembangunan infrastruktur, pelayanan masyarakat, stabilisasi harga pangan, hingga pengembangan sumber daya manusia dan energi berkelanjutan.

Baginya, kolaborasi lintas kementerian dan badan menjadi momentum strategis untuk menjawab tantangan pembangunan yang semakin kompleks.

"Dalam waktu kurang dari 100 hari, kita telah menunjukkan langkah nyata dan dampak langsung yang dirasakan oleh masyarakat. Hal ini menjadi bukti bahwa gotong royong adalah kunci keberhasilan," pungkas Erick Thohir.

(*)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.