TRIBUNMANADO.CO.ID - Dalam tradisi Islam, banyak doa dan amalan yang diajarkan langsung oleh Rasulullah Muhammad SAW kepada para sahabatnya.
Salah satu sahabat yang sangat dekat dengan beliau adalah Sayyidina Ali bin Abi Thalib—seorang tokoh besar dalam sejarah Islam yang memiliki hubungan spesial dengan Nabi, baik secara kekerabatan maupun keimanan.
Sayyidina Ali tidak hanya menjadi salah satu sahabat terdekat Rasulullah, tetapi juga termasuk kerabat dekat beliau.
Ali adalah putra dari Abu Thalib, paman Nabi, yang berarti secara nasab, hubungan mereka sangat erat.
Lebih dari itu, Ali juga menjadi menantu Nabi setelah menikahi putri beliau yang mulia, Sayyidah Fatimah az-Zahra.
Kedekatan inilah yang membuat Sayyidina Ali banyak menyerap ilmu, hikmah, serta amalan-amalan spiritual langsung dari Rasulullah SAW.
Dalam sebuah riwayat yang dicatat oleh Imam Tirmidzi, diceritakan bahwa Sayyidina Ali pernah mengalami sakit yang cukup berat. Saat itu, dalam kondisi lemah dan tak berdaya, beliau memanjatkan sebuah doa kepada Allah:
“Ya Allah, jika memang ajalku telah dekat, maka berilah aku kelegaan.
Namun jika ajalku masih jauh, angkatlah penyakit ini dariku. Dan jika ini adalah bentuk ujian, maka kuatkanlah aku dengan kesabaran.”
Doa tersebut dalam bahasa Arab berbunyi:
اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ أَجَلِيْ قَدْ حَضَرَ فَأَرِحْنِيْ، وَإِنْ كَانَ مُتَأَخِّرًا فَارْفَعْهُ عَنِّيْ، وَإِنْ كَانَ بَلَاءً فَصَبِّرْنِيْ
Allāhumma in kāna ajalī qad ḥaḍara fa-arīḥnī, wa in kāna muta’akhkhiran farfa‘hu ‘annī, wa in kāna balā’an faṣabbirnī.
Ketika Rasulullah melewati tempat Ali berada, beliau mendengar doa itu dan bertanya, “Apa yang baru saja engkau ucapkan?” Sayyidina Ali pun mengulangi doanya. Rasulullah SAW kemudian menyentuhnya dengan kaki beliau dan berdoa:
“Ya Allah, sembuhkanlah Ali atau berilah ia keselamatan.”
Setelah peristiwa itu, Sayyidina Ali berkata bahwa ia tidak lagi merasakan sakit seperti sebelumnya.