Laporan Wartawan Tribunnews.com Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.COM, WONOGIRI -Di bawah langit senja yang temaram, di sudut desa Patuk, Baturetno, Wonogiri, seorang perempuan duduk di depan gerai kecilnya.
Senyum lembutnya menyapa setiap pelanggan yang datang, mencerminkan kehangatan seorang pejuang kehidupan.
Dialah Sri Murtini, perempuan yang dengan ketekunan dan kegigihannya telah mengubah hidupnya dan membantu banyak orang di sekitarnya.
Tidak hanya melayani transaksi perbankan, Murti, sapaan akrabnya, telah menjadi jembatan bagi ratusan warga untuk mendapatkan pinjaman ultra mikro (UMi) dari BRI.
Lewat gerainya yang sederhana, di bawah lampu redup yang menemani malam-malam kerjanya, ia mempermudah akses permodalan bagi pedagang kecil dan petani di sekitarnya.
Hanya dalam waktu kurang dari tiga tahun, ia telah membantu lebih dari 100 hingga 200 warga mendapatkan pinjaman Kredit Cepat (KeCe).
Di antara aroma tanah basah seusai hujan, perjalanan Murti dimulai pada tahun 2011 dengan menjual makanan ringan.
Di rumahnya yang sederhana, ia merintis usaha kecil-kecilan, berharap bisa membantu keluarganya. Kesetiaannya sebagai nasabah BRI membuatnya akrab dengan fasilitas Kredit Usaha Rakyat (KUR), yang berkali-kali ia manfaatkan untuk menambah modal.
Namun, langkah besarnya terjadi pada 2019, saat ia memutuskan merambah usaha jual pulsa dan kuota.
Hingga akhirnya, pada 2021, datanglah tawaran menjadi agen BRILink.
Hati Murti berdebar, matanya menerawang, membayangkan kemungkinan-kemungkinan baru yang akan terbuka.
Tanpa ragu, ia menerima peluang tersebut dan segera mengurus persyaratan.
Awalnya, saldo yang ia sediakan sebagai agen BRILink masih terbatas, tetapi seiring meningkatnya transaksi, ia kembali mengajukan KUR untuk memperbesar modal usaha gerainya.
Suatu kala, Murti menatap brosur-brosur pinjaman KeCe yang baru saja ia dapat dari petugas BRI.
Ia menyusunnya dengan rapi di dinding gerainya, berharap bisa menarik perhatian pelanggan yang datang.
Lambat laun, banyak pelanggan bertanya tentang cara mengajukan pinjaman.
Murti dengan sabar menjelaskan bahwa ia bisa membantu mengurus pengajuan, sementara keputusan akhir tetap di tangan petugas BRI.
Antusiasme warga cukup tinggi, terutama para pedagang pasar dan petani.
Dengan pinjaman mulai dari Rp1 juta hingga Rp5 juta, banyak warga merasa terbantu untuk modal usaha harian mereka.
Proses pengajuannya pun sederhana, hanya memerlukan fotokopi KTP, KK, dan surat keterangan usaha dari kelurahan.
Kerja kerasnya tak sia-sia. Murti berhasil meraih penghargaan sebagai agen BRILink dengan realisasi terbanyak ketiga di Kabupaten Wonogiri.
Pencapaian ini menjadi bukti bahwa usahanya memberi dampak besar bagi masyarakat sekitarnya.
Tidak berhenti di situ, ia juga mengadopsi teknologi pembayaran modern seperti QRIS.
Dengan menyediakan metode pembayaran digital, ia tak hanya memudahkan pelanggan membeli pulsa, tetapi juga mengurangi kerepotan dalam menyediakan uang kembalian.
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan bahwa AgenBRILink terbukti membantu masyarakat dengan kemudahan bertransaksi melalui tanpa harus pergi ke kantor cabang atau ATM. Hal ini menciptakan nilai ekonomi dan nilai sosial secara bersamaan.
"AgenBRILink mengadopsi hybrid banking, yakni proses internal layanan perbankan telah didigitalisasi, sementara proses interaksi dengan nasabahnya masih human touching melalui agen," terangnya.
AgenBRILink menjadi upaya perseroan dalam meningkatkan kapabilitas pemberdayaan.
Hal ini tak terlepas dari salah satu aspirasi besar yang ingin dicapai perseroan pada 2025 yaitu menjadi Champion of Financial Inclusion.
Inklusi keuangan perlu berkualitas karena terkait kemakmuran. Seperti diketahui, Pemerintah mencanangkan target inklusi keuangan mencapai 90 persen pada 2024.
Agen laku pandai milik BRI atau AgenBRILink mampu menjawab karakteristik nasabah di tataran ekonomi akar rumput.
Saat ini, masih banyak nasabah yang lebih senang bertransaksi perbankan lewat agen.
Sebagai informasi, hingga Desember 2023, BRI mencatat jumlah AgenBRILink telah mencapai sebanyak lebih dari 740 ribu yang tersebar di 61.067 Desa di seluruh Indonesia. Sementara volume transaksi tercatat sebesar Rp 1.427 triliun.
(*)