Soal Kasus Keracunan MBG di Cianjur, Polisi Periksa 10 Orang hingga Menyita Wadah Makanan
Bobby Wiratama April 24, 2025 04:31 AM

TRIBUNNEWS.COM - Sebanyak puluhan siswa mengalami gejala keracunan setelah mengonsumsi makanan dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Cianjur, Jawa Barat.

Imbas kasus keracunan ini, Satreskrim Polres Cianjur memeriksa 10 orang.

Kasat Reskrim Polres Cianjur, AKP Tono Listianto mengatakan, setelah adanya laporan keracunan terhadap puluhan siswa, tim Satreskrim Polres Cianjur dan Polsek setempat mendatangi lokasi kejadian untuk melakukan olah TKP.

"Kita juga mengumpulkan bahan keterangan di lapangan, dan menyita beberapa sampel makanan yang diduga menjadi penyebab keracunan terhadap sejumlah korban," ujarnya di Mapolres Cianjur, Rabu (23/4/2025).

Selain itu, pihaknya berkoordinasi dengan sejumlah pihak terkait lainnya, seperti Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cianjur dan Labkesda Provinsi Jawa Barat untuk mengirimkan sampel makanan yang telah disita.

"Sejauh ini kami sudah meminta klarifikasi kepada pihak terkait, ada 10 orang yang sudah dimintai keterangan, mulai dari penanggung jawab CV, Kepala Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Kecamatan Cianjur, Ahli Gizi SPPG, staf tiga orang, tim pengemas, dan dua orang kurir atau pengantar makan," tuturnya.

Tono mengatakan, dalam penanganan kasus ini, pihaknya mengedepankan praduga tak bersalah, serta menunggu hasil uji laboratorium yang sedang dilakukan.

"Sehingga kita belum bisa menyimpulkan apakah memang karena makanan tersebut, atau ada hal yang lainnya." 

"Nanti kita informasikan kembali apabila sudah ada hasil pemeriksaan dari laboratorium," ucapnya.

Amankan Wadah Makanan

Pihak Satreskrim Polres Cianjur juga mengamankan barang bukti berupa tempat makan berbahan plastik dan stainless.

Tempat itu menjadi wadah makanan yang disantap siswa sehingga berujung mual dan muntah.

Tono menyebut, berdasarkan hasil pemeriksaan, pendistribusian makanan dalam program MBG memakai kemasan berbahan plastik dan stainless.

"Barang bukti berupa tempat makan tersebut ada lima buah, terdiri atas tiga kemasan yang terbuat dari plastik, dan dua berbahan stainless." 

"Barang bukti ini kita amankan untuk kepentingan pendalaman," ujar Tono.

Menurutnya, rata-rata korban yang mengalami gejala keracunan itu mengonsumsi makanan dalam tempat makan yang terbuat dari plastik.

"Tentunya ini bagian dari proses pemeriksaan dan penyelidikan. Nantinya dari pihak laboratorium atau ahli terkait akan dimintai klarifikasi, apakah memang tempatnya, karena panas dan seterusnya, masih didalami juga," ucapnya.

Tono menyebut, mengenai standardisasi proses pengolahan sampai penyaluran MBG sudah ada standard operating procedure (SOP) oleh pihak terkait.

"Untuk standar bakunya ada, seperti makannya seperti apa, dan teknis lain pun telah ada." 

"Tapi kan kejadian ini sudah terjadi, berarti apakah SOP tersebut dilakukan atau tidak, nah ini proses kita untuk melakukan pendalaman," terangnya.

Berdasarkan hasil pemeriksaan, dapur Limbangansari mendistribusikan makanan sebanyak 2.700 paket ke tujuh sekolah.

(Deni)(TribunJabar.id/Fauzi Noviandi)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.