PMII dan Distribusi Kader
GH News April 17, 2025 10:14 AM

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) adalah organisasi kader yang tumbuh dari semangat intelektual, spiritual, dan sosial. Sejak berdiri pada 17 April 1960 hingga saat ini berumur 65 tahun, PMII telah menjadi bagian penting dari dinamika pergerakan mahasiswa Islam yang independen dan progresif. 

PMII telah melahirkan banyak tokoh nasional dan daerah yang kini tersebar dalam berbagai sektor kehidupan: pemerintahan, pendidikan, ekonomi, teknologi, sosial, hingga kancah internasional.

Gerakan PMII mengalami transformasi dari masa ke masa. Pada awalnya, PMII hadir sebagai wadah ekspresi mahasiswa Nahdlatul Ulama yang ingin membangun peradaban Islam rahmatan lil alamin di lingkungan kampus. 

Seiring waktu, PMII tumbuh menjadi organisasi dengan visi kebangsaan yang kokoh, berlandaskan Islam Ahlussunnah wal Jama’ah, dan menjadikan kaderisasi sebagai jantung gerakan.

Kaderisasi PMII terdiri dari tahapan yang sistematis dan berjenjang. Proses ini dimulai dari Masa Penerimaan Anggota Baru (MAPABA) sebagai pintu masuk pengenalan ideologi, sejarah, dan nilai dasar PMII. 

MAPABA adalah ruang pembentukan kesadaran awal kader tentang identitas keislaman dan keindonesiaan yang moderat. Setelahnya, kader melanjutkan ke Pendidikan Kader Dasar (PKD), yang menekankan pada penguatan ideologis, militansi, dan pengorganisasian.

Setelah PKD, kader akan masuk ke tahap Pendidikan Kader Lanjut (PKL). Di tahap ini, penekanan dilakukan pada analisis sosial, kepemimpinan, strategi gerakan, dan pemahaman geopolitik. PKL menjadi ruang pembentukan “organisator ideologis” yang siap berkiprah lebih luas. 

Sedangkan Pendidikan Kader Nasional (PKN) adalah tahapan tertinggi dalam jenjang formal kaderisasi PMII. Di PKN, kader diproyeksikan untuk mengisi ruang-ruang strategis nasional dengan narasi keumatan dan kebangsaan yang inklusif.

Namun, dalam konteks tantangan global saat ini, PMII perlu menghadirkan inovasi kaderisasi dalam bentuk Pendidikan Kader Profesi (PKP). PKP adalah ikhtiar untuk memperkuat kompetensi kader PMII dalam bidang-bidang profesi seperti ekonomi, teknologi, pendidikan, hukum, kesehatan, dan lainnya. Tujuannya adalah agar kader PMII tidak hanya unggul dalam ideologi dan gerakan, tetapi juga memiliki daya saing profesional yang tinggi.

Pendidikan Kader Profesi (PKP) merupakan respon strategis dalam menjawab tantangan kompetensi dan kebutuhan industri di era globalisasi. PKP dirancang sebagai sistem pendidikan nonformal berbasis profesi yang terstruktur, memberikan pelatihan, pendampingan, dan sertifikasi kepada kader sesuai bidang keilmuan dan karier yang mereka tekuni. 

Dalam pelaksanaannya, PKP dilakukan dengan pola tiga tahap: pelatihan intensif berbasis kompetensi, kolaborasi dengan lembaga/instansi profesional, serta sertifikasi resmi. Pelatihan disusun dengan pendekatan praktis sesuai standar industri dan dunia kerja.

Sebagai contoh konkret, PKP Akuntansi dirancang untuk kader PMII dari jurusan Akuntansi agar menjadi akuntan profesional yang bersertifikasi dan kompeten. Konsep pendidikannya meliputi materi seperti pengantar akuntansi, audit, sistem informasi akuntansi, perpajakan, hingga etika dan hukum profesi. 

Pelaksanaan dilakukan melalui bootcamp, workshop praktik software akuntansi (seperti MYOB, Accurate, SAP), dan simulasi audit. Kegiatan ini menggandeng Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), konsultan pajak, dan kantor akuntan publik (KAP). 

