TRIBUNNEWS.COM - Dalam perkembangan terbaru dalam hubungan antara Amerika Serikat dan Iran, Presiden AS Donald Trump mengeluarkan pernyataan yang mengancam akan melakukan pengeboman jika Iran menolak untuk mencapai kesepakatan mengenai program nuklir.
Pernyataan ini mencerminkan ketegangan yang terus meningkat antara kedua negara.
Dalam sebuah wawancara telepon pada tanggal 31 Maret 2025, Trump menyatakan, "Jika mereka tidak membuat kesepakatan, akan ada pengeboman. Itu akan menjadi pengeboman yang belum pernah mereka lihat sebelumnya."
Selain ancaman militer, Trump juga mengancam untuk mengenakan tarif sekunder kepada Iran, mengingat kesepakatan yang tidak tercapai.
Pekan lalu, Iran menolak tawaran untuk terlibat dalam negosiasi terkait program nuklir dengan dua utusan Trump.
Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, menyatakan bahwa keputusan tersebut diambil karena negosiasi yang diusulkan AS diwarnai oleh ancaman militer.
"Kami tidak menghindari perundingan. Pelanggaran janji itulah yang telah menimbulkan masalah bagi kami sejauh ini," ungkap Pezeshkian.
Ia menekankan perlunya membangun kembali kepercayaan antara kedua negara.
Di tengah tekanan dari AS, komandan Angkatan Laut Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran, Alireza Tangsiri, menegaskan bahwa mereka tidak akan tunduk pada ancaman Trump.
Tangsiri menolak untuk melakukan negosiasi terkait persenjataan rudal Teheran, serta dukungan mereka terhadap kelompok-kelompok di kawasan tersebut.
"Iran tidak akan pernah bernegosiasi mengenai rudalnya atau kemampuan Front Perlawanan Teheran. Kami siap membalas jika terjadi serangan Amerika," tegasnya.
Dalam usaha untuk menunjukkan ketahanan dan kekuatan mereka, IRGC Iran memamerkan sebuah kota rudal bawah tanah.
Dalam cuplikan video, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran, Jenderal Mohammad Baqeri, dan Komandan Pasukan Dirgantara IRGC, Amir Ali Hajizadeh, terlihat memperlihatkan terowongan yang dipenuhi dengan rudal dan roket canggih.
Rudal balistik seperti Emad, Sejil, Qadr H, dan Kheibar Shekan menjadi sorotan, di samping kapal perang yang dipersenjatai dengan senapan mesin dan rudal.
Kota rudal bawah tanah ini dirancang dengan teknologi canggih yang membuatnya sulit terdeteksi oleh satelit pengintaian, sehingga melindungi persenjataan Iran dari kemungkinan serangan selama konflik.
Ketegangan antara AS dan Iran terus memanas dengan ancaman militer dan sanksi yang saling dilontarkan.
Ketidakpastian mengenai masa depan negosiasi nuklir masih mengemuka, terutama dengan sejarah ketidakpastian dalam hubungan internasional.
Meskipun Trump mengancam serangan, Iran menunjukkan ketahanan dan komitmen untuk tidak berkompromi pada isu-isu yang dianggapnya penting.
Seperti yang diungkapkan oleh pejabat Iran, membangun kepercayaan menjadi kunci dalam melanjutkan pembicaraan antara kedua negara.
Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).