BANJARMASINPOST.CO.ID, BARABAI- Petani di Telaga Sari, Kelurahan BIrayang, Kecamatan Batangalai Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah mengakui, keberadaan penyuluh pertanian sangat penting.
Khususnya dalam mendampingi tak hanya teknis bertani, tapi juga memberikan informasi perkembangan teknologi pertanian, mengatasi masalah hama penyakit serta produktiftas hasil pertanian.
Petani yang juga Ketua Gapoktan Telaga Sari, Marsimun kepada banjarmasinpost.co.id, Senin (28/4/2025) mengatakan, penyuluh dibutuhkan, biasanya jika petani meminta informasi maupun rekomendasi. Seperti perstisida jenis apa yang sesuai untuk membasmi hama, bibit yang ditanam, serta konsultasi masalah pertanian lainnya.
“DIdesa kami hanya ada satu orang penyuluh, yang bertugas di dua Desa, sehingga tidak maksimal dalam melakukan pembinaan dan pendampingan,”katanya. Dijelaskan, di Telaga Sari, ada dua Gapoktan dengan jumlah kelopok tani 4 dan 5 kelompok. Ditambah satu Kelompok Wanita Tani (KWT). Satu kelompok tani rata-rata berjumlah 20 petani, atau total jumlah 80 dan 100 orang di 2 Gapoktan.
Adapun total luas lahan pertanian di desa itu kurang lebih 40 hektare, menurut Marsimun semuanya tergarap oleh petani. Adapun masalah yang sering dihadapi, adalah hama tikus, dan burung manyar. Biasanya di atasi masing-masing petani secara tradisional. Seperti pemasangan bunyi-bunyian di sawah, atau memasang pita perak.
Mengenai peran penyuluh, Marsimun menyatakan, masih sekitar 60 persen dalam membantu petani. Namun, pihaknya bisa memaklumi, karena cakupan tugasnya cukup luas, di dua desa wilayah Kecamatan BAS tersebut. “Iddealnya, satu desa satu penyuluh biar fokus. Sebab, petani, khususnya di desa kami membutuhkan pendampingan maksimal,”katanya.
Djelaskan, saat ini masih banyak petani gaptek, sehingga butuh bimbingan yang intens. Termasuk mengubah pola pikir petani yang kadang masih ada yang enggan berorganisasi, seperti tidak mau bergabung kelompok tani. Padahal, bantuan pemerintah, jelas dia sering dikucurkan melalui kelompok, bukan per orangan.
Marsimun juga menyebut, saat ini masalah umum yang dihadapi petani adalah terkait soal produktivitas yang berkurang. Dia menyatakan, hal itu karena penggunaan pupuk kimia, yang justru merusak struktur tanah dan mengganggu keseimbagnan unsur haranya. Sementara, saat ini petani sudah tergantung pupuk kimia.
Selain itu, petani juga membutuhkan petugas penyuluh organisme tanaman , karena satu kecamatan, hanya ada satu petugas tersebut. Masalah lainnya, yang sering dihadapi adalah hama penggangu dan perusak, seperti tikus, dan burung manyar. “Kami berharap, jika nanti penyuluh langsung di Kementerian pertanian, dan ditempatkan hanya di satu desa agar lebih aktif lagi turun ke lapang. Membantu petani, baik diminta maupun tidak diminta petani,”pungkasnya. (banjarmasinpost.co.id/hanani)