Bagaimana Cara Menyesuaikan Pesan Persuasif agar Lebih Relevan dengan Kebutuhan Konsumen yang Sering Merasa Kekurangan Waktu?
Moh. Habib Asyhad April 29, 2025 11:34 AM

Artikel ini tentang bagaimanacara menyesuaikan pesan persuasif agar lebih relevan dengan kebutuhan konsumen yang sering merasa kekurangan waktu. Semoga bermanfaat.

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com -Ada yang bilang, dalam dunia pemasaran pelanggan atau konsumen itu raja. Karena itulah kita harus melayani mereka sebaik mungkin, bagaimanapun caranya, termasuk ketika mereka sedang sangat sibuk.

Salah satu cara yang bisa