Inilah Mendhak Sanggring, Tradisi Khas Lamongan untuk Menghormat Penyebar Agama Islam sekaligus Murid Sunan Giri
Moh. Habib Asyhad April 06, 2025 12:34 PM

Di Lamongan ada tradisi lokal yang sudah menjadi agenda tahunan. NamanyaMendhak Sanggring, untuk menghormati penyebar agama Islam di desa itu sekaligus murid Sunan Giri.

Intisari-Online.com -Orang mengenal Lamongan paling-paling karena sotonya yang lezat, atau klub sepakbolanya dalam diri Persela, atau Amrozi yang terdakwa kasus Bom Bali. Tapi Lamongan juga punya yang lain, termasuk tradisi-tradisi yang khas.

Inilah Mendhak Sanggring, tradisi ruwatan khas Lamongan yang menggabungkan tradisi lokal dan penghormatan terhadap penyebar agama Islam setempat. Sekarang sudah jadi destinasi wisata.

Mengutip referensi.data.kemdikbud.go.id, Mendhak Sanggring adalah rangkaianritual bersih desa yang berlangsung di Desa Tlemang, Kecamatan Ngimbang, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Tradisi ini disebut telah ada sejak ratusan tahun yang lalu.

Masih dari sumber yang sama, puncak acara Mendhak Sanggring adalahmemasak sanggring (kolak ayam khas Lamongan dan Gresik) dan makan bersama oleh warga desa serta berdoa di makam Ki Buyut Terik, yang dipercaya sebagai pendiri desa.

Yang unik adalah pelaksanaan memasak sanggringnya itu. Dalam pelaksaannya, seluruh petugasyang menerima sumbangan ayam, menyembelih, hingga memasak hanya boleh dilakukan oleh para laki-laki keturunan Juru Sanggring. Selain itu, kepala Juru Sanggring harus melakukan puasa sehari semalam sebelum ritual ini.

Sangggring dimasak di tiga wajan besar di tempat terbuka. Masih dari sumber yang sama, sayur sanggring dipercaya memiliki khasiat menolak penyakit atau sebagai obat.

Menurut beberapa sumber, sanggring berasal dari kata "sangkaningwonggering" atau obatnya orang sakit. Tradisi nyanggring di Tlemang ini berlangsung selama empat hari berturut-turut, berpedoman pada penanggalan Jawa, tepatnya setiap 24 hingga 27 Jumadil Awal.

Yang menjadi bagian dari ritual Mendhak Sanggring termasuk bersih desa dan bersih makam serta pagelaran seniwayang krucil (termasuk kesenian langka) selama dua hari berturut-turut.

Lokasi Desa Tlemang kurang lebih 6 km dari ibukota kecamatan Ngimbang, dan 36 km dari pusat kota Lamongan. Desa ini terletak di perbukitan kapur yang dipenuhi dengan hutan jati.

Desa ini dilimpahi dengan sumber mata air. Karena itulah dalam tradisiMendhak Sanggring juga melibatkan perawatan sumber mata air yang menghidupi desa yang terdiri atas tiga pedukuhan itu. TradisiMendhak Sanggring dimulai denganmembersihkan dua sendang, sendhang wedok dan sendhang lanang.Sebelum memulai bersih-bersih, kepala desa akan melakukan ritual dengan memercikkanair kelapa muda yang dicampur dengan badheg (air tape) dan beberapa ramuan lainnya.

Selanjutnya modin, sang pemuka agama, akan memimpin doa sebelum acara selamatan di mana warga sudah membawa hidangan dari rumah masing-masing.

Hari kedua, ritual dipusatkan di makam punden desa, Ki Buyut Terik. Di sana warga akan melakukan bersih kuburan, mengganti kain pembungkus, mengganti atap makam, dan lain sebagainya.

Konon nama asli Buyut Terik adalah Raden Nurlali, yang disebut masih kerabat Keraton Mataram Islam, yang pada 1677 meninggalkan keraton. Raden Nurlali pergi ke arah timur untuk mengabdi kepada Sunan Giri.

Dari Sunan Giri, dia diberi tugas menyebarkan agama Islam di daerah Lamongan hingga diangkat menjadi pemimpin masyarakat di Desa Tlemang. Sunan Giri disebut hadir dalam upacara pengangkatan yang berlangsung pada 27 Jumadilawal itu.

Pada sore harinya, setelah bersih-bersih makam, acara dilanjutkan dengan pengajian untuk ibu-ibu. Katanya, ini adalah acara tambahan yang baru diadakan beberapa tahun belakangan.

Hari ketiga saatnya pergelaran wayang krucil yang berpusat di kediaman Kepala Desa. Lakonnya "Damarwulan". Tak lupa dua ekor kambing disembelih untuk dipersembahkan kepada Ki Buyut Terik.

Dipimpin kepala desa, warga kemudian memanjatkan doa di makam Ki Buyut Terik sebagai pertandaacara mendhakan dimulai. Acara kemudian dilanjutkan dengan acara makan bersama di mana menunya berbahan daging kambing.

Puncak acaraMendhak Sanggring digelar di hari keempat, wayang krucil masih berlangsung tapi dengan lakon yang berbeda. Kali ini "Sriaji Jayabaya". Semua yang terlibat dalam pagelaran ini harus mengenakan pakaian adat.

Ritual diakhiri dengan berkunjung lagi ke makam Ki Buyut Terik, kali ini dengan membawa makanan dalam ambeng yang akan didoakan sebelum disantap bersama. Setelah acara selesai, warga akanberangsur-angsur meninggalkan lokasi.

BegitulahMendhak Sanggring, tradisi khas Lamongan untuk menghormati salah satu murid Wali Songo Sunan Giri.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.