Paus Fransiskus Wafat, Umat Katolik dan Romo di Bintan-Tanjungpinang Ikut Berduka
Dewi Haryati April 21, 2025 10:18 PM

BINTAN, TRIBUNBATAM.id - Umat Katolik di Tanjungpinang dan Bintan, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) menyampaikan duka mendalam atas wafatnya Paus Fransiskus.

Bagi umat, Paus Fransiskus bukan hanya sebagai pimpinan umat Katolik di dunia, namun Paus merupakan sosok pemersatu dan sederhana. 

Paus merupakan sosok yang dekat dan dicintai masyarakat Indonesia. 

Seorang umat Bintan, Yulistiana mengucapkan duka cita yang mendalam atas wafatnya Paus.

"Saya sedih. Ternyata pertemuan di Jakarta kala itu jadi momen terakhir saya lihat langsung Paus, meski posisinya jauh," kata Yulistiana, Senin (21/4/2025).

Menurutnya, Paus berhati Bapa yang memperhatikan anak-anaknya.

Paus selalu menebar perdamaian. Pesan kemanusiaan dan saling menghormati itu yang disampaikan olehnya. 

Duka yang sama juga disampaikan oleh Kepala Pastor Paroki Hati Santa Maria Tak Bernoda (HSMTB) Tanjungpinang, Romo Agustinus Dwi Pramodo.

"RIP Paus Fransiskus. Seluruh hidupnya didedikasikan untuk melayani Tuhan dan Gereja-Nya," kata Pramodo, Senin (21/4/2025).

Paus mengajarkan umat Katolik untuk menghayati nilai-nilai Injil dengan kesetiaan, keberanian dan kasih universal.

Terutama yang berpihak pada mereka yang paling miskin dan terpinggirkan. 

Wafatnya Paus selain membawa kesedihan mendalam, tetapi juga syukur karena umat memiliki teladan hidup beriman yang nyata yaitu Paus fransiskus.

"Saya sempat berfoto dan berjabat tangan dengan beliau ketika kunjungan ke Jakarta. Tangannya sangat lembut dan rendah hati," kata Romo.

Kala itu, Paus hanya tersenyum lebar penuh dengan sukacita. 

Ucapan serupa juga disampaikan Kepala Pastor Paroki St. Yohanes Don Bosco Tanjunguban, Romo Lucius Poya Hobamatan, Pr. 

"Paus Fransiskus selamat jalan. Dia diberikan Tuhan untuk menggembalakan Gereja di saat yang tepat," sebut Romo Poya.

Gereja sebagai Saksi Kristus yang bangkit bagi dunia adalah pusat dari seluruh kegembalaannya, yang ditampakkan dalam empat perhatian serius. 

Pertama, perhatian kepada mereka yang miskin dan terpinggirkan. Kedua, hubungan antar agama demi meningkatkan kemanusiaaan. 

Ketiga, klerus yang berspiritual dan bukan berklerikal. Keempat Gereja yang  berlumpur dan berdarah-darah.

(TRIBUNBATAM.id/ Ronnye Lodo Laleng)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.