Manuver Netanyahu Pilih Kepala Shin Bet Eli Sharvit, Lawan Putusan Mahkamah Agung, Gegara Bisikan AS
timtribunsolo April 02, 2025 01:31 AM

TRIBUNNEWS.COM - Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pada hari Selasa (1/4/2025) telah membatalkan keputusan untuk menunjuk seorang mantan komandan angkatan laut sebagai kepala badan keamanan menyusul kritik, termasuk dari seorang senator penting AS.

Netanyahu pada hari Senin mengumumkan pilihannya terhadap Eli Sharvit untuk memimpin badan keamanan internal Shin Bet.

Demikian sekaligus menolak keputusan mahkamah agung yang membekukan langkah pemerintahnya untuk memecat direktur petahana Ronen Bar.

Belakangan diketahui bahwa Sharvit secara terbuka menentang kebijakan utama pemerintah Netanyahu dan Presiden AS Donald Trump, pendukung penting pemimpin Israel tersebut.

"Perdana Menteri mengucapkan terima kasih kepada Wakil Laksamana Sharvit atas kesediaannya untuk bertugas, tetapi memberitahunya bahwa, setelah pertimbangan lebih lanjut, ia bermaksud untuk memeriksa kandidat lain," kata kantor Netanyahu dalam sebuah pernyataan, dikutip dari The New Arab.

Perubahan sikap yang tiba-tiba oleh perdana menteri mengenai penunjukan keamanan utama menuai kecaman dari pihak oposisi.

"Kepala Shin Bet bukan sekadar pengangkatan biasa. Ini bukan pekerjaan yang bisa Anda umumkan lalu sesali setelah 24 jam hanya karena beberapa teriakan," kata pemimpin oposisi Yair Lapid.

"Ini adalah tempat yang paling suci, ini pelanggaran keamanan negara," katanya di media sosial.

Mantan menteri pertahanan Benny Gantz mengatakan bahwa Netanyahu sekali lagi "membuktikan" bahwa "baginya, tekanan politik lebih penting daripada kebaikan negara dan keamanannya".

Perdana menteri mengumumkan pemecatan Bar pada tanggal 21 Maret, dengan alasan "kurangnya kepercayaan yang berkelanjutan", tetapi mahkamah agung dengan cepat menangguhkan keputusan tersebut hingga 8 April.

Langkah untuk memecatnya telah memicu protes massa setiap hari di Yerusalem.

Pada hari Senin, beberapa jam setelah pengangkatan Sharvit diumumkan, laporan mulai bermunculan bahwa ia termasuk di antara puluhan ribu warga Israel yang turun ke jalan pada tahun 2023 untuk menentang upaya pemerintah Netanyahu untuk mereformasi peradilan.

Laporan media Israel juga mengingat bahwa Sharvit - yang bertugas di militer selama 36 tahun, lima tahun di antaranya sebagai kepala angkatan laut - telah mendukung perjanjian 2022 tentang perbatasan laut dengan Lebanon yang ditentang Netanyahu.

Krisis Konstitusional

Terungkap pula bahwa Sharvit telah menulis opini yang mengkritik kebijakan presiden AS terkait perubahan iklim, yang mendorong sekutu setia Trump , Senator Lindsey Graham, mengkritik pencalonannya dalam sebuah unggahan di X.

"Penunjukan Eli Sharvit sebagai pemimpin baru Shin Bet benar-benar bermasalah," tulis Graham pada hari Senin.

"Tidak pernah ada pendukung yang lebih baik bagi Negara Israel daripada Presiden Trump. Pernyataan yang dibuat oleh Eli Sharvit tentang Presiden Trump dan kebijakannya akan menciptakan tekanan yang tidak perlu di saat kritis. Saran saya kepada teman-teman Israel saya adalah ubahlah arah dan lakukan pemeriksaan yang lebih baik."

Kritik Sharvit terhadap presiden AS dipublikasikan oleh surat kabar keuangan Israel Calcalist pada tanggal 23 Januari dengan judul: "Bukan sekadar kesalahan politik: Trump mendorong Bumi ke jurang."

Para ahli hukum mengatakan kepada AFP pada hari Senin bahwa Netanyahu sejauh ini tidak melanggar hukum apa pun dalam upayanya mencari pengganti Bar.

Tetapi Gantz telah mengatakan bahwa tidak ada keputusan yang harus diambil mengenai kepemimpinan badan Shin Bet sampai setelah keputusan akhir mahkamah agung, untuk mencegah krisis konstitusional.

Hubungan Bar dengan pemerintahan Netanyahu memburuk setelah dia menyalahkan eksekutif tersebut atas kegagalan yang menyebabkan serangan Hamas pada Oktober 2023, dan menyusul penyelidikan Shin Bet atas dugaan pembayaran rahasia dari Qatar kepada beberapa ajudan Netanyahu.

Polisi Israel pada hari Senin mengumumkan penangkapan dua ajudan Netanyahu, Yonatan Urich dan Eli Feldstein, atas dugaan keterlibatan mereka dalam kasus yang oleh media lokal dijuluki "Qatargate".

Netanyahu memberikan kesaksian dalam penyelidikan tersebut, dan pada hari Senin mengecamnya sebagai "perburuan politik" yang bertujuan untuk "mencegah pemecatan" Bar.

Pengadilan Israel pada hari Selasa memperpanjang penahanan kedua tersangka selama tiga hari tambahan, hingga hari Kamis.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.