TRIBUNNEWS.COM – Penyebab jet tempur F-16 milik Angkatan Udara Ukraina (AUF) bisa ditembak jatuh oleh militer Rusia masih menjadi teka-teki,
Jet tempur itu jatuh pada hari Sabtu, (12/4/2025), dan menewaskan pilotnya, yakni Pavlo Ivanov. AUF mengonfirmasi peristiwa itu pada hari yang sama.
“Kami menyampaikan dukacita mendalam kepada keluarga Paul. Dia gugur dalam pertempuran untuk membela tanah airnya dari para penyerbu,” kata UAF dikutip dari Kyiv Post.
Ukraina belum mengonfirmasi lokasi jatuhnya jet tersebut. Para blogger militer Rusia dan Ukraina mengklaim jet itu ditembak jatuh oleh rudal darat ke udara (surface to air missile).
Sehari kemudian Kementerian Rusia menyebut jet itu ditembak oleh sistem pertahananan udara.
“Sistem pertahanan udara menembak jatuh satu jet F-16 Ukraina, delapan bom udara berpemandu JDAM, tujuh rudal HIMARS buatan AS, dan 207 drone dengan sayap tetap,” kata kementerian itu dikutip dari Eurasian Times.
Kasus itu merupakan kedua kalinya jet F-16 Ukraina jatuh saat perang. Kasus pertama terjadi tanggal 26 Agustus 2024 ketika satu F-16 menghadapi serangan rudal besar-besaran Rusia.
Saat ini kasus terbaru sedang diselidiki oleh Ukraina. Rusia tidak menyebutkan senjata apa yang digunakan untuk menjatuhkan F-16.
Lalu, mengapa F-16 bisa sampai ditembak jatuh oleh Rusia?
Vijainder K. Thakur, seorang pakar militer dan pensiunan pilot jet tempur asal India, mengungkapkan dua dugaan penyebab F-16 Ukraina bisa ditembak jatuh Rusia.
Dugaan pertama adalah kesalahan pilot dalam menghitung atau mengeksekusi release profile.
Release profile merujuk kepada lintasan dan parameter yang ditentukan bagi senjata ketika dilepaskan dari pesawat.
F-16 membawa rudal AGM-88 HARM yang kecepatannya mencapai Mach 2 beberapa detik setelah peluncuran.
Agar bisa meluncurkan rudal itu dengan efektif, F-16 harus mendekati perbatasan Rusia di ketinggian rendah agar tidak terdeteksi radar.
Di dekat titik peluncuran rudal yang telah diperhitungkan, jet itu terbang naik untuk mencapai ketinggian dan kecepatan yang diperlukan untuk melepaskan rudal. Hal seperti bisa membuatnya terdeteksi oleh radar musuh.
Titik peluncuran dipilih secara berhati-hati agar keberadaan F-16 tidak diketahui oleh sistem pertahanan musuh, misalnya S-400 milik Rusia.
Tujuannya adalah supaya tetap berada di luar missile engagement zone (MEZ) atau zona tempat sistem rudal bertanggung jawab melawan ancaman dari utara. Kapten Pavlo diduga sudah memasuki zona itu.
Adapun dugaan penyebab yang kedua adalah kesalahan intelijen Ukraina.
Intelijen Rusia mungkin tidak mengetahui secara pasti posisi sistem pertahanan Rusia di area tempat F-16 beroperasi.
Jika pasukan Ukraina memang tidak sadar akan keberadaan S-400 Rusia, mungkin AS atau NATO tidak memperbarui data intelijen dan pengintaian.
Saat ini Ukraina hanya memiliki sedikit F-16 yang bisa dioperasikan. Berdasarkan laporan, jumlah jet itu mungkin tidak sampai 16 unit.
Dari jumlah itu, hanya ada 6 hingga 8 yang siap tempur kapan pun. Jet-jet itu disebar di berbagai pangkalan udara.
Tugas utama F-16 adalah menargetkan sistem rudal Rusia, misalnya Kh-101 dan Kalibr. Terkadang jet itu dikerahkan dalam misi penyerangan.