Prabowo Akui Komunikasi Pemerintah Masih Buruk, Wamendagri: Publik Memiliki Harapan Sangat Tinggi
GH News April 09, 2025 10:04 AM

Wakil Menteri Dalam Negeri RI (Wamendagri) Bima Arya Sugiarto membenarkan pernyataan Presiden RI Prabowo Subianto soal masih buruknya gaya komunikasi pemerintah di 150 hari kerja pertama.

Kata Bima Arya, pemerintah saat ini memang sedang dihadapi oleh tantangan yang tidak mudah, termasuk soal harapan publik terhadap kinerja pemerintah di lima tahun ke depan ini.

"Ya memang tantangan pemerintah hari ini enggak mudah. Publik memiliki harapan yang sangat tinggi," kata Bima Arya kepada awak media di Kantor Kemendagri, Selasa (8/4/2025) sore.

Atas hal itu menurut Bima Arya, beberapa pesan yang disampaikan oleh pejabat publik kerap kali tidak mampu ditangkap secara utuh oleh masyarakat.

Tak hanya itu, sebagian besar masyarakat juga kata dia, masih banyak yang perlu diberi pemahaman terkait dengan apa yang sedang, akan, dan sudah dilakukan oleh pemerintah.

Kondisi tersebut yang memang seharusnya bisa dilakukan pemerintah melalui pemberian informasi yang jelas.

"Jadi, memang, tantangan dari semua adalah bagaimana agar publik ini tahu apa yang sudah dilakukan, apa yang akan dilakukan, dan belum dilakukan," kata Bima Arya.

Guna mengantisipasi hal demikian, Politikus PAN tersebut lantas menyatakan, Presiden Prabowo sejauh ini sejatinya terus memberikan masukan agar kabinetnya bisa berbicara secara cakap dan tepat.

Dirinya menyebut, penggunaan diksi yang baik menjadi faktor utama bagi jajaran di kabinet Merah Putih yang ditekankan oleh Prabowo.

Pasalnya, kesalahan penggunaan diksi bisa berpengaruh pada tafsiran publik menerima pesan yang dimaksud oleh pemerintah.

"Jadi, Presiden memang memberikan penyemangat dan motivasi agar seluruh anggota kabinet terus menyampaikan informasi yang tepat dan akurat atas semua kegiatankegiatannya, dan juga berhatihati dalam menggunakan diksi," tutur dia.

PRABOWO KUNJUNGI MEGAWATI Presiden Prabowo Subianto bertemu Presiden ke5 RI Megawati Soekarnoputri, pada Senin (7/4/2025) malam, di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat. Ketua Harian Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad menyatakan pertemuan kedua tokoh ini adalah silaturahmi Hari Raya Idul Fitri. (TRIBUNNEWS/IST)

"Penggunaan diksi ini juga hatihati karena bisa menimbulkan tafsirantafsiran berbeda," tandas Bima Arya.

Sebelumnya, Presiden Republik Indonesia (RI), Prabowo Subianto mengakui bahwa saat ini masih ada masalah dalam komunikasi yang dilakukan oleh pemerintah. Namun, mantan Danjen Kopassus itu enggan menyalahkan pihak manapun.

"Saya kemarin saya sadar beberapa minggu lalu, bahwa komunikasi dari pemerintah yang saya pimpin memang agak kurang. Dan itu adalah tanggung jawab saya," ujar Prabowo dalam sambutannya acara Sarasehan Ekonomi di Menara Mandiri, Jakarta Pusat, Selasa (8/4/2025).

Mantan Menteri Pertahanan RI itu mengaku pihaknya memiliki alasan sendiri mengapa tidak mau banyak muncul menjelaskan kinerja pemerintah. Sebab, dia ingin lebih mengedepankan filosofi evidence based performance. 

"Jadi saya enggan bicara tanpa bukti nyata. Itu sifat saya. Jadi saya harus selalu dinilai oleh hasil yang saya lakukan, prestasi yang saya lakukan, demikian yang saya minta dari rekanrekan saya yang dekat saya hanya lihat mereka dari pengabdian mereka, dari prestasi mereka, dari energi mereka, dari niat mereka," jelasnya.

Presiden Prabowo mengatakan pihaknya punya persepsi masyarakat akan menilai dengan hasil yang dilakukan pemerintah. Karenanya, dia enggan hanya menjadi pemimpin yang hanya sekadar 'omonomon' saja.

Bahkan seusai dilantik, Ketua Umum Partai Gerindra itu langsung mengumpulkan tim kecil dan langsung mulai bekerja. Dalam 5 bulan pertama ini, dia sengaja banyak bekerja tak terbuka diliput oleh media massa.

"5 bulan kita bekerja terus, tanpa diliput media kadangkadang diliput media malah kerjanya sulit. Karena media ingin bukti seketika," jelasnya.

Presiden Prabowo meminta semua pihak mengerti apa yang dikerjakan oleh pemerintah tidak bisa langsung dilihat hasilnya secara langsung. Dirinya pun bukanlah nabi Musa AS yang memiliki tongkat sakti.

"Dalam manajemen suatu organisasi dalam menjalankan suatu proyek tidak bisa seketika yang bisa seketika itu hanya Nabi Musa yang punya tongkat. Kita manusia tidak bisa langsung seketika, semua itu adalah perencanaan, perencanaan yang matang. Perencanaan dasarnya adalah pengumpulan data yang benar," ungkapnya.

Mantan Pangkostrad TNI AD itu mengibaratkan saat ini pemerintah sebagai petani yang sedang akan membangun sebuah pohon berbuah. Dia menyatakan, pohon itu tidak bisa berbuah secara langsung.

"Nggak bisa kita tanam pohon, kita minta buahnya turun lusa, tidak mungkin. Ini melawan hukum alam. Kita cari benih yang bagus, kita cari tanah yang cocok, kita harus ada sumber air, kita harus ada cuaca yang baik. Kita tanam, kita rawat, baru ada hasilnya. Mungkin lima tahun enam tahun ya kan," jelasnya.

Karena itu, Presiden meminta pemerintah untuk diberikan kesempatan untuk membangun negara. Sebaliknya, pemerintah juga berkomitmen terbuka dan transparan kepada masyarakat.

"Waktu kita ambil alih pemerintahan kita bekerja keras karena persiapannya sudah baik. Dan kita sudah punya strategi, kita sudah punya keyakinan apa yang harus kita lakukan.  Dan bagi kami, kami sangat terbuka, kami sangat transparan, kami buat buku strategi transformasi bangsa dan kita sebarkan saudara bisa buka disitu," pungkasnya.

 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.