Bersitegang dengan China, AS-Filipina Gelar Latihan Perang
GH News April 21, 2025 04:06 PM

Militer Filipina dan Amerika Serikat memulai latihan militer gabungan yang akan mensimulasikan "skenario pertempuran skala penuh". Latihan ini disebut-sebut sebagai latihan pertahanan di tengah ketegangan yang sedang berlangsung dengan China.

Latihan yang akan berlangsung selama tiga minggu ini, dilakukan seiring kedua sekutu tersebut berusaha menghalangi ambisi pemerintah China di Laut China Selatan yang disengketakan.

Sekitar 17.000 tentara diperkirakan akan ambil bagian dalam latihan tahunan "Balikatan", atau "bahu-membahu" tersebut. Latihan ini untuk pertama kalinya akan mencakup simulasi pertahanan udara dan rudal terpadu yang akan dihadiri oleh Presiden Filipina Ferdinand Marcos.

Senjata-senjata canggih AS termasuk sistem rudal antikapal NMESIS yang "sangat mudah dibawa" juga akan dikerahkan, termasuk di dekat titik sempit penting di perairan yang memisahkan Filipina utara dari Taiwan.

"Kami tidak hanya akan menunjukkan keinginan kami untuk menegakkan perjanjian pertahanan bersama yang telah ada sejak 1951, tetapi juga kemampuan kami yang tak tertandingi untuk melakukannya," kata Letnan Jenderal Korps Marinir AS James Glynn pada hari Senin di upacara pembukaan Balikatan di Manila pada Senin, dilansir kantor berita AFP, Senin (21/4/2025).

"Tidak ada yang membangun ikatan lebih cepat daripada kesulitan bersama," tambahnya, tanpa menyebutkan lebih detail.

Mayor Jenderal Filipina Francisco Lorenzo menambahkan latihan tersebut akan memperkuat kemampuan negara untuk mengatasi "tantangan keamanan kontemporer".

Filipina telah terlibat dalam konfrontasi selama berbulan-bulan dengan China atas wilayah yang disengketakan di Laut China Selatan.

Filipina telah terus memperdalam kerja sama pertahanan dengan sekutu perjanjian Amerika Serikat sejak Marcos menjabat pada tahun 2022, dan mulai menolak klaim besar-besaran China atas jalur air penting tersebut.

Selama kunjungan baru-baru ini ke Manila, Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth mengatakan Washington "menggandakan" aliansi tersebut.

"Pencegahan diperlukan di seluruh dunia, tetapi khususnya di kawasan ini, di negara Anda -- mengingat ancaman dari Komunis China," katanya pada akhir Maret lalu.

Sementara sebagian besar pasukan yang terlibat dalam Balikatan akan berasal dari Amerika Serikat, negara-negara lain termasuk Australia dan Jepang juga mengirimkan kontingen yang lebih kecil.


© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.