Grid.ID- Sejak sebelum Lebaran 2025, kasus penipuan online sudah mulai banyak terjadi dengan cara baru. Penipu mengirim ucapan selamat Idul Fitri melalui pesan WhatsApp dalam bentuk file APK.
Jika file ini dibuka dan diinstal, data pribadi pengguna, seperti informasi perbankan dan akun media sosial, bisa dicuri. Modusnya, penipu akan mengirim file APK lewat WhatsApp yang terlihat seperti ucapan Idul Fitri.
File ini sering disertai janji berupa ucapan personal atau kartu ucapan digital. Tapi, begitu file diinstal, aplikasi tersebut dapat mencuri data dari ponsel korban, termasuk informasi penting.
Dampaknya bisa sangat merugikan. File APK tersebut biasanya meminta akses ke berbagai data seperti kontak, galeri foto, mikrofon, bahkan aplikasi mobile banking.
Dengan akses ini, pelaku bisa mengambil alih akun korban dan melakukan transaksi tanpa sepengetahuan pemiliknya. Penipuan dengan file APK sebenarnya bukanlah hal baru.
Sebelumnya, berbagai modus serupa telah muncul dan digunakan oleh pelaku kejahatan untuk menipu korban. Beberapa contoh modus tersebut meliputi undangan pernikahan online, resi pengiriman palsu, tagihan listrik PLN palsu, surat tilang online, tagihan BPJS dan pajak palsu, hingga file terkait TPS Pemilu 2024.
Modus-modus ini memanfaatkan rasa ingin tahu dan kelalaian korban yang tanpa sadar mengeklik file yang dikirimkan. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk lebih waspada dan berhati-hati agar tidak menjadi korban penipuan semacam ini.
Cara Menghindari Penipuan File APK Selamat Lebaran 2025
Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) bersama Bank Indonesia Jatim telah membagikan beberapa tips agar masyarakat tidak menjadi korban penipuan ini. Dikutip dari Kompas, Minggu (31/3/2025), berikut langkah-langkah yang bisa dilakukan:
1. Jangan asal klik atau download file APK maupun link asing, meskipun berasal dari nomor yang dikenal.
2. Verifikasi pengirim sebelum membuka atau mengunduh file apa pun.
3. Jangan pernah membagikan data pribadi, seperti PIN, OTP, atau informasi akun bank.
4. Pastikan sistem keamanan ponsel selalu diperbarui dan gunakan antivirus.
5. Laporkan nomor mencurigakan ke aduannomor.id jika terindikasi melakukan penipuan.
Dengan meningkatnya kasus penipuan digital, masyarakat diimbau untuk tetap waspada dan tidak tergiur dengan tawaran yang tampak menggiurkan. Jika menerima pesan yang mencurigakan, sebaiknya abaikan dan laporkan agar tidak ada korban lain yang tertipu.
Sebarkan informasi ini kepada keluarga dan teman agar perayaan Lebaran 2025 tetap aman, nyaman, dan terhindar dari penipuan digital!
Mengapa Orang Melakukan Penipuan?
Penipuan sering kali terjadi karena berbagai alasan yang kompleks. Dr. Donald Cressey, seorang peneliti ternama, menjelaskan fenomena ini melalui teori yang dikenal sebagai Fraud Triangle.
Menurut teori ini, yang dikutip dari Brocku.ca, ada tiga elemen utama yang menyebabkan penipuan yakni tekanan (pressure), kesempatan (opportunity), dan rasionalisasi (rationalization).
1. Tekanan (Pressure)
Tekanan adalah masalah yang tidak bisa dibagikan kepada orang lain, biasanya berhubungan dengan keuangan, yang mendorong seseorang untuk melakukan penipuan. Contohnya adalah kecanduan judi atau obat-obatan, utang pribadi, kerugian finansial besar, atau tekanan dari keluarga atau teman untuk sukses.
Pelaku mungkin merasa bahwa penipuan adalah satu-satunya solusi untuk mengatasi masalah mereka, dipicu oleh rasa malu, gengsi, atau keinginan membuktikan diri.
2. Kesempatan (Opportunity)
Kesempatan merujuk pada kemampuan yang dirasakan seseorang untuk melancarkan penipuan secara sukses. Biasanya, kesempatan muncul karena lemahnya sistem pengawasan, seperti tidak adanya pemisahan tugas atau kontrol internal yang kurang baik.
Pelaku memanfaatkan kelemahan ini untuk menjalankan aksinya tanpa terdeteksi.
3. Rasionalisasi (Rationalization)
Rasionalisasi adalah cara pelaku membenarkan tindakan penipuan agar tetap merasa positif terhadap diri sendiri. Banyak pelaku yang sulit mengakui bahwa tindakan mereka salah atau tidak bermoral.
Untuk menjaga citra diri yang baik, mereka sering memberikan alasan seperti “hanya meminjam” uang dan berniat mengembalikannya, atau merasa bahwa mereka tidak dibayar secara adil sehingga pantas mendapatkan kompensasi tambahan.
Tanda-tanda Perilaku yang Berpotensi Penipuan
Penipuan bisa dilakukan oleh siapa saja, sehingga penting untuk memahami tanda-tanda perilaku yang dapat menjadi indikasi. Namun, perlu diingat bahwa kehadiran tanda-tanda ini tidak selalu berarti seseorang pasti melakukan penipuan.
Berdasarkan penelitian dari ACFE (Association of Certified Fraud Examiners), berikut adalah enam tanda perilaku yang paling sering ditemukan pada pelaku penipuan:
1. Gaya Hidup yang Melebihi Kemampuan
Pengeluaran yang berlebihan sering menjadi indikasi, terutama jika gaya hidup seseorang tidak sesuai dengan gaji yang diterima.
2. Masalah Keuangan
Kesulitan keuangan, seperti utang tinggi dari pinjaman, cicilan mobil, hipotek, atau kartu kredit, sering kali menjadi motivasi untuk melakukan penipuan.
3. Hubungan Dekat dengan Vendor atau Pelanggan
Hubungan yang terlalu akrab dengan vendor atau pelanggan bisa menunjukkan adanya konflik kepentingan atau kolusi.
4. Masalah Kontrol
Pelaku penipuan mungkin takut tertangkap jika mereka berbagi tugas dengan orang lain. Mereka cenderung tidak mengambil cuti atau mencari alasan untuk menyimpan informasi.
5. Kecurigaan, Defensif, atau Mudah Marah
Pelaku sering menunjukkan perilaku yang mencurigakan atau mudah tersinggung untuk mengalihkan perhatian atau mencegah orang lain mengajukan pertanyaan.
6. Sikap "Wheeler-Dealer"
Pelaku mungkin menunjukkan sikap licik atau tidak bermoral dalam keseharian mereka.