TRIBUNNEWS.COM - Pasukan Rusia menyerang pabrik drone atau pesawat nirawak milik Ukraina pada hari Rabu, (16/4/2025).
Di samping itu, Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Rusia mengatakan pasukan Rusia telah menyerang satu landasan udara militer.
Tidak ada rincian mengenai lokasi lokasi serangan itu. Hanya disebutkan serangan itu dilancarkan dengan pesawat, drone, dan pasukan rudal serta artileri.
"Pesawat operasional/taktis, drone serang, pasukan rudal dan artileri dari satuan Rusia menyerang satu infrastruktur landasan udara, satu pabrik drone, satu gudang perahu tak berawak, dan tempat pengerahkan sementara formasi tentara Ukraina dan tentara bayaran asing di 143 area," kata Kemenhan Rusia dikutip dari kantor berita TASS.
Menurut Kemenhan, pasukan pertahanan udara Rusia juga menembak jatuh 204 drone Ukraina pada hari yang sama.
"Pasukan pertahanan udara menghancurkan bom udara JDAM dan tiga roket dari sistem peluncur HIMARS buatan AS, dan 204 drone."
Saat ini Rusia mengklaim sudah menghancurkan 42.293 drone, 661 pesawat tempur, dan 283 helikopter Ukraina.
Di samping itu, Rusia mengaku menghancurkan 601 sistem rudal darat ke udara (SAM), 22.876 tank dan kendaraan lapis baja tempur lainnya, 1.536 peluncur roket, 23.741 artileri dan mortir, dan 32.203 kendaraan bermotor militer sejak perang di Ukraina meletus.
Sementara itu, Ukraina akan membeli banyak sekali drone berjenis first-person-view (FPV) tahun ini.
Dalam laporannya bertanggal 10 Maret, Kementerian Pertahanan Ukraina menyebut pembelian itu adalah bagian dari upaya Ukraina untuk melengkapi militernya dengan teknologi canggih.
Total biaya pengadaan drone itu mencapai $2,6 miliar atau sekitar Rp42 triliun. Sebagian besar dananya diambil dari Badan Pengadaan Pertahanan (DPA).
Kyiv Independent melaporkan drone FPV efektif dan mampu menyerang target secara akurat. Pesawat itu juga terbukti efektif menghancurkan peralatan militer canggih.
Drone FPV berukuran kecil dan harganya murah. Pejabat NATO pernah mengatakan drone yang harganya tak sampai $1.000 itu telah menghancurkan dua pertiga tank-tank Rusia yang bernilai miliaran dolar.
Pada tahun 2023 Ukraina membeli beberpa ribu drone. Setahun berselang Ukraina kembali membali 1,5 juta drone.
Disebutkan sebanyak 96 persen dari drone diproduksi sendiri oleh Ukraina.
Ukraina dan Rusia dilaporkan makin bergantung pada teknologi drone untuk misi pengintaian dan misi pertempuran.
Militer Ukaina mengatakan jumlah target yang dihancurkan Ukraina meningkat 22 persen pada bulan Februari dibandingkan Januari.
Ukraina disebut mempercepat produksi drone jarak jauh. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenksy menargetkan setidaknya 30.000 drone jenis itu diproduksi tahun ini.
Al Jazeera melaporkan Ukraina menjadi importir senjata terbesar di dunia pada periode 2020 hingga 2024. Setelah perang meletus, jumlah impor Ukraina meningkat hingga hampir 100 kali lipat dibandingkan empat tahun sebelumnya.
Ukraina kini mengembangkan industri pertahanannya sendiri guna mengurangi ketergantungan pada sekutunya di Barat.