Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1.151: 3 Perusahaan China Dituding Bantu Produksi Rudal Iskander Rusia
Nuryanti April 19, 2025 02:14 PM

TRIBUNNEWS.COM - Perang Rusia-Ukraina yang dimulai sejak 24 Februari 2022 telah memasuki hari ke-1.151 pada Sabtu (19/4/2025).

Ukraina menjatuhkan sanksi terhadap tiga perusahaan asal China pada Jumat (18/4/2025).

Mereka diduga terlibat dalam rantai produksi rudal Iskander milik Rusia.

Amerika Serikat (AS) disebut-sebut siap mengakui kendali Rusia atas wilayah Krimea sebagai bagian dari perjanjian damai yang lebih luas antara Moskow dan Kyiv.

Rusia dan Ukraina akan melakukan pertukaran tahanan baru pada Sabtu (19/4/2025) berkat mediasi oleh Uni Emirat Arab (UEA), menurut sumber yang dekat dengan proses negosiasi.

Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1.151:

Zelensky Tuduh Tiongkok Bantu Produksi Rudal Rusia yang Serang Ukraina

Pada Kamis (17/4/2025), Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menuduh Beijing memasok artileri dan bubuk mesiu kepada Rusia.

Tudingan ini langsung dibantah oleh pemerintah Tiongkok.

Beijing menegaskan mereka tidak memasok perlengkapan militer ke pihak manapun dalam konflik Ukraina.

Pemerintah Tiongkok juga berulang kali menyatakan bahwa mereka tetap netral dalam perang antara Rusia dan Ukraina.

Ukraina menilai kehadiran entitas Tiongkok dalam rantai pasok senjata Rusia menunjukkan indikasi keterlibatan tidak langsung.

Ukraina Jatuhi Sanksi 3 Perusahaan China

Ukraina kembali menyoroti peran asing dalam serangan Rusia terhadap negaranya.

Dalam pernyataan di platform media sosial X, Zelensky mengungkapkan Ukraina menjatuhkan sanksi terhadap hampir 100 entitas baru, baik individu maupun badan hukum.

“Sebagian besar dari mereka terlibat dalam produksi rudal seperti Iskander, yang digunakan untuk menyerang Kharkiv,” tulisnya, seperti dikutip dari AFP, Jumat (18/4/2025).

Ia menyebut meski sebagian besar entitas tersebut berasal dari Rusia, ada juga yang berbasis di Tiongkok.

Ketiga perusahaan tersebut adalah Beijing Aviation & Aerospace Xianghui Technology, Rui Jin Machinery, dan Zhongfu Shenying Carbon Fiber Xining.

Semua perusahaan itu tercatat berbasis di China.

Mereka masuk dalam daftar sanksi Ukraina yang juga mencakup sejumlah perusahaan Rusia.

Menurut Kyiv, perusahaan-perusahaan tersebut diduga menyediakan komponen atau teknologi yang digunakan Rusia untuk memproduksi rudal Iskander, salah satu senjata canggih yang telah digunakan dalam invasi ke Ukraina.

Langkah ini menjadi bagian dari upaya Ukraina untuk menekan rantai pasokan militer Rusia, terutama setelah semakin seringnya serangan rudal presisi ke wilayah sipil.

Pemerintah Ukraina belum merinci bentuk sanksi yang dijatuhkan, namun biasanya meliputi pembekuan aset, larangan transaksi, dan pemutusan kerja sama bisnis.

Belum ada tanggapan resmi dari pihak perusahaan yang dikenai sanksi maupun dari pemerintah China.

AS Siap Akui Kendali Rusia atas Krimea demi Perdamaian Ukraina

Amerika Serikat disebut-sebut siap mengakui kendali Rusia atas wilayah Krimea sebagai bagian dari perjanjian damai yang lebih luas antara Moskow dan Kyiv.

Laporan ini diungkap oleh Bloomberg News, mengutip sumber yang mengetahui langsung perkembangan tersebut.

Menurut laporan itu, opsi pengakuan Krimea sedang dipertimbangkan di tengah upaya untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung sejak 2022.

Keputusan final terkait sikap resmi Washington disebut belum diambil.

Baik Gedung Putih maupun Departemen Luar Negeri Amerika Serikat belum memberikan komentar atas laporan tersebut.

Rusia dan Ukraina Sepakat untuk Pertukaran Tahanan Baru, Dimediasi Uni Emirat Arab

Pertukaran ini akan melibatkan hampir 500 tahanan dari kedua belah pihak, termasuk 46 tentara yang terluka.

Sumber yang berbicara kepada Reuters mengungkapkan bahwa sekitar 246 tahanan dari masing-masing negara akan dipertukarkan dalam kesepakatan terbaru ini.

Proses pertukaran ini akan dimediasi oleh Abu Dhabi, yang telah memainkan peran penting dalam memperlancar jalur diplomatik antara Rusia dan Ukraina.

Pertukaran tahanan ini diharapkan dapat membantu meredakan ketegangan yang terus meningkat antara kedua negara yang terlibat dalam konflik yang telah berlangsung lebih dari satu tahun.

Proses ini merupakan bagian dari upaya diplomasi internasional untuk mencapai resolusi damai di tengah perang yang sedang berkecamuk.

Trump Bahas Upaya Perundingan Damai Ukraina dalam Percakapan Telepon dengan Keir Starmer

Dikutip dari Suspilne, Trump melakukan percakapan telepon dengan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, yang membahas berbagai isu global penting.

Menurut pernyataan yang dirilis oleh situs web Gedung Putih, topik utama diskusi tersebut mencakup perdagangan bilateral, keamanan regional di Timur Tengah, dan yang paling signifikan, upaya untuk mencapai resolusi damai bagi perang yang sedang berlangsung di Ukraina.

Kedua pemimpin membahas negosiasi yang sedang berlangsung terkait penyelesaian damai konflik di Ukraina, yang telah menjadi fokus besar dalam diplomasi internasional.

Pernyataan tersebut juga menyebutkan bahwa selain masalah Ukraina, diskusi meliputi masalah keamanan di Timur Tengah, yang tetap menjadi isu penting dalam hubungan AS dan Inggris.

Meskipun rincian lebih lanjut mengenai percakapan tersebut belum diungkapkan, pembicaraan ini menunjukkan komitmen kedua negara untuk mendiskusikan solusi terhadap tantangan global yang kompleks.

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.