RI Siap Tambah Porsi Impor LPG dan Minyak dari AS, Nilainya Rp 168 T
kumparanBISNIS April 18, 2025 10:20 AM
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan, Pemerintah Indonesia akan meningkatkan porsi impor Liquefied Petroleum Gas (LPG) dan minyak atau crude oil dari Amerika Serikat. Hal ini sebagai bagian dari strategi untuk menyeimbangkan neraca perdagangan antara kedua negara yang disorot Presiden AS Donald Trump.
Untuk impor LPG dari AS akan ditambah menjadi 85 persen, dari saat ini sekitar 54 persen. Sementara itu, impor minyak atau crude oil dari AS yang sebelumnya tidak lebih dari 4 persen akan ditingkatkan menjadi lebih dari 40 persen.
"Sekarang kan 54 persen impor LPG kita dari Amerika dan itu akan kita naikan sekitar 80-85 persen. Kemudian crude oil kita di Amerika itu tidak lebih dari 4 persen, ini kita naikkan menjadi 40 persen lebih. BBM juga demikian, BBM di Amerika itu kan sedikit sekali, nanti detilnya setelah saya akan melakukan pembahasan teknis dengan tim teknis dan Pertamina," ujar Bahlil usai rapat bersama Presiden Prabowo Subianto di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Kamis (17/4).
Bahlil melanjutkan, nilai perdagangan yang akan dilakukan Indonesia dari sektor energi ini diperkirakan mencapai lebih dari USD 10 miliar atau sekitar Rp 168 triliun (kurs Rp 16.833 per dolar AS). "Di atas USD 10 miliar kalau dari sektor BBM. Crude oil, LPG, maupun BBM," tambahnya.
Saat ini, kata Bahlil, proses perundingan masih berlangsung di Amerika Serikat dan dipimpin langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. Ia menyebut bahwa tidak ada penambahan kuota impor, melainkan pengalihan dari negara lain ke Amerika Serikat.
"Sekarang perundingan sedang terjadi di Amerika, Pak Menko Airlangga yang akan memimpin di sana, dan tadi kami melakukan diskusi terus," jelasnya.
"Tidak ada. Kita kan, ini sebenarnya sudah impor. Tapi sebenarnya ini kan adalah sebagian kita beli dari negara-negara di Middle East, di Afrika, kemudian di Asia Tenggara, ini kita switch aja, kita pindah aja ke Amerika, dan itu tidak membebani APBN dan juga tidak menambah kuota impor kita," sambung dia.
Terkait potensi penurunan tarif oleh pemerintah Amerika Serikat, Bahlil menyebut bahwa negosiasi soal tarif masih berjalan.
"Ini kan bagian daripada bagaimana membangun keseimbangan. Kalau dengan harapan neraca perdagangan kita sudah seimbang, bahkan mungkin bisa mereka surplus, katakanlah kalau itu terjadi, harapannya tarifnya diturunkan dong. Kalau tidak diturunkan untuk apa," ungkap dia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) hingga akhir 2024, neraca perdagangan Indonesia dengan AS surplus. Artinya, Indonesia lebih banyak mengekspor barang ke AS, dibandingkan ekspor AS ke Indonesia.
Surplus neraca perdagangan Indonesia-AS sebesar USD 16,08 miliar sepanjang 2024. Adapun total surplus perdagangan nonmigas Indonesia di 2024 sebesar USD 31,04 miliar.
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.