Trump Putuskan Hasil Nego dalam 2 Bulan, RI Harus Cerdik Mainkan Kartu Tawar AS
kumparanBISNIS April 20, 2025 12:02 PM
Pemerintahan Donald Trump akan memutuskan hasil negosiasi dengan Pemerintah Indonesia dalam 2 bulan. Tarif impor yang rendah menjadi salah satu poin penting yang disampaikan Indonesia dalam negosiasi.
Para menteri Prabowo Subianto juga akan melakukan beberapa pertemuan penting dengan AS di forum internasional agar hasil keputusan dalam negosiasi sesuai keinginan Pemerintah Indonesia.
Ekonom dari CORE Yusuf Rendy Manilet memandang selama menunggu putusan itu, pemerintah harus tetap berhati-hati dan cerdik dalam memainkan posisi tawar AS karena Trump bukan tipe pemimpin yang menyukai hubungan dagang yang terlalu setara.
“Ia (Trump) lebih cenderung mendorong kesepakatan yang menguntungkan AS secara jangka pendek, seringkali dengan tekanan tarif sepihak,” kata Yusuf kepada kumparan, Sabtu (19/4).
Ia melihat kesepakatan yang nantinya paling menguntungkan tentu adalah kesepakatan yang menjaga akses pasar ekspor Indonesia ke AS utamanya untuk produk tekstil, alas kaki, furnitur, dan elektronik ringan, tanpa dibebani tarif tambahan. Secara ideal, Yusuf berharap Indonesia bisa mendapat semacam pengecualian atau perlakuan khusus seperti yang pernah didapat Vietnam dalam sejumlah negosiasi.
Perbesar
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto untuk memimpin Delegasi ke AS, bersama beberapa Pimpinan Kementerian/ Lembaga, yang terkait langsung dengan isu dan kebijakan Tarif Resiprokal AS. Foto: Dok. Kemenko Perekonomian
“Namun, ini hanya mungkin jika kita mampu membuktikan bahwa produk kita tidak mengancam industri domestik AS dan ini tidak mudah. Peluangnya? Jujur, tidak besar. Apalagi jika Trump kembali memakai pendekatan America First,” ujarnya.
Menurutnya peluang hasil negosiasi yang bisa sangat menguntungkan Indonesia cukup kecil karena Indonesia bukan negara dengan kekuatan ekonomi sebesar China atau Uni Eropa. Meski ruang negosiasi Indonesia menurutnya tak luas, Yusuf bilang tetap ada celah.
“Misalnya, jika kita bisa menawarkan kerja sama strategis di sektor-sektor yang sedang jadi perhatian AS, seperti bahan baku untuk transisi energi atau semikonduktor, maka kita bisa menukar itu dengan insentif tarif,” kata Yusuf.
Dalam 60 hari negosiasi, Yusuf berharap Indonesia tidak hanya menjaga kepentingan untuk tetap dapat mengakses pasar AS tapi juga melindungi dan memastikan pasar domestik tetap kompetitif untuk produk dalam negeri.
Di samping itu, Direktur Eksekutif CELIOS, Bhima Yudhistira melihat beberapa peluang dari negosiasi yang dapat memberi keuntungan bagi Indonesia. Beberapa keuntungan tersebut di antaranya adalah kerja sama mineral kritis, baik nikel, tembaga dan bauksit.
“Selama ini peran perusahaan AS baik sebagai investor dan pembeli produk mineral kritis Indonesia masih rendah. Sementara 90 persen ekspor nikel olahan Indonesia ke China,” kata Bhima.
Dengan begitu Indonesia akan diuntungkan karena efek diversifikasi tujuan ekspor dan investor dengan masuknya AS. Apalagi menurut Bhima perusahaan AS relatif lebih baik dari sisi tata kelola lingkungan dan perlindungan pekerja.
Sebelumnya, tim yang dipimpin Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan didampingi oleh Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono dan Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional Marie Elka Pangestu sudah bertemu dengan Secretary of Commerce Howard Lutnick dan US Trade Representative (USTR) Jamieson Greer.
Ada beberapa hal yang menjadi bahan negosiasi mulai dari Indonesia yang akan meningkatkan pembelian energi dari AS seperti LPG, minyak mentah, dan bensin (gasoline) sampai rencana meningkatkan produk agrikultur meliputi gandum, kedelai, susu kedelai, serta meningkatkan pembelian barang-barang modal dari AS.
Indonesia juga akan memberikan kemudahan perizinan hingga insentif perpajakan kepada perusahaan AS yang ingin beroperasi di dalam negeri. Namun Airlangga tidak merinci besaran insentif tersebut.