BANJARMASINPOST.CO.ID, MARTAPURA - Warga Desa Tiwingan Lama, Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, mengeluhkan sulitnya mendapatkan sinyal telepon seluler di daerah mereka.
Keluhan tersebut disampaikan langsung oleh Julpani, Pembakal (Kepala Desa) Tiwingan Lama, yang merasa prihatin dengan kondisi warganya, terutama mengingat potensi besar desa tersebut sebagai destinasi wisata populer di Kalsel.
Tiwingan Lama terletak di kawasan Pelabuhan Waduk Riam Kanan, sebuah wilayah yang dikenal dengan panorama alamnya yang memukau dan berbagai objek wisata air yang banyak dikunjungi wisatawan lokal maupun dari luar daerah.
Sayangnya, meski memiliki daya tarik pariwisata yang kuat, infrastruktur telekomunikasi di wilayah ini dinilai masih jauh dari memadai.
"Setiap hari warga kami mengeluhkan sulitnya berkomunikasi menggunakan ponsel. Jangankan untuk mengakses internet, untuk sekadar menerima atau melakukan panggilan saja sering kali harus mencari lokasi tertentu yang dapat menangkap sinyal," ungkap Julpani ketika ditemui di Balai Desa Tiwingan Lama, Selasa (29/4/2025).
Menurutnya, kondisi ini tidak hanya menghambat aktivitas sehari-hari warga, tetapi juga berdampak pada sektor pariwisata desa.
Banyak pengunjung yang merasa kecewa karena sulit mengakses layanan digital saat berwisata di Tiwingan Lama, mulai dari memesan layanan online, membagikan pengalaman liburan di media sosial, hingga berkoordinasi dengan pihak keluarga atau rekanan mereka.
"Pariwisata saat ini sangat bergantung pada kemudahan akses informasi dan komunikasi. Ketika pengunjung tidak bisa mendapatkan sinyal, itu menjadi catatan negatif bagi pengalaman mereka di sini," lanjut Julpani.
Ia menambahkan, berbagai upaya telah dilakukan pihak desa untuk mengajukan permintaan pembangunan infrastruktur telekomunikasi kepada pihak-pihak terkait, termasuk operator jaringan dan pemerintah daerah. Namun, hingga saat ini belum ada realisasi konkret.
Warga setempat pun merasakan langsung dampak dari buruknya sinyal ini, terutama dalam hal pendidikan daring, perdagangan online, dan bahkan situasi darurat yang memerlukan komunikasi cepat. Siti Aisyah, salah satu warga, menuturkan.
"Anak-anak kami yang butuh akses internet untuk belajar sering kali harus pergi ke daerah lebih tinggi atau menumpang ke rumah kerabat yang kebetulan dapat sinyal lebih baik."
Sejalan dengan itu, para pelaku usaha pariwisata lokal, seperti pengelola penginapan dan penyedia jasa wisata air, mengaku kehilangan peluang untuk mempromosikan layanan mereka secara digital karena keterbatasan jaringan.
Melihat kondisi ini, Julpani berharap pemerintah provinsi maupun pusat dapat segera mengambil langkah konkret untuk memperbaiki kondisi jaringan di Tiwingan Lama.
Ia yakin, dengan dukungan infrastruktur komunikasi yang lebih baik, desa mereka dapat berkembang menjadi salah satu pusat wisata unggulan di Kalimantan Selatan.
"Kami percaya Tiwingan Lama memiliki potensi besar. Tapi tentu saja, kemajuan ini tidak bisa lepas dari dukungan infrastruktur, termasuk jaringan telekomunikasi yang memadai," pungkas Julpani.
Dengan perkembangan pariwisata dan teknologi yang begitu pesat, akses terhadap layanan komunikasi bukan lagi sekadar kebutuhan tambahan, melainkan kebutuhan mendasar bagi masyarakat, termasuk di daerah pedesaan seperti Tiwingan Lama.
Bukan hanya di kawasan pelabuhan. Namun juga di Kawasan Tiwingan lainnya yakni di Objek Wisata Bukit Batu juga susah sinyal.
"Iya nih, sudah dua hari ini susah sinyal. Biasanya ada tembus kartu Simpati, tapi sinyal nggak stabil juga," kata Khulaifi warga di Bukit Batu.
(Banjarmasinpost.co.id/Nurholis Huda).