Pengacara Nasional asal Pidie Gelar Khanduri Raya ‘7 Hari 7 Malam’ di Laweung
Eddy Fitriadi April 07, 2025 12:31 AM

Laporan Rianza Alfandi | Pidie 

SERAMBINEWS.COM, SIGLI – Pengacara nasional asal Gampong Tgk Di Laweung, Kecamatan Muara Tiga, Kabupatan Pidie, Dr Asfifuddin, kembali menggelar acara khanduri raya bagi masyarakat yang ada di Laweung. Acara tersebut digelar selama tujuh hari tujuh malam berturut-turut. 

“Kami keluarga besar sejak dulu telah diwasiatkan bahwa kami tidak boleh jauh dari masyarakat. Kalau kita ada rezeki yang dititip oleh Allah selalu disuruh bagi kepada orang lain, jangan sampai orang kampung sedih,” kata Dr Asfifuddin, saat ditemui Serambinews.com, di kediamannya, Minggu (6/4/2025). 

Asfifuddin menyampaikan, acara open house di rumahnya tersebut merupakan kegiatan yang sudah rutin dilaksanakan oleh keluarganya sejak dulu. Di mana, setiap ada rezeki masyarakat harus ikut serta merasakannya. 

“Jadi kami merasa bersatu hati, bersatu pikiran, dan perasaan walaupun kami di Jakarta, masyarakat di kampung. Sehingga tidak timbul jarak dengan kami. Kegiatan ini tujuh hari, tiap harinya ada kegiatan untuk kepentingan masyarakat,” ujarnya. 

Pada kesempatan kali ini, kata dia, Paguyuban warga perantau asal Pidie yang bermarkas di Jakarta atau lebih dikenal Keluarga Ureung Pidie (KUPI) ikut berpartisipasi dalam acara khanduri raya. 

Menurutnya keterlibatan KUPI dalam kegiatan ini dinilai sebagai bentuk kehormatan atas dirinya yang selama ini juga ikut bersama-sama menolong masyarakat tanpa mengharap imbalan. 

“Tidak ada organisasi lain yang saya lihat seperti KUPI. Mereka tidak pernah ada status sosial yang harus mereka bedakan. Mereka bersama, tidak ada pangkat di situ,” ungkapnya.

“Saya ingin KUPI ini eksis dan menjadi contoh bagi organisasi lain karena mereka adalah pahlawan-pahlawan tanpa nama. Mereka bekerja luar biasa untuk kemanusiaan,” tambahnya. 

Lebih lanjut, Asfifuddin mengatakan, bahwa pada acara khanduri raya ini sekitar 20 anak-anak dari keluarga mereka yang belajar di pesantren juga ikut pulang untuk meramaikan dan mengisi tausiah-tausiah kepada masyarakat setiap harinya. 

“Jadi keinginan saya ke depan, mudah-mudahan Allah kabulkan untuk bagaimana kita besarkan orang-orang yang ada di dalam pesantren untuk kita tingkatkan ke luar,” ungkapnya. 

Asfifuddin juga menekankan, bahwa tujuan dari acara rutin ini sengaja ia laksanakan guna mendekatkan diri dengan masyarakat. “Jadi antara kami dengan masyarakat tidak boleh ada jarak dan tidak boleh ada sekat. Apa yang kami makan itu yang mereka makan, apa yang mereka rasakan saya juga ikut rasakan,” tuturnya. 

Saran kepada Perantau

Dalam kesempatan ini, Asfifuddin, menyarankan kepada para perantau asal Aceh yang memiliki kemudahan rezeki untuk membangun rumah di tanah kelahiran masing-masing. Sehingga hubungan baik dengan keluarga dan masyarakat tetap terjaga.

Ia menilai, kehadiran rumah di kampung juga bertujuan untuk menjembetani seorang perantau dengan masyarakat. Selain itu, juga bisa menjadi aset berharga bagi anak-anak untuk selalu mengingat asalnya. 

“Jangan salahkan anak-anak kita di masa yang akan datang kalau kita tidak mempersiapkan mereka dari sekarang. Ketika kita sudah tidak ada maka anak-anak kita pasti bersatu dengan keluarga,” ungkapnya. 

“Jadi kalau rumah di kampung tidak ada, mereka mau pulang ke mana, di mana mereka menginap. Justru rumah ini sangat penting, seperti di Padang ada Rumah Gadang, itu sebenarnya simbol di mana di situlah kehormatan orang tua,” tambahnya.(*) 

 

 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.