TRIBUN-MEDAN.com - Seorang wanita mendapat kejutan tak terduga di pagi hari pernikahan mantan suaminya.
Pada pukul 05.00 WIB, ia didatangi oleh mantan ibu mertuanya yang datang membawa buku tabungan berisi uang senilai Rp 2 miliar.
Dikutip dai Eva.vn Jumat (18/4/2025), uang itu diserahkan sebagai bentuk permintaan maaf dan penghargaan atas segala pengorbanan yang telah dilakukan mantan menantunya dalam pernikahan yang lalu.
Peristiwa tersebut terjadi tepat di hari yang sama dua tahun setelah perceraian antara perempuan tersebut dan mantan suaminya.
Ironisnya, sang mantan suami memilih tanggal itu untuk menikahi wanita lain, orang yang diketahui menjadi penyebab keretakan rumah tangga mereka.
Perempuan yang enggan disebutkan namanya itu mengungkapkan keterkejutannya ketika membuka undangan pernikahan dan membaca nama mempelai pria.
Ternyata, itu adalah nama mantan suaminya. Ia juga menyadari bahwa tanggal pernikahan tersebut sama dengan tanggal perceraian mereka dua tahun lalu.
“Lelucon macam apa ini? Suatu kebetulan yang begitu tidak disengaja hingga terasa kejam,” ucapnya.
Wanita yang kini hidup bersama dua anaknya itu mengatakan, meskipun ia sudah tidak memiliki perasaan terhadap mantan suaminya, ia tetap merasa terluka karena merasa diperlakukan dengan tidak hormat.
Selain itu, ia juga menyinggung bahwa mantan suaminya menikahi wanita yang diduga menjadi orang ketiga dalam rumah tangga mereka.
Namun di balik kisah menyakitkan tersebut, muncul momen mengharukan dari sosok yang tak terduga yakni mantan ibu mertua.
Wanita lanjut usia itu datang membawa tas kain dan menyerahkan sebuah buku tabungan kepada mantan menantunya.
“Ibu tahu, kamu kehilangan terlalu banyak dalam pernikahan itu. Ini uang tabungan ibu selama 30 tahun. Anggap saja sebagai mas kawin. Ibu tidak bisa mengubah masa lalu, tapi ibu ingin kamu tahu, ibu selalu di pihakmu,” kata sang ibu mertua.
Menurut pengakuan perempuan tersebut, selama pernikahan hingga setelah perceraian, mantan ibu mertuanya selalu bersikap lembut, penuh kasih, dan memperlakukannya seperti anak sendiri.
Ia mengenang masa-masa awal menjadi menantu, saat sang ibu mertua rela menunggu berjam-jam di pasar demi membeli udang segar ketika dirinya sedang mengidam. Kenangan itu tetap membekas, meski pernikahannya sendiri harus berakhir karena perselingkuhan sang suami.
Bahkan setelah perceraian, hubungan dengan sang ibu mertua tidak terputus. Ia rutin datang ke rumah membawa makanan atau mainan untuk cucu-cucunya, dan tetap menyapa dengan hangat.
Pada malam sebelum pernikahan anaknya, sang ibu meminta izin untuk menginap di rumah mantan menantunya. Ia duduk lama di ruang tamu dan menyampaikan bahwa ia tidak bisa memberi restu pada pernikahan itu.
“Aku bukan lagi ibu mertuamu, tapi kamu tetap anak perempuanku,” katanya dengan suara lirih.
Keesokan paginya, sebelum pergi, sang ibu kembali menyampaikan harapannya agar sang mantan menantu bisa menemukan kebahagiaan baru.
Ia bahkan berjanji akan memberikan mas kawin yang lebih besar jika kelak mantan menantunya menikah kembali.
Perempuan itu mengaku tersentuh dan merasa hangat hatinya, meskipun perasaannya masih bercampur antara luka dan haru.
Ia menyadari bahwa hubungan kekeluargaan tidak selalu diikat oleh status hukum, dan ada bentuk kasih sayang yang tetap abadi walau hubungan pernikahan telah berakhir.
“Ada hubungan yang ternyata tidak selesai dengan surat cerai. Ia tetap hadir, diam-diam, seperti naungan yang melindungi dari teriknya matahari,” tuturnya.
(cr31/tribun-medan.com)