TRIBUNNEWS.COM - Sosok Mohammad Wahyu Ferdian menjadi sorotan setelah insiden puluhan siswa Cianjur keracunan makanan.
Mohammad Wahyu Ferdian atau akrab disapa Wahyu adalah Bupati Cianjur.
Bupati Cianjur yang mendengar kabar 70 siswa dari dua sekolah mengalami keracunan mengaku kaget.
Lantas siapa sosok Bupati Cianjur Mohammad Wahyu Ferdian?
Sebelumnya diberitakan, 70 siswa MAN 1 Cianjur dan SMP PGRI 1 Cianjur mengalami keracunan setelah menyantap hidangan Makan Bergizi Gratis (BMG).
Bupati Cianjur kemudian menginstruksikan Puskesmas untuk siaga dan berkoordinasi dengan sekolah terkait.
"Kita sudah menginstruksikan setiap puskesmas untuk siaga dan terus berkoordinasi dengan pihak sekolah. Sekolah juga sudah diminta untuk melakukan pendataan kepada para korban," ucap Wahyu, dikutip dari TribunJabar.id, Selasa (22/4/2025).
Ia juga mengaku terkejut atas peristiwa puluhan siswa yang keracunan ini.
"Saya cukup sedih dan kaget, anak-anak kita harusnya sekolah, malah mendapat musibah seperti ini," katanya.
Selain itu, ia menuturkan, pihak-pihak terkait tengah melakukan penyelidikan soal penyebab puluhan siswa keracunan.
"Beberapa sampel makanan serta muntahan dari korban keracunan, akan diteliti untuk mendapatkan sumber penyebabnya," katanya.
Mengutip TribunBengkulu, Mohammad Wahyu Ferdian, yang akrab disapa Wahyu, lahir di Subang pada 27 November 1988.
Ia dikenal sebagai seorang dokter spesialis obstetri dan ginekologi (Obgyn) yang aktif berpraktik di RSUD Sayang, Cianjur.
Selain meniti karier di bidang medis, Wahyu juga memiliki latar belakang keluarga yang cukup dikenal di dunia pemerintahan lokal.
Ia merupakan menantu dari Tjetjep Muchtar Soleh, Bupati Cianjur dua periode (2006–2016), serta adik ipar dari Irvan Rivano Muchtar, yang juga pernah menjabat sebagai Bupati Cianjur (2016–2021).
Pendidikan kedokterannya dimulai di Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani), tempat ia menyelesaikan program sarjana pada tahun 2006.
Ketertarikannya terhadap bidang kebidanan dan kandungan membawanya melanjutkan pendidikan spesialis di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) pada tahun 2014.
Tak hanya fokus pada pendidikan klinis, Wahyu juga memperluas keilmuannya dengan meraih gelar Magister Manajemen Rumah Sakit.
Menariknya, ia juga mendalami bidang hipnosis dan hipnoterapi, dibuktikan dengan gelar CH (Certified Hypnotherapist) dan CHt (Certified Hypnotherapy Trainer) yang ia miliki.
Karier profesionalnya di dunia medis dimulai sebagai dokter umum di RSUD Sayang pada tahun 2012.
Setelah menuntaskan pendidikan spesialis, ia kembali mengabdi di rumah sakit yang sama sebagai dokter spesialis Obgyn, serta melayani pasien di RSUD Bhayangkara Cianjur.
dr. Mohammad Wahyu Ferdian, S.Ked, MM, Sp.OG, CH, CHt, terus melayani masyarakat dengan keahlian medis yang ia miliki, sekaligus membawa pendekatan alternatif melalui keilmuannya di bidang hipnoterapi.
Diberitakan TribunJabar, Wakil Kepala Sekolah bidang Humas MAN 1 Cianjur, Rahman Jaenudi, menuturkan dari data yang ia peroleh, ada 55 siswa yang alami keracunan.
"Sebagian besar siswa yang mengalami gejala sempat menjalani perawatan di rumah sakit sudah pulang. Namun masih ada beberapa siswa yang masih dirawat," katanya saat dihubungi TribunJabar.id, Selasa (22/4/2025).
Ia menuturkan, sebagian siswa telah diperbolehkan pulang dari rumah sakit setelah mendapatkan perawatan.
"Sampai saat ini jumlah siswa yang masih menjalani perawatan di rumah sakit sebanyak 5 orang. Sebagian besarnya sudah diizinkan pulang," katanya.
Dihubungi di kesempatan berbeda, Kepala SMP PGRI 1 Cianjur, Rika Mustikawati menuturkan, di sekolahnya ada 23 siswa yang alami gejala keracunan.
Dari 23 siswa, tiga di antaranya dirawat di rumah sakit.
"Sejak semalam kita sudah menerima laporan soal siswa yang mengalami keracunan. Hingga kini pun kita terus berkomunikasi dengan para orang tua siswa," katanya.
Ia juga menuturkan, para guru juga ikut menyantap hidangan MBG.
Tiga orang guru pun alami gejala keracunan ringan.
"Ada tiga guru yang mengalami keracunan, tapi kondisinya ringan, sehingga bisa ditangani secara mandiri di rumah," katanya.
Badan Gizi Nasional (BGN) akan menyelidiki penyebab keracunan puluhan siswa MAN 1 dan SMP PGRI 1 Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, setelah menyantap makanan di program Makan Bergizi Gratis (MBG).
"Saat ini kami sedang melakukan pemeriksaan terkait dugaan penyebab keracunan, apakah berasal dari MBG atau bukan" ujar Kepala BGN, Dadan Hindayana, dalam keterangan resmi, Selasa (22/4/2025).
Dadan belum dapat memastikan apakah keracunan terjadi akibat menu makanan yang dibagikan dari program pemerintah tersebut. Kendati demikian, pihaknya masih menunggu hasil lab yang tengah dilakukan timnya untuk mengetahui penyebab keracunan tersebut.
"Kami turut menyampaikan rasa empati dan berharap seluruh siswa segera pulih. Keselamatan dan kesehatan anak-anak adalah prioritas utama kami," jelas dia.
Berdasarkan laporan, saat ini sampel MBG yang dimasak hari Senin (21/04/2025) telah dikirimkan ke Lab Kesda Provinsi setempat dan hasilnya akan keluar dalam rentang waktu sepuluh hari ke depan.
Menurut keterangan dari perwakilan SPPG, makanan yang diolah juga telah memenuhi standar dan telah melewati proses sebagaimana mestinya.
"Kami sedang menunggu hasil Lab Kesda Provinsi dari sampel yang sudah dikirimkan. Kami akan update infonya pada kesempatan pertama setelah hasil lab. keluar," tegasnya.
Sebagai langkah preventif, BGN akan meningkatkan pengawasan standar penyimpanan makanan di dapur MBG. Melakukan proses penyempurnaan sistem berskala nasional.
Kemudian, mendorong transparansi jadwal menu harian melalui kanal digital. Serta meningkatkan kapasitas pelatihan keamanan pangan bagi seluruh penyedia MBG.
( Chrysnha, Renald, Nitis Hawaroh)(TribunBengkulu.com