Grid.ID- Apakah perilaku selingkuh bisa 'menular'? Jawabannya adalah selingkuh bisa jadi menular.
Menurut sebuah studi yang diterbitkan dalam Archives of Sexual Behavior, lingkungan sosial yang permisif terhadap perselingkuhan dapat membuat seseorang lebih rentan terhadap godaan untuk selingkuh. Studi ini dipimpin oleh psikolog Gurit Birnbaum dari Baruch Ivcher School of Psychology di Israel.
Dalam penelitiannya, dikutip dari Psychology Today, Rabu (16/4/2025), Birnbaum menyatakan bahwa ketika seseorang berada di lingkungan yang memberi kesan bahwa selingkuh adalah hal yang lumrah atau bisa diterima, mereka akan cenderung lebih tertarik pada alternatif romantis lain dan merasa lebih nyaman mempertimbangkan perselingkuhan. Artinya, selingkuh tidak hanya terjadi karena niat pribadi semata, tetapi juga dipengaruhi oleh kekuatan situasional dan norma sosial yang mengelilinginya.
Meskipun begitu, Birnbaum menegaskan bahwa berada di lingkungan yang penuh dengan cerita selingkuh, tidak otomatis membuat seseorang menjadi pelaku perselingkuhan. Namun, jika seseorang memang sudah memiliki kerentanan pribadi terhadap perselingkuhan atau mendapat kesempatan untuk selingkuh, maka lingkungan semacam ini bisa menjadi pemicu tambahan yang mendorong mereka untuk melampaui batas.
Untuk membuktikan hal ini, peneliti melakukan tiga studi eksperimental terhadap peserta yang sedang menjalani hubungan romantis. Para peserta diekspos terhadap kisah-kisah selingkuh dari orang lain, lalu diminta merefleksikan hubungan mereka sendiri atau berinteraksi dengan orang lain yang dianggap menarik.
Hasilnya menunjukkan bahwa setelah terpapar cerita-cerita perselingkuhan, peserta menjadi kurang berkomitmen pada pasangannya dan lebih tertarik dengan calon pasangan alternatif. Temuan ini menunjukkan bahwa norma sosial yang permisif terhadap perselingkuhan bisa mengikis komitmen dalam hubungan."Lingkungan yang penuh dengan perselingkuhan dapat membuat orang lebih rentan terhadap godaan, jika bukan, 'menulari' mereka dengan kecenderungan tersebut," kataBirnbaum.
Studi ini juga menemukan bahwa ketika norma ketidaksetiaan dianggap wajar, seseorang cenderung menilai perselingkuhan sebagai sesuatu yang tidak terlalu immoral. Kondisi ini membuat batas antara nilai moral jangka panjang dan godaan sesaat menjadi kabur.
Lingkungan seperti ini menciptakan justifikasi psikologis bagi mereka yang sebelumnya mungkin merasa bersalah untuk melakukan perselingkuhan. Namun, penting untuk dicatat bahwa tidak semua orang akan merespons lingkungan ini dengan cara yang sama.
Ada faktor kepribadian yang membuat seseorang lebih rentan terhadap perselingkuhan. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa orang dengan tingkat neurotisisme tinggi, narsisme, dan ketidakamanan dalam keterikatan emosional memiliki kecenderungan lebih besar untuk berselingkuh. Selain itu, rendahnya tingkat religiusitas juga dikaitkan dengan meningkatnya kemungkinan melakukan selingkuh.
Menariknya, data lain mengungkap bahwa sekitar 53 persen perempuan dan 44 persen laki-laki yang sudah menikah di Amerika Serikat mengaku pernah terlibat dalam hubungan seksual di luar pernikahan. Dalam studi ini, meskipun tidak ditemukan perbedaan antara pria dan wanita dalam hal ketertarikan terhadap orang lain setelah terpapar norma perselingkuhan, pria cenderung menunjukkan komitmen yang lebih rendah pada pasangannya.
Hal ini membuka perbincangan lebih luas tentang bagaimana faktor gender memengaruhi respons psikologis terhadap norma sosial yang mengizinkan selingkuh. Temuan-temuan ini menegaskan bahwa lingkungan sosial memainkan peran besar dalam mendorong atau menghambat kecenderungan seseorang untuk melakukan perselingkuhan.
Sebagai bentuk pencegahan terhadap selingkuh, para peneliti menyarankan sejumlah strategi. Di antaranya adalah mengikuti konseling atau terapi pasangan untuk memperkuat ikatan emosional dan seksual, mengabaikan perhatian dari pihak ketiga yang menggoda, serta memandang orang lain yang menggoda sebagai kurang menarik daripada kenyataannya.
Selain itu, menjaga pergaulan dengan orang-orang yang setia terhadap pasangannya juga dapat memperkuat komitmen pribadi terhadap hubungan yang dijalani. Kesadaran akan kekuatan lingkungan sangat penting.
Soalnya, keputusan seseorang dalam hubungan intim tidak hanya dipengaruhi oleh hati dan moralitas, tetapi juga oleh siapa dan apa yang ada di sekelilingnya. Dengan memahami bahwa selingkuh bisa “menular”, kita dapat lebih waspada dan menjaga hubungan dari godaan yang merusak.