Semangat Kartini dan Cerita 4 Sosok (S)Heroes ShopeeFood di Balik Kemudi & Dapur
kumparanWOMAN April 21, 2025 11:00 PM
Perempuan selalu punya cara sendiri untuk berkarya dan berdaya. Lis Giyartini, Setiawati, Experina Dewi, dan Asla Abidah adalah bukti dari hal itu. Mereka adalah sosok-sosok garda depan dari aplikasi ShopeeFood. Lis dan Tia, adalah mitra pengemudi ShopeeFood, sedangkan Dewi dan Asla merupakan pengusaha kuliner Gamchi dan Sushi Me, Merchant ShopeeFood.
Berikut kisah mereka selengkapnya.

Mencari Peluang di Jalanan Ibu Kota Bersama ShopeeFood

(Lis Giyartini, mitra pengemudi ShopeeFood. Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
(Lis Giyartini, mitra pengemudi ShopeeFood. Foto: Istimewa
Lis (50) adalah ibu tunggal yang sejak 2020 menjalani profesi sebagai kurir pesan antar makanan. "Kalau ditanya kenapa berani menjalani profesi ini ya alasannya karena anak-anak, untuk menafkahi anak-anak," tuturnya dengan lugas. Lis memiliki empat putri, dua di antaranya masih usia sekolah. Ia juga turut mengasuh seorang cucu yang masih berusia 9 bulan.
Serupa dengan Lis, Setiawati (32) atau yang lebih akrab dipanggil Tia juga merupakan ibu tunggal sejak putrinya berusia empat tahun. Demi anak, Tia dengan senang hati menjalani profesi ini.

Bangga Jalani Pekerjaan dengan Kemandirian

Lis dan Tia juga mengaku bangga jadi mitra pengemudi ShopeeFood. Meski profesi kurir online masih identik dengan pekerjaan laki-laki, namun hal itu tidak menyurutkan semangat kedua perempuan ini.
Bagi Lis yang merupakan tulang punggung keluarga, pekerjaan ini membuatnya mandiri secara finansial sehingga bisa memberikan yang terbaik bagi putri dan cucu-cucunya. Ia mampu membesarkan dan menyekolahkan mereka tanpa bergantung pada orang lain.
Setiawati, mitra pengemudi ShopeeFood. Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Setiawati, mitra pengemudi ShopeeFood. Foto: Istimewa
Tia pun merasakan hal yang sama. Ditambah, fleksibilitas waktu yang ditawarkan profesi ini memberikan keleluasaan untuk tetap menjalankan perannya sebagai ibu sekaligus mengurus orang tuanya yang sedang sakit. "Bangga banget sama profesi ini. Alhamdulillah bisa buat memenuhi kebutuhan dan menghidupi anak," ujar Tia.
Meskipun tak jarang Lis dan Tia juga harus berhadapan dengan tantangan. Misalnya jalanan macet di Jakarta yang tidak bisa diprediksi atau ketika harus mengantarkan makanan di daerah yang kurang familiar.
Selain itu, mereka juga harus pintar-pintar mengatur waktu dengan urusan keluarga. “Saya ngambil orderan biasanya kalau udah kelar nganter anak sekolah. Kalau pas posisi anak sekolah libur, ya saya pagi. Kalau pas saya ngalong, pulang kan jam 5 pagi. Jadi sampai rumah saya bangunin bocah sekolah, terus saya antar, istirahat. Nah ntar jam 10 pagi baru nyalain aplikasi lagi,” cerita Lis.
Keduanya mengaku aktif dalam komunitas sebab di situlah mereka mendapatkan dukungan, dan merasa aman. Lis merupakan anggota ShopeeFood Lady Jaktim serta Lintas Klender Solid (LKS) sementara Tia aktif di komunitas ShopeeFood Lady Jakpus. "Komunitas itu penting banget sih karena sangat kekeluargaan," kata Tia.
(S)heroes ShopeeFood. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
(S)heroes ShopeeFood. Foto: Dok. Istimewa
Sementara buat Lis, keberadaan komunitas tidak hanya sebagai tempat bertemunya para rekan seprofesi. Komunitas menjadi tempat berbagi informasi soal kondisi jalan hingga informasi pelatihan dari ShopeeFood.
Ketika ada masalah di jalan, komunitas juga menjadi sumber pertolongan pertama yang sigap membantu. Komunitas juga jadi wadah untuk berbagi cerita suka dan duka serta menemukan teman seperjuangan dalam profesi ini.
Selain komunitas, apresiasi juga jadi hal penting buat Lis dan Tia. Salah satunya yaitu apresiasi berupa bintang lima di aplikasi. Buat Lis, bintang lima adalah cerminan kualitas pelayanan yang ia lakukan dan menjadi modal penting untuk mendapatkan orderan selanjutnya. Sementara bagi Tia, ucapan terima kasih, semangat, dan tip dari pelanggan diakuinya membuatnya senang dan dihargai.
Setiawati, mitra pengemudi ShopeeFood. Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Setiawati, mitra pengemudi ShopeeFood. Foto: Istimewa
Sejak memilih profesi ini, Lis dan Tia merasakan perubahan positif dalam diri mereka. Yang dulunya tidak terlalu mengenal jalanan ibu kota, kini mereka jadi hafal sampai ke "lubang semut". Keduanya juga menjadi lebih terbuka dan memiliki banyak teman dari berbagai kalangan. Mereka membuktikan bahwa perempuan bisa berperan sebagai pencari nafkah.
“Perempuan bukan orang lemah. Jangan mikir, ‘aku perempuan, gak bisa apa-apa.’ Enggak. Buktinya saya hidup sendiri, masih bisa bagi waktu nyari duit, urus anak, urus rumah. Jadi jangan anggap kita perempuan itu lemah,” ujar Lis.

Kesamaan Warna Oranye yang Jadi Pertanda Kolaborasi Baik

Experina Dewi Samsu Wibowo - Direktur Utama & Founder PT. Makmur Cipta Rasa (Gamchi & Groove). Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Experina Dewi Samsu Wibowo - Direktur Utama & Founder PT. Makmur Cipta Rasa (Gamchi & Groove). Foto: Istimewa
Semangat yang sama juga terpancar dari para perempuan yang membangun bisnis kuliner dari nol. Contohnya adalah Experina Dewi Samsu Wibowo, inovator di balik potato cheese bread Gamchi, dan Asla Abidah, Founder dan Owner Sushi Me yang tak hanya berhasil membangun usaha untuk diri sendiri, namun dapat memberikan kontribusi ekonomi dan sosial bagi lingkungan sekitar.
Experina Dewi Samsu Wibowo - Direktur Utama & Founder PT. Makmur Cipta Rasa (Gamchi & Groove). Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Experina Dewi Samsu Wibowo - Direktur Utama & Founder PT. Makmur Cipta Rasa (Gamchi & Groove). Foto: Istimewa
Kejelian Dewi dalam membaca tren Korean food di pasar Indonesia menjadi awal terciptanya Korean potato cheese bread, Gamchi. Di tengah kondisi ekonomi yang lesu pasca-COVID 19, Gamchi resmi hadir di April 2022, diawali dengan toko daring di Kebayoran dan toko luring pertama di Tebet.
Dewi tak hanya ingin menjadikan Gamchi sebagai bisnis kuliner semata, namun visi besarnya ia ingin berkontribusi menciptakan lapangan kerja. Dari yang awalnya hanya berupa cloud kitchen kecil dengan tiga karyawan, kini Gamchi bertransformasi menjadi jaringan kuliner yang cukup besar.
“So far, Alhamdulillah kita sudah punya 58 outlet dengan 237 pegawai yang tersebar di pulau Jawa, Sumatera, dan Bali,” ujar Dewi bangga.
Dalam perjalanannya membangun Gamchi, Dewi memutuskan untuk ikut bergabung dalam ekosistem pesan antar makanan ShopeeFood. Ia melihat Shopee sebagai platform online dengan jangkauan pasar yang luas dan dapat melengkapi keberadaan gerai fisik Gamchi. Kesamaan warna oranye antara Gamchi dan Shopee pun dianggap Dewi sebagai pertanda baik untuk kolaborasi yang sukses.
Seiring waktu, bergabung dengan ShopeeFood terbukti memberikan dampak positif yang signifikan bagi bisnis Gamchi. Dewi mengakui bahwa platform ini membantu menjangkau pasar yang lebih luas. Dukungan promosi dari Shopee di media sosial juga turut mendongkrak penjualan online Gamchi sekitar 15-20%.
Dewi juga berkomitmen untuk memberikan dampak positif bagi lingkungan sekitar. Buktinya, Gamchi berhasil memberdayakan masyarakat dengan memprioritaskan perekrutan karyawan dari berbagai latar belakang di central kitchen dan memiliki program CSR yang aktif menyalurkan bantuan ke panti asuhan.

Dari dapur di rumah, jadi sushi yang digemari semua kalangan

Asla Abidah - Founder & Owner Sushi Me. Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Asla Abidah - Founder & Owner Sushi Me. Foto: Istimewa
Asla Abidah adalah sosok di balik usaha Sushi Me. Ide usaha ini berawal di tahun 2020, Asla merasa kesulitan saat mau menikmati sushi di restoran karena kegiatan di luar rumah jadi terbatas akibat pandemi covid-19.
Namun di sisi lain, Asla menyadari bahwa sushi identik dengan makanan mewah. Ia pun akhirnya memutuskan untuk membuat sushi dengan harga yang lebih terjangkau sehingga bisa dinikmati oleh semua kalangan.
Asla lalu mencoba belajar membuat sushi secara otodidak. Ia melakukan berbagai percobaan di rumah, meminta pendapat suami dan keluarga, hingga akhirnya memberanikan diri untuk berjualan online di ShopeeFood, setahun setelah Sushi Me diluncurkan, yakni pada tahun 2021.
Sejak bergabung dengan ShopeeFood, Asla merasakan perubahan yang signifikan dalam bisnisnya. Dari dapur rumahan, kini Sushi Me telah berkembang menjadi delapan outlet dengan 38 karyawan dalam kurun waktu lima tahun. Ini artinya, kehadiran Sushi Me mampu membuka lapangan pekerjaan dan memberdayakan supplier lokal.
Harapan Asla untuk Sushi Me sederhana namun mendalam. “Semoga bisnis ini berumur panjang dan memberikan manfaat bagi dirinya, keluarga, karyawan, dan orang-orang di sekitarnya,” doanya.
Asla Abidah - Founder & Owner Sushi Me. Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Asla Abidah - Founder & Owner Sushi Me. Foto: Istimewa
Sebagai seorang perempuan yang berdaya dan mampu menjalankan bisnis sendiri, Asla merasa sangat bersyukur dan menekankan pentingnya dukungan dari orang-orang terdekat dan apresiasi dari pelanggan. Pesannya bagi para perempuan lain yang memiliki impian untuk memulai bisnis adalah untuk tidak takut mencoba dan tidak menunggu sempurna untuk memulai.
“Perempuan punya mimpi dan kita berhak mewujudkan mimpi kita,” ujarnya.
Kisah Lis, Tia, Dewi, dan Asla adalah cerminan semangat Kartini masa kini—perempuan tangguh yang jadi pahlawan dalam kehidupan sehari-hari. Didukung oleh komunitas serta platform seperti ShopeeFood, perjuangan mereka menuju kemandirian ekonomi bukan hanya membuahkan hasil, tapi juga menginspirasi banyak orang.
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.