Gaza Dikepung 'Balas Dendam': Roket Qassam Hujani Israel, Tel Aviv Balas dengan Bom Bertubi-tubi
Garudea Prabawati April 08, 2025 07:32 AM

TRIBUNNEWS.COM - Gaza dikepung balas dendam, roket Al-Qassam hujani Israel, Tel Aviv membalas dengan meluncurkan bom bertubi-tubi.

Brigade Izz ad-Din al-Qassam, sayap militer Hamas, meluncurkan serangan roket bergelombang ke kota-kota di selatan Israel pada Minggu (6/4/2025) malam.

Penyerbuan kemarin menandai eskalasi baru dalam konflik yang terus membara di kawasan tersebut.

Media Israel melaporkan sirene peringatan serangan udara meraung-raung di berbagai wilayah selatan negara itu dan menyebabkan kalangan warga panik luar biasa.

Dalam pernyataan resminya, Brigade Al-Qassam menyebut serangan ini sebagai respons terhadap aksi militer Israel di Gaza, Tepi Barat, dan Yerusalem.

"Neraka Brigade Qassam telah dimulai," kata mereka.

Al-Qassam menyatakan rudal-rudal yang mereka lancarkan adalah bentuk perlawanan atas penindasan yang terus terjadi, termasuk terhadap Masjid Al-Aqsa.

Militer Israel mengonfirmasi ada sekitar 10 roket ditembakkan, sebagian besar berhasil dicegat.

Namun, pecahan peluru tetap melukai sejumlah warga dan menyebabkan kerusakan di beberapa area, dikutip dari Arab News dan layanan darurat setempat.

Tak lama setelah serangan roket, militer Israel memerintahkan evakuasi warga dari beberapa distrik di Deir Al-Balah, Jalur Gaza tengah.

"Ini adalah peringatan terakhir sebelum serangan," demikian bunyi pengumuman resmi militer, dikutip dari Arab News.

Israel kemudian melancarkan serangan udara balasan yang diklaim menyasar peluncur roket Hamas.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang saat itu dalam perjalanan ke Washington, langsung memerintahkan tanggapan militer yang "kuat", menurut pernyataan kantornya.

Stasiun televisi Channel 12 Israel menyebutkan bahwa 12 orang mengalami luka ringan akibat serangan roket Hamas, mengutip pernyataan rumah sakit Bazilai di Ashkelon.

Di sisi lain, otoritas kesehatan di Gaza menyebutkan bahwa serangan balasan Israel pada hari yang sama telah menewaskan sedikitnya 39 warga Palestina.

Puluhan lainnya luka-luka akibat rentetan bom yang menghantam area permukiman.

Konflik ini tidak hanya memakan korban jiwa dari warga sipil, tetapi juga berdampak tragis bagi jurnalis.

Laporan lembaga pemikir Watson Institute for International and Public Affairs yang berbasis di AS menyatakan perang di Gaza telah menjadi konflik paling mematikan bagi jurnalis dalam sejarah modern.

Sejak Oktober 2023, sebanyak 232 jurnalis telah tewas, termasuk dalam serangan terbaru Israel terhadap kamp media di sekitar dua rumah sakit besar di Gaza.

Dalam serangan itu, seorang jurnalis, Ahmed Mansour, dilaporkan terbakar hidup-hidup akibat serangan rudal, dikutip dari Al Arabiya.

Serangan tersebut juga menewaskan dua orang lainnya dan melukai enam jurnalis lainnya.

Militer Israel mengklaim serangan tersebut ditujukan kepada militan Hamas dan menegaskan mereka berupaya menghindari korban sipil.

Tudingan bahwa Hamas menggunakan fasilitas sipil untuk tujuan militer terus dibantah oleh staf rumah sakit dan organisasi kemanusiaan.

Kondisi kemanusiaan di Gaza kian memburuk.

Menurut data pejabat Palestina, lebih dari 50.000 warga Palestina telah tewas sejak Israel meluncurkan serangan balasan pasca serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan 1.200 orang dan menculik 251 lainnya sebagai sandera.

Upaya perdamaian pun belum membuahkan hasil.

Gencatan senjata yang sempat disepakati pada Januari 2025 kini tak lagi efektif, seiring saling tuding antara Israel dan Hamas atas kebuntuan dalam perundingan damai.

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.