Pameran 'Nest To Meet You' di Bantul, Fotografer Anang Batas Buka Ruang Kritik
GH News April 28, 2025 09:04 AM

TIMESINDONESIA, BANTUL – Kegiatan bertajuk Menelanjangi Anang Batas dalam karya 'Nest To Meet You' digelar pada Minggu (27/4/2025) di Sangkring Art Space, Jalan Nitiprayan No 88 RT 01/RW 20, Sanggrahan, Ngestiharjo, Kasihan, Kabupaten Bantul.

Acara ini menghadirkan empat narasumber, yakni Prof. Dr. Paschalis Maria Laksono, MA (pakar Antropologi), Prof. Ir. Ign. Pramana Yuda, M.Si., Ph.D (Konservasi), Risman Marah (Fotografi), serta Dr. Suwarno Wisetrotomo, M.Hum. (Dekan Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta).

Selain mendengarkan paparan para narasumber, audiens yang hadir diberi kesempatan untuk memberikan apresiasi terhadap karya foto 'Nest To Meet You' berupa masukan, kritikan, bahkan bentuk ekspresi lain seperti bully-an atau hujatan.

Anang Batas, selaku kreator karya, menyampaikan bahwa acara ini memang bertujuan membuka ruang kritik seluas-luasnya.

"Ini lebih kepada narasumber ataupun audiens mengkritisi karya-karya saya. Mau memberi apresiasi monggo, kritikan monggo, masukan monggo, bahkan mencaci juga monggo. Membully pun boleh terhadap karya yang saya pamerkan," ujar Anang.

"Audiens mau mencaci atau menghujat juga ora opo-opo. Saya sudah menyiapkan mental untuk menerima berbagai masukan, sebagai bahan pembelajaran ke depan, bukan hanya untuk saya, tetapi untuk kita semua," tuturnya.

Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta, Suwarno Wisetrotomo, menilai tema yang diangkat Anang Batas menarik dan penting. Ia menyebut, ini merupakan kesempatan bagi sebuah bidang seni untuk menjamah kepentingan lain, yaitu konservasi.

"Temanya menarik dan penting. Saya kira ini kesempatan sebuah bidang seni menjamah kepentingan lain, konservasi. Saya kira itu menarik, karena yang kurang dari kita sampai hari ini menurut saya adalah perlintasan bidang," kata Suwarno.

Menurut Suwarno, bidang konservasi selama ini berjalan lurus saja tanpa banyak pendekatan baru. Namun, kali ini konservasi bertemu dengan cara dari dunia fotografi.

 "Fotografi mungkin sekarang ini asyik sendiri dengan bidang seni fotografi, tapi tidak memberikan fungsi. Nah, kali ini menurut saya, Anang Batas 'gangguan' kepada kita semuanya bisa dipertemukan perihal konservasi," ujarnya.

Suwarno menilai potensi karya Anang Batas bisa mengingatkan publik tentang pentingnya kesadaran terhadap alam, konservasi, dan krisis iklim.  "Dampaknya bisa ke mana-mana. Dalam pandangan saya, pameran ini penting, bagaimana alam mendapatkan perhatian dari semua pihak," tuturnya.

Ia menambahkan bahwa dirinya banyak melihat contoh seniman yang fokus pada tema seperti Anang Batas. Di bidang seni rupa lain, sejumlah seniman telah menunjukkan kepedulian pada problem krisis iklim, ekologi, dan lingkungan.

"Kalau bidang seni rupa yang lain, misalnya, tentunya ada sejumlah seniman yang peduli pada problem-problem krisis iklim, problem-problem ekologi, problem-problem lingkungan, ada," jelas Suwarno.

Namun, menurut Suwarno, di bidang fotografi, Anang Batas termasuk salah satu yang fokus secara khusus mengolah tema konservasi. Meski demikian, ia menilai perluasan medium karya Anang masih kurang.

"Menurut saya yang kurang dari Anang adalah perluasan mediumnya. Dengan perluasan medium, maka kampanye itu akan sampai, akan lebih punya cara, akan lebih punya alat untuk memperluas sasarannya," ungkapnya.

Suwarno menilai, jika karya hanya berhenti pada cetakan foto atau t-shirt, maka upaya kampanye tersebut masih belum cukup.

"Kalau hanya berhenti pada cetak foto atau t-shirt, itu belum cukup. Menurut saya harus benar-benar digerakkan oleh bidang lain, oleh disiplin lain, untuk diamplifikasi. Isunya diledakkan, ada problem serius di lingkungan, ekologi, konservasi. Itu yang saya kira belum optimal dilakukan," tandasnya. (*)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.