Kenapa Trem Malang Punah? Konflik Politik, Depresi Global, dan Banjir Mobil (Bagian 1)
GH News April 16, 2025 07:06 PM

TIMESINDONESIA, MALANG – Pasti banyak arek Malang belum tahu. Dulu, Malang adalah salah satu wilayah yang punya jalur trem tersibuk di Jawa.

Untuk diingat. Pada sekitar 1850-1860, Malang adalah salah satu pusat perkebunan kopi dan gula andalan pemerintah kolonial Belanda. Harga kopi dan gula saat itu suangat-suangat mahal bila dijual di luar negeri. Sangat menguntungkan sekali bagi Belanda.

Bayangkan, hasil kopi dan gula dari Malang saja, mampu menghasilkan laba sekitar 31 persen dari seluruh jumlah pemasukan pemerintah kolonial saat itu. Saat itu, Malang tercatat sebagai pemasok kopi terbesar di Jawa.

Tak salah jika sejak awal abad ke-19, pemerintah kolonial Belanda mulai menaruh perhatian serius soal transportasi di Jawa, khususnya di Kota Malang. Pembukaan areal perkebunan yang semakin luas lagi di Malang antara tahun 1830 hingga 1840 menciptakan tekanan baru dalam hal distribusi tebu dan kopi.

Pengangkutan dengan gerbong dengan tenaga penarik seperti kerbau, sapi, atau kuda yang ada saat itu sudah tidak memadai lagi. Transportasi tradisional itu punya keterbatasan dalam hal kapasitas dan kecepatan angkut.

Trem-melintasi-Kali-Lesti.jpgTrem melintasi Kali Lesti di Talok ke arah Dampit (Sumber: Universiteit Leiden, Nederland diambil dari kelsumbersari.malangkota.go.id)

Memasuki akhir abad ke-19, tuntutan akan sistem transportasi massal semakin mendesak. Pendorongnya antara lain, volume pengiriman hasil perkebunan yang terus meningkat; kebutuhan distribusi barang dari dan menuju pelabuhan dan ketidakefisienan sistem transportasi tradisional.

Nah, karena tuntutan itu tak bisa dipecahkan sepenuhnya oleh pemerintah kolonial, maka pihak swasta mulai masuk. Mereka mengajukan proposal pembangunan jalur kereta api dan trem berbasis mesin uap.

Usulan pihak swasta itu menjadi titik awal modernisasi transportasi di Jawa. Bisnis trem dan kereta api akhirnya mulai masuk ke wilayah Malang.

Sekadar informasi, mungkin masih banyak yang bingung membedakan antara trem dan kereta api. Trem dan kereta api memiliki perbedaan utama dalam ukuran, kapasitas penumpang, kecepatan, dan jarak tempuh.

Dalam hal kapasitas penumpang, trem lebih sedikit dibandingkan kereta api karena ukurannya yang memang jauh lebih kecil. Kecepatannya pun lebih rendah dibandingkan kereta api.

Di banyak negara saat itu, trem umumnya digunakan untuk menempuh jarak pendek di dalam kota, sementara kereta api dapat menempuh jarak jauh, bahkan antarkota atau antarprovinsi.

Dalam hal sistem rel, trem berjalan di atas rel yang sebidang dengan jalan raya. Kereta api biasanya berjalan di rel yang lebih besar dan terpisah dari lalu lintas umum.

Trem Masuk ke Malang

Peta-rute-jalur-trem-MS.jpgPeta rute jalur trem MS berwarna merah, sedangkan jalur kereta api SS berwarna hitam tebal.(Sumber: Universiteit Leiden, Nederland diambil dari /kelsumbersari.malangkota.go.id)

Perkembangan trem di Malang sangat terkait dengan tumbuhnya ekspansi perkebunan yang membutuhkan sarana distribusi efektif. Di samping itu, jalur operasi kereta api Malang-Surabaya sebagai tulang punggung transportasi regional memang sudah sudah ada saat itu.

Dengan potensi ekonomi besar Malang, pembangunan jalur trem di Malang sangat krusial. Jalur trem ini pada dasarnya juga difungsikan memudahkan Pemerintah Kolonial untuk memantau daerah-daerah yang dijadikan sebagai areal perkebunan dan tidak bisa lepas juga dari kepentingan militer.

Berdasarkan Gouvernement Besluit pada 28 Mei 1894 no 2, pemerintah kolonial saat itu mulai memberi izin kepada J. Andre de La Porte dan J.W Post untuk membangun dan mengoperasikan jaringan trem uap di Kabupaten Malang dan sekitarnya.

Akan tetapi izin ini dicabut pada 18 Agustus 1895 dan dialihkan ke sebuah perusahaan yang ada di Amsterdam yang kemudian diberi nama Malang Stoomtram Maatschaapij. Melalui keputusan pemerintah pada 13 Juli 1901 No 28, pemerintah memberikan izin kepada perusahaan itu untuk membangun dan mengoperasikan trem uap tersebut.

Mulai sat itulah, Malang Stoomtram Maatschaapij sedikit demi sedikit mulai membangun jalur rel trem di Malang:

1. Malang – Boeloelawang (11 km), dibuka 14 November 1897
2. Boeloelawang – Gondanglegi (12 km), dibuka 4 Februari 1898
3. Gondanglegi – Talok (7 km), dibuka 9 September 1898
4. Talok – Dampit (8 km), dibuka 14 Januari 1899
5. Gondanglegi – Kepandjen (17 km), dibuka 10 Juni 1900
6. Tumpang – Singasari (23 km), dibuka 27 April 1901
7. Malang – Blimbing (6 km), dibuka 15 Februari 1903
8. Sedajoe – Toeren (1 km), dibuka 25 September 1908

Selain menggunakan kereta api, trem yang baru beroperasi di Kabupaten Malang berdasarkan Gouvernment Besluit 13 Juli 1901 no 28,juga berfungsi sebagai pendistribusian hasil panen tebu dan kopi.

Hasil panen tebu diangkut dari lahan perkebunan menuju ke pabrik penggilingan untuk diolah. Sementara hasil panen kopi diangkut dari areal perkebunan menuju ke stasiun lalu diangkut ke Pasuruan atau ke Surabaya menggunakan kereta api.

Tebu dibawa menuju ke pabrik pembuatan gula sedangkan kopi diangkut menuju ke Stasiun Kota Lama.

Tidak hanya itu trem juga berfungsi mengangkut BBM untuk dibawa ke Pangkalan Angkatan Darat yang ada di Lapangan Bugis (sekarang Bandara Lanud Abdulrahman Saleh)

Semakin berkembangnya perkebunan dan industri yang ada di Malang, trem juga turut berkembang. Yang semula hanya mengangkut hasil bumi dan hasil pabrik kemudian juga bertambah untuk mengangkut manusia yang datang ke Malang.

Berbagai kalangan datang ke Malang. Pribumi, orang Hindia Belanda, orang Eropa, dan bahkan orang Timur Asing (Tionghoa) berbondong ke Malang untuk bekerja di sektor perkebunan dan industri. (Bersambung)

                                                                           ----------------------------------

Tulisan ini disadur berdasarkan tesis berjudul "Ekspolitasi Trem di Kabupaten Malang (1879-1979)" karya Cahyo Tri Wibowo, Skripsi, Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Program Studi Pendidikan Sejarah, Universitas Negeri Malang, November 2013.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.