TRIBUNNEWS.COM – Mantan presiden AS ke-45 Joe Biden, melontarkan kritikan tajam ke Donald Trump pasca presiden tersebut menetapkan kebijakan-kebijakan kontroversial.
Kritikan itu disampaikan Biden saat memberikan pidato kepresidenan untuk pertama kalinya pada Selasa (15/4/2025) waktu setempat.
Dalam pidatonya Biden menyebut kebijakan yang dilakukan pemerintahan Trump dapat membawa malapetaka bagi warga AS.
Adapun kebijakan yang dimaksud yakni pemangkasan besar-besaran oleh Departemen Efisiensi Pemerintahan (DOGE) yang dipimpin Elon Musk terhadap badan Jaminan Sosial AS.
"Kurang dari 100 hari, pemerintahan ini telah melakukan banyak kerusakan dan begitu banyak kehancuran, sungguh menakjubkan hal itu bisa terjadi begitu cepat," kata Biden dalam konferensi advokasi disabilitas di Chicago, dikutip dari CNN International.
"Mereka menebas administrasi Jaminan Sosial, memaksa 7 ribu karyawan berhenti," imbuhnya.
Selama setengah jam, Biden menekan bahwa upaya perampingan termasuk pemecatan lebih dari 7.000 pegawai, penutupan kantor, dan restrukturisasi tugas sebagai langkah-langkah "ceroboh dan merusak”.
"Banyak warga AS yang bergantung pada jaminan sosial untuk membeli makanan hanya untuk bertahan hidup," kata Biden lagi.
"Banyak dari penerima manfaat itu adalah satu-satunya pendapatan mereka. Jika dipangkas atau diambil, itu akan sangat menghancurkan, menghancurkan jutaan orang," lanjutnya.
Meskipun Biden tidak menyebut nama Trump secara langsung dalam pidatonya, kritiknya jelas ditujukan kepada kebijakan pemerintahannya.
Pernyataan ini menandai kembalinya Biden ke panggung politik dengan fokus pada isu-isu sosial yang menjadi perhatian utamanya selama menjabat sebagai presiden.
Kritikan tak hanya dilontarkan Joe Biden, beberapa anggota parlemen Demokrat telah menyatakan ketidakpuasan dengan kebijakan perdagangan saat ini.
Termasuk diantaranya Senator Cory Booker, Demokrat dari New Jersey.
Ia menilai kebijakan Trump telah memicu hambatan perdagangan karena mengguncang ekonomi dan menguras tabungan warga Amerika
"Saya hanya ingin atas nama saya sendiri, menyampaikan kecaman keras dan tegas terhadap tarif Trump. Semuanya salah. Itu harus dikutuk," ujar Booker.
Senada dengan yang lain, Ray Dalio, pendiri dana lindung nilai Bridgewater Associates, mengatakan bahwa ia khawatir akan sesuatu yang lebih buruk daripada resesi.
"Saya pikir saat ini kita berada pada titik pengambilan keputusan dan sangat dekat dengan resesi," kata Dalio di acara Meet the Press di NBC News menanggapi pertanyaan tentang apakah AS kemungkinan akan mengalami resesi karena kebijakan tarif Trump.
"Dan saya khawatir akan sesuatu yang lebih buruk daripada resesi jika hal ini tidak ditangani dengan baik." imbuhnya
Terbaru, Mantan Menteri Keuangan AS Lawrence Summers mengungkap adanya risiko resesi dengan kemungkinan 2 juta warga AS kehilangan pekerjaan, sebagai akibat dari kenaikan tarif yang sedang berlangsung.
Peringatan diungkap Summers dalam wawancara di Wall Street Week dengan Bloomberg Television.
Menurut Summers, kebijakan tarif Trump saat ini lebih ekstrim dari tarif yang diterapkan pada tahun 1930.
Dapat menaikkan harga, merugikan konsumen dan bisnis AS, mengganggu perdagangan global, dan berdampak negatif bagi pertumbuhan ekonomi global.
Lantaran tarif impor yang diberlakukan Trump memicu beberapa mitra dagang untuk melemparkan tindakan balasan terhadap tarif yang diberlakukan Trump tersebut, yang pada akhirnya membawa perdagangan dunia di ambang resesi.
"Kemungkinan besar kita akan mengalami resesi - dan dalam konteks resesi, kita akan melihat tambahan 2 juta orang menganggur," kata Summers.
"Kita akan melihat kerugian dalam pendapatan rumah tangga sebesar 5.000 dolar per keluarga atau lebih,” imbuh Summers, yang merupakan profesor Universitas Harvard.
Komentar serupa juga turut dirilis ekonom perbankan investasi Goldman Sachs Group Inc telah lebih dulu memperingatkan warga AS untuk bersiap menghadapi lonjakan resesi 45 persen dalam 12 bulan atau satu tahun ke depan.
Bank investasi J.P. Morgan juga menempatkan kemungkinan resesi AS dan global sebesar 60 persen buntut tarif impor baru yang diberlakukan Presiden AS Donald Trump.
Sementara Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell memperingatkan kenaikan inflasi yang dapat mengancam keberlangsungan kondisi perekonomian AS buntut kebijakan tarif Presiden Donald Trump.
(Tribunnews.com / Namira)