Kader kemudian diarahkan mengikuti sertifikasi seperti Brevet Pajak A/B, CPA, CMA, dan lainnya, agar siap menjadi akuntan perusahaan, publik, manajemen, pendidik, atau konsultan pajak.

Distribusi kader PMII saat ini menunjukkan keberhasilan secara kuantitatif dan kualitatif. Berdasarkan data struktur organisasi, PMII memiliki 25 Pengurus Koordinator Cabang (PKC) di tingkat provinsi, 231 Pengurus Cabang (PC) tingkat kabupaten/kota, 1.664 Pengurus Komisariat (PK) tingkat perguruan tinggi, dan 5.115 Pengurus Rayon (PR) di tingkat fakultas. Ini adalah basis struktural yang luas dalam upaya kaderisasi dan distribusi kader di berbagai lini.

Kader PMII berasal dari berbagai bidang ilmu: sosial politik, ekonomi, teknik, pertanian, kesehatan, pendidikan, bahkan ilmu murni dan sains. Hal ini memperkaya narasi gerakan PMII yang tidak semata-mata bersifat politik, tetapi juga mampu mengisi ruang-ruang akademik, profesional, dan sosial yang strategis. Kader PMII harus diposisikan sebagai subjek aktif dalam pembangunan nasional dan global.

Distribusi kader menjadi fokus utama dalam tahap pasca-kaderisasi. PMII tidak boleh hanya menjadi tempat berhimpun semasa kuliah, tetapi harus menjadi kawah candradimuka para pemimpin masa depan. 

Bidang-bidang potensial distribusi kader mencakup birokrasi, pendidikan, kewirausahaan, jurnalisme, organisasi masyarakat sipil, teknologi digital, dan diplomasi. Kader PMII harus hadir dengan narasi solusi dan inovasi, bukan hanya kritik.

Saat ini, banyak kader PMII telah menduduki posisi strategis di berbagai tingkatan: menteri, gubernur, bupati, rektor, dosen, pengusaha, tokoh masyarakat, dan diplomat. Ini adalah bukti bahwa kaderisasi dan distribusi kader yang dilakukan PMII memiliki daya hasil yang konkret. 

Namun demikian, tantangannya kini adalah memperluas distribusi kader pada bidang-bidang baru yang menjadi kebutuhan zaman seperti kecerdasan buatan, data science, energi terbarukan, dan ekonomi digital.

Penguasaan bidang-bidang strategis oleh kader PMII menjadi prioritas ke depan. Kita harus membentuk klaster kaderisasi profesi yang terfokus, membangun pusat studi PMII berbasis riset, dan memperkuat literasi digital kader. 

Dunia global saat ini tidak hanya menuntut kader yang fasih berbicara ideologi, tetapi juga yang mampu berdebat soal data, mengelola proyek, dan memimpin institusi dengan profesionalisme tinggi.

Di tingkat internasional, kader PMII mulai menunjukkan eksistensinya. Beberapa di antaranya menjadi bagian dari jaringan NGO global, mahasiswa program doktoral di kampus top dunia, hingga delegasi Indonesia dalam forum-forum internasional. PMII perlu mencetak diplomat kebudayaan, pengusaha ekspor, pakar globalisasi, dan pemikir Islam kontemporer yang bisa berbicara di pentas dunia.

Akhirnya, menuju Indonesia Emas 2045, kader PMII memiliki tanggung jawab sejarah. Dengan basis kader yang luas, distribusi yang terstruktur, serta kemampuan adaptasi yang tinggi, PMII harus menjadi lokomotif generasi emas yang berpijak pada nilai Islam, berwatak kebangsaan, dan berdaya saing global. Kita tidak hanya ingin hadir sebagai pelengkap sejarah, tetapi menjadi pelaku utama peradaban.

Selamat Hari Lahir PMII ke-65 (17 April 1960-17 April 2025), tumbuh subur Pergerakanmu. (*)

***

*) Oleh : Muhammad Aras Prabowo, Direktur Lembaga Profesi Ekonomi dan Keuangan PB PMII 2021–2024. 

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.