Kenzha Walewangko seorang mahasiswa Universitas Kristen Indonesia (UKI) ditemukan tewas di area kampus pada Maret 2025 lalu. Kasus tewasnya Kenzha diselidiki polisi, hasilnya kasus ini disetop karena tidak ada muatan tindak pidana.
Kenzha ditemukan tewas pada malam Selasa 4 Maret 2025 lalu. Beredar kabar Kenzha tewas dikeroyok. Namun, pada awal penyilidikan polisi belum bisa menyimpulkan apa sebenarnya penyebab kematian korban.
Polisi sudah melakukan prarekonstruksi terkait peristiwa tersebut. Prarekonstruksi tersebut digelar di tempat kejadian perkara (TKP) area taman kampus UKI, Cawang, Jakarta Timur, pada Rabu (26/3) lalu.
Kegiatan prarekonstruksi dihadiri pihak kampus UKI, serta keluarga dan kerabat korban. Total ada 70 adegan yang direka ulang para saksi dalam kegiatan prarekonstruksi ini.
Akhirnya, polisi tidak menemukan tindak pidana dalam kasus meninggalnya Kenzha. Ahli forensik juga mengungkapkan penyebab tewasnya Kenzha. Berikut temuannya:
|
Berdasarkan penyelidikan, polisi tidak menemukan unsur pidana dalam peristiwa tewasnya Kenzha Walewangko. Penyelidikan kasus tersebut kini dihentikan.
"Tidak dapat ditingkatkan penyelidikannya ke tahap penyidikan," kata Kapolres Metro Jakarta Timur Kombes Nicolas Ary Lilipaly kepada wartawan, Jumat (25/4).
Nicolas mengatakan kesimpulan tersebut didapat melalui gelar perkara yang dilakukan penyidik Satreskrim Polres Metro Jakarta Timur pada Selasa (15/4) lalu. Gelar perkara dihadiri juga oleh Itwasda hingga Bid Propam Polda Metro Jaya.
Penyidik menyajikan hasil penyelidikan berupa keterangan saksi, keterangan ahli, hingga hasil autopsi terhadap korban. Adapun, penyelidikan dihentikan lantaran kasus kematian korban bukan merupakan tindak pidana.
"Dengan alasan bahwa peristiwa tersebut yang dilaporkan bukanlah merupakan suatu tindak pidana. Untuk itu penyelidikan akan menghentikan proses penyelidikan dan akan melengkapi administrasi penghentian penyelidikan," ujarnya.
Nicolas kemudian menjelaskan beberapa temuan selama penyelidikan dilakukan. Pertama, tidak ada darah pada baut yang ditemukan di lokasi kejadian. Sementara, bercak darah di pipa paralon tidak bisa dianalisis.
"Pada barang bukti berupa lima buah spek darah yang diambil dari pipa paralon yang berada di selokan tempat korban jatuh dilakukan pemeriksaan DNA dan mendapatkan hasil bahwa pada swab tersebut terdapat darah tetapi tidak berhasil dianalisis karena mengalami kerusakan DNA," kata Nicolas.
Hal itu terjadi karena hujan yang mengguyur pada hari tewasnya Kenzha. Hujan dinilai membuat kondisi bekas darah yang ditemukan tidak dapat dianalisis dengan maksimal.
"Kami jelaskan di sini bahwa memang pada saat itu kondisi cuaca pada saat itu juga hujan jadi ini yang menyebabkan pemeriksaan DNA tidak mendapatkan hasil yang maksimal," ujarnya.
Nicolas juga menjelaskan rekaman CCTV di sekitar lokasi kematian korban. Berdasarkan rekaman, terlihat korban terjatuh sendiri 2 kali yang diduga akibat pengaruh minuman keras. Korban juga terlihat memukul salah satu saksi mahasiswa di lokasi.
Rekaman CCTV juga memperlihatkan korban dipapah temannya usai pesta miras ke arah pintu keluar parkir kampus. Nicolas mengatakan tidak ada kamera CCTV yang menyorot ke arah pagar ujung dan selokan tempat Kenzha terjatuh.
"Tidak ada kamera CCTV yang merekam ke arah pagar ujung dekat pintu perpustakaan dan jalan tempat korban terjatuh di dalam got atau selokan kering tersebut ataupun pada saat korban memegang dan menggoyangkan pagar tersebut," tuturnya.
Berdasarkan keterangan sekuriti kampus, menurut Nicola, Kenzha menggoyangkan sendiri pagar sebelum akhirnya terjatuh ke dalam selokan. Luka-luka yang ada pada tubuh korban diduga disebabkan korban terjatuh ke selokan.
"(Saksi) menyatakan bahwa korban berdiri memegang kedua tangannya memegang besi dan menggoyangkan besi, akhirnya besinya itu lepas, korban jatuh bersama-sama dengan besi ini ke dalam selokan, dan yang menolong korban itu adalah dua orang sekuriti yang mengangkat korban," jelasnya.
|
Dokter forensik RS Polri Arfiani Ika Kusumawati mengungkap penyebab kematian Kenzha. Berdasarkan temuan, kondisi korban dalam pengaruh tinggi alkohol hingga terjatuh dan sulit bernapas.
"Korban tersebut di dalam pengaruh alkohol yang sangat besar jadi dia tidak bisa bangun secara seperti orang kalau tidak dalam kondisi pengaruh alkohol tinggi. Jadi makannya saya pikir meninggalnya adalah karena mekanisme dia susah bernapas pada saat dia posisi terjatuh," kata Arfiani Ika Kusumawati kepada wartawan.
Ika mengatakan luka terbuka pada kepala Kenzha diduga bukan menjadi penyebab utama kematiannya. Kondisi tersebut diperparah dengan korban yang tidak sadarkan diri lantaran pengaruh minuman keras.
"Ditambah lagi pengaruh alkohol, ditambah lagi ternyata ketika beliau terjatuh ada luka di kepala yang tadi saya sebutkan. Memang ada luka terbuka, tapi kalau luka tersebut berdiri sendiri itu tidak menyebabkan kematian," ujarnya.
Selai itu, berdasarkan pemeriksaan, ditemukan kandungan alkohol dalam dosis tinggi pada lambung Kenzha tapi dosisnya rendah di darah yang mempengaruhi kesadaran korban.
"Alkohol yang dikonsumsi oleh korban itu kan ditemukan dosisnya sangat tinggi di lambung. Tapi dosisnya sangat rendah di darah," kata Ika.
Ika mengatakan perbedaan dosis tersebut menandakan korban mengonsumsi alkohol dalam jumlah besar. Hal tersebut membuat kesadaran Kenzha menurun.
"Itu berarti korban tersebut mengonsumsi alkohol yang dalam jumlah besar yang dia menurunkan kesadarannya," ujarnya.
|
"Sangat tidak terbuka terhadap pihak keluarga, bagaimana proses perkara yang ada di Jakarta Timur itu dilakukan atau diproses oleh penyidik," kata tim kuasa hukum keluarga Kenzha, Manotar Tampubolon, di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (25/4).
Manotar menganggap Polres Jakarta Timur mengingkari hasil autopsi yang dilakukan RS Polri. Manotar menganggap Polres Jaktim terlalu gampang membuat kesimpulan soal kematian Kenzha.
"Polres Jakarta Timur terlalu sepele dan terlalu mengingkari sebuah nyawa seorang anak manusia yang sudah melayang dengan mengatakan itu akibat alkohol," ujarnya.
Manotar mengkritisi penghentian penyelidikan kasus itu. Manotar mengatakan masih ada saksi kunci yang tak diperiksa polisi.
Sementara itu, syah Kenzha, Eben Haezar Happy Walewangko, menilai penanganan kasus putranya tak dilakukan secara transparan. Eben menyebut Polres Jaktim menganggap kasus ini kecelakaan.
"Kapolres Jakarta Timur sudah mengambil keputusan bahwa ini adalah kecelakaan. Padahal dia belum melakukan lidik," kata Eben.
"Polres Jakarta Timur itu merekayasa kasus karena dianggap kecelakaan, padahal ini murni pengeroyokan," sambungnya.
Eben menunjukan sejumlah gambar yang disebutnnya diduga bekas kekerasan di tubuh Kenzha. Mulai dari bekas yang disebutnya tapak sepatu hingga lebam-lebam di tubuh Kenzha.
"Ini ada (bekas) tapak sepatu ini, sampai berbekas. Apakah ini yg dinamakan kecelakaan. Ini tapak sepatu yang mungkin gerakan yang saya tidak tahu ini sangat sadis ini. Sampai tapaknya masih melekat, sampai biru-biru ini di tubuh," ujar Eben.