TRIBUNNEWS.COM - Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) K.H. Marsudi Syuhud memberikan tanggapan atas munculnya kritik pemerintah dengan narasi seperti Indonesia gelap.
Marsudi mengajak masyarakat tetap optimistis dalam keadaan saat ini.
Menurut Marsudi, keseimbangan antara keinginan dan kenyataan menjadi kunci dalam menghadapi keterbatasan sumber daya.
Karena pada dasarnya keinginan manusia tidak terbatas sementara kemampuan atau resource sering kali terbatas.
Hal itu juga berlaku dalam kondisi global dengan keadaan saat ini.
"Bagaimana menyeimbangkan antara keinginan tadi dan keadaannya, lha Presiden Prabowo Subianto dalam konteks itu," ungkap Marsudi dalam Sapa Indonesia Petang Kompas TV, Kamis (24/4/2025).
Menurut Marsudi, narasi seperti Indonesia gelap muncul ketika keinginan masyarakat tidak sejalan dengan kondisi riil, terutama saat menghadapi tekanan ekonomi atau penurunan pendapatan.
"Maka ayo optimis, kelola yang seadanya ini, sambil kita bersyukur kepada Allah, lakukan optimisme saja, kita optimis membangun ke depan," pesannya.
Marsudi juga meminta pemerintah senantiasa memberikan penjelasan kepada masyarakat terkait kondisi yang ada.
"Yang penting sampaikan ke publik sampai mengerti, paham. Agar jangan sampai publik menginstal dalam pikirannya yang terus menerus yang gelap, gelap, gelap. Kalau yang diinstal itu terus, akan mempengaruhi banyak orang," ungkapnya.
Menurutnya, lebih baik berfokus pada solusi menghadapi kesulitan, bukan menyebarkan ketakutan.
Lebih lanjut, Marsudi juga menyebut publik boleh menyampaikan kritik asalkan kritik yang membangun dan bukan menyebarkan kebencian.
"Selama kita bersatu dalam konteks untuk menuju tujuan, bersama-sama, saya yakin akan nyampai targetnya," ungkap Marsudi.
Sementara itu dalam kesempatan yang sama, pakar komunikasi politik Universitas Indonesia, Aditya Perdana, menyatakan Presiden Prabowo memiliki sumber daya yang kuat, baik politik maupun kelembagaan.
Hal itu dinilai mampu memberikan peluang besar untuk merealisasikan berbagai janji dan program kerja.
“Keberhasilan Presiden Prabowo merangkul berbagai kekuatan politik menjadi modal strategis dalam mempercepat pembangunan dan menciptakan stabilitas pemerintahan ke depan,” ucap Aditya.
Aditya menilai tingginya ekspektasi masyarakat terhadap program-program pemerintah harus dikelola dengan komunikasi yang jujur mengenai tantangan yang dihadapi agar tidak menimbulkan bias dan kekecewaan.
"Pengakuan Presiden atas kelemahan komunikasi publik pemerintah merupakan bentuk kedewasaan politik, dengan komitmen untuk terus mengevaluasi dan menyempurnakan strategi komunikasi bersama jajaran kabinet," ujarnya.
Para tokoh bangsa diharapkan dapat mengimbau masyarakat untuk menjaga harmoni, mencegah polarisasi, dan memperkuat semangat kebangsaan.
Pemerintah juga perlu menginisiasi pertemuan rutin dan berkelanjutan dengan kelompok masyarakat, guna membangun harmonisasi dan kepercayaan publik secara menyeluruh
"Persatuan dan keguyuban seluruh elemen bangsa akan menjadi kekuatan utama dalam menghadapi berbagai tantangan dan dinamika kebangsaan," katanya.
(Gilang Putranto)