Trump Ancam Putin dengan Tarif Minyak, Tekan Zelensky Terkait Kesepakatan Mineral
Bobby Wiratama April 01, 2025 09:31 AM

TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengancam akan mengenakan tarif baru pada minyak Rusia jika Moskow menghalangi inisiatif gencatan senjatanya.

Sementara itu, ia juga memperingatkan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, bahwa akan ada "masalah besar" jika ia tidak menandatangani kesepakatan mineral utama dengan Washington.

Trump Tekan Zelensky Soal Kesepakatan Tanah Jarang

Pada Minggu (30/3/2025), Trump menyatakan Zelensky berusaha menarik diri dari kesepakatan terkait tanah jarang, The Guardian melaporkan.

"Dia mencoba menarik diri dari kesepakatan tanah jarang," kata Trump kepada wartawan, dikutip dari Reuters.

"Jika dia melakukannya, dia akan menghadapi beberapa masalah, masalah yang sangat besar," jelasnya.

Trump mengklaim kesepakatan tersebut telah dibuat, tetapi kini Zelensky ingin menegosiasikan ulang.

Ia juga menambahkan kalau Presiden Ukraina "tidak akan pernah menjadi anggota NATO" dan memahami hal tersebut.

Pada Jumat (28/3/2025), pemerintah Ukraina menyatakan masih mempertimbangkan rancangan perjanjian mineral tanah jarang dengan AS.

Menteri Ekonomi Ukraina, Yulia Svyrydenko, mengatakan bahwa Kyiv sedang membentuk posisinya terkait kesepakatan tersebut.

Anggota parlemen baru akan menyatakan pendapat setelah ada konsensus, karena diskusi publik dianggap dapat merugikan.

Ukraina memiliki cadangan mineral strategis yang signifikan, termasuk tanah jarang, yang sangat penting bagi industri pertahanan dan teknologi.

Sebelumnya, Ukraina dan AS sepakat untuk menyusun perjanjian komprehensif guna mengembangkan sumber daya mineral negara tersebut.

Upaya untuk mencapai kesepakatan gagal pada 28 Februari setelah perdebatan sengit antara Trump dan Zelensky di Gedung Putih.

Trump Ancam Rusia dengan Tarif Minyak

Pada Minggu (30/3/2025), Trump menyatakan akan mengenakan tarif sekunder sebesar 25-50 persen pada minyak Rusia jika ia merasa Putin menghalangi upayanya mengakhiri perang di Ukraina.

Dalam wawancara dengan NBC News, Trump menyatakan ia "sangat marah" ketika Putin meminta dibentuknya pemerintahan transisi di Ukraina, yang dapat menggulingkan Zelensky.

"Jika Rusia dan saya tidak mampu mencapai kesepakatan gencatan senjata dan jika saya pikir itu adalah kesalahan Rusia, saya akan mengenakan tarif sekunder pada semua minyak Rusia," tegasnya.

Trump menjelaskan bahwa tarif itu berarti negara yang membeli minyak dari Rusia tidak dapat berbisnis di AS.

Ia menambahkan tindakan perdagangan tersebut akan diberlakukan dalam waktu satu bulan jika kesepakatan gencatan senjata tidak tercapai.

Perubahan Sikap Trump terhadap Putin

Komentar Trump ini menandai perubahan sikapnya terhadap Rusia, setelah sebelumnya ia mengkritik Zelensky dengan menyebutnya sebagai "diktator tanpa pemilu."

Trump mengatakan kepada NBC News bahwa ia berencana berbicara dengan Putin dalam waktu dekat.

Sementara itu, dalam pidato video pada 30 Maret, Zelensky menuduh Rusia tidak menanggapi usulan gencatan senjata AS secara serius.

"Respons Rusia terhadap usulan Amerika tentang gencatan senjata tanpa syarat adalah penggunaan pesawat nirawak, bom, penembakan artileri, dan rudal balistik setiap hari. Putin menunjukkan bahwa ia tidak peduli dengan diplomasi," kata Zelensky, dikutip dari Radio Free Europe/Radio Liberty.

Ia menegaskan Rusia hanya bisa dihentikan dengan sanksi yang lebih keras dan lebih banyak dukungan pertahanan udara untuk Ukraina.

Serangan Rusia di Kharkiv

Di tengah upaya diplomatik AS untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata, Kyiv menuduh Moskow melakukan "kejahatan perang" pada 30 Maret setelah serangan pesawat tak berawak Rusia menghantam rumah sakit militer di Kharkiv.

Serangan tersebut juga menargetkan pusat perbelanjaan dan blok apartemen, menewaskan sedikitnya dua orang, menurut otoritas setempat.

Staf umum militer Ukraina menuduh Rusia sengaja menembaki fasilitas medis, melanggar hukum humaniter internasional.

Serangan lainnya juga menghantam kota Dnipro, Kryviy Rih, dan Poltava, menyebabkan sedikitnya 26 orang terluka.

Satu jam sebelum serangan Kharkiv, Zelensky mengatakan bahwa Ukraina mengharapkan respons tegas dari negara-negara Barat terhadap serangan Rusia yang hampir terjadi setiap hari.

"Mitra-mitra kita harus memahami dengan jelas: Serangan ini bukan sekadar serangan terhadap warga sipil Ukraina, tetapi juga terhadap semua upaya internasional untuk mengakhiri perang ini," kata Zelensky pada Sabtu (29/3/2025).

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.