Pertemuan antara Presiden Republik Indonesia (RI), Prabowo Subianto dan Presiden Kelima RI, Megawati Soekarnoputri menjadi sorotan.
Pertemuan empat mata kedua tokoh itu memiliki pesan penting.
Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga menduga ada barter politik dalam pertemuan PrabowoMegawati.
Dia menduga Megawati meminta Prabowo agar tidak mengusik Kongres PDIP yang berlangsung tahun ini.
"Megawati juga bisa saja meminta Prabowo untuk menjamin tidak ada gangguan saat Kongres PDIP mendatang. Tidak ada cawecawe dari mana pun yang akan mengganggu pelaksanaan Kongres PDIP," ujar Jamiluddin saat dikonfirmasi, Rabu (9/4/2025).
Ia menjelaskan permintaan jaminan itu dinilai wajar karena 10 tahun terakhir ini kerap terjadi gangguan terhadap partai politik.
Yakni, ada pihak berupaya mengintervensi partai politik dengan mengganti ketua umum partai politik melalui kongres.
Tak hanya itu, Jamiluddin memperkirakan manuver Megawati menerima Prabowo untuk mengamankan kadernya dari kriminalisasi.
Dia tidak mau ada kasus serupa seperti yang dialami Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto.
"Melunaknya Megawati mau menerima Prabowo, bisa jadi untuk mengamankan kadernya dari gangguan dari eksternal. Setidaknya Megawati ingin memastikan tidak ada lagi ancaman kriminalisasi terhadap kadernya," jelasnya.
Namun demikian, ia menduga Prabowo juga sudah melakukan barter politik dengan Megawati.
Yakni, mantan Danjen Kopassus itu meminta dukungan Megawati dan PDIP terhadap pemerintahannya.
Ia mengatakan Prabowo diduga ingin merangkul Megawati sebagai mitra pemerintah, bukan sebagai oposisi.
Dengan begitu, PDIP diharapkan dapat menjadi mitra pengingat, bukan sebagai oposan.
"Setidaknya Prabowo berharap Megawati melalui kaderkader PDIP tidak frontal mengkritik kebijakan pemerintahannya. Prabowo bisa jadi berharap, meskipun PDIP tidak menjadi koalisi pemerintah, tapi tidak menjadi oposisi. Dengan begitu, Prabowo dapat melaksanakan pemerintahannya dengan tenang," ungkapnya.
Jamiluddin memperkirakan manuver pertemuan Prabowo dan Megawati akan mengusik geng Solo atau keluarga Presiden ketujuh RI, Joko Widodo (Jokowi).
"Pertemuan PrabowoMegawati bisa saja mengusik pihakpihak tertentu. Termasuk tentunya bisa saja mengganggu kepentingan geng Solo. Jadi, bila terjadi Prabowo mesra dengan Megawati, sudah pasti ada yang kebakaran jenggot. Sebab, hal itu akan mengusik kepentingannya baik jangka pendek maupun panjang," jelasnya.
Lebih lanjut, Jamiluddin menambahkan kepentingan yang terganggu ini bisa saja membuat geng Solo marah.
Dia memperkirakan geng Solo akan segera melakukan aksi politik.
"Kalau kepentingan pihakpihak tertentu terganggu, tentu mereka akan marah. Bisa saja mereka akan melakukan aksiaksi politik agar kepentingan mereka kembali diakomodir Prabowo," jelasnya.
Untuk diketahui pertemuan Prabowo dan Megawati berlangsung pada Senin malam (7/4/2025) di kediaman Megawati di Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat.
"Memang betul bahwa pada Senin malam, jam 8 sampai dengan jam 9.20 menitan, Presiden Prabowo bertemu dengan Presiden Republik Indonesia yang kelima, Ibu Megawati Soekarnoputri di kediaman beliau di Jalan Teuku Umar," kata Muzani.
Ketua MPR RI itu menjelaskan, pertemuan tersebut berlangsung secara empat mata antara kedua tokoh nasional.
Meskipun ia hadir mendampingi, Muzani mengaku tidak mengetahui secara rinci isi percakapan dalam pertemuan tersebut.
"Pertemuan itu empat mata dan kami mendampingi dari pertemuan tersebut sehingga kami tidak secara langsung mendengar apa yang dibicarakan oleh kedua pemimpin tersebut," ujar Muzani.
Muzani menambahkan bahwa pertemuan itu dilatarbelakangi keinginan untuk bersilaturahmi di momen Idulfitri.
Menurutnya, Prabowo dan Megawati sudah lama berencana untuk bertemu.
Namun, baru terealisasi pada momen lebaran kali ini karena kesibukan masingmasing.
"Tetapi dari beberapa hal pembicaraan itu kami dapatkan bahwa pembicaraan itu pertama dimaksudkan untuk bersilaturahmi di momen lebaran ini karena kedua beliau juga lama tidak bertemu dan sudah beberapa kali berencana, akan tetapi pertemuan itu beberapa kali tercancel karena kesibukan dan jadwal yang padat dari kedua pemimpin tersebut," pungkas Muzani.