Hooters, jaringan restoran cepat saji asal Amerika Serikat (AS), baru saja mengajukan kebangkrutan. Pengumuman itu disampaikan perusahaan pada Senin, dikutip dari CNN, Selasa (1/4/2025).
Hooters terkenal akan pelayannya yang berpakaian minim. Para pramusaji di restoran ini didominasi oleh wanita muda yang mengenakan tank top putih bertuliskan Hooters dan celana pendek berwarna oranye. Hal ini sekaligus menjadi daya tarik dari restoran yang sudah berdiri sejak 1983 ini.
Restoran dengan logo burung hantu ini menyajikan ragam seafood, sandwich, burger, salad, dan chicken wings sebagai menu andalan. Untuk minuman sendiri, Hooters menawarkan beragam minuman di restoran pada umumnya, mulai dari minuman ringan, jus, kopi, minuman beralkohol, hingga wine.
Dalam proses kebangkrutan, perusahaan berencana menjual semua 100 restoran milik perusahaan kepada dua kelompok pewaralaba yang mengoperasikan lokasi Hooters di wilayah Tampa, Florida, dan Chicago. Kelompok gabungan tersebut secara kolektif mengoperasikan sepertiga lokasi waralaba milik AS.
Hooters bergabung dengan restoran cepat saji lainnya, seperti BurgerFi dan Red Lobster , yang mengajukan kebangkrutan di tengah kondisi bisnis yang sulit. Tenaga kerja perusahaan juga menjadi sasaran kritik, dengan tuntutan hukum mulai dari diskriminasi rasial hingga diskriminasi gender. Hooters menutup puluhan restoran tahun lalu, dengan alasan kenaikan biaya makanan dan tenaga kerja.
Perusahaan sendiri menyatakan bahwa mereka berencana keluar dari kebangkrutan berdasarkan Bab 11 di Pengadilan Texas dalam waktu sekitar 90 hingga 120 hari.
"Pengumuman hari ini menandai tonggak penting dalam upaya kami untuk memperkuat fondasi keuangan Hooters dan terus menghadirkan pengalaman keramahtamahan yang memanjakan tamu serta hidangan lezat yang diharapkan oleh pelanggan dan komunitas kami," kata Sal Melilli, CEO Hooters of America dalam rilis resmi.
Hooters mengatakan akan terus menjalankan bisnisnya seperti biasa, meskipun mengatakan sedang mengevaluasi jejak operasional perusahaan untuk lokasi milik perusahaan. Itu berarti perusahaan mungkin akan menutup beberapa lokasi selama proses kebangkrutannya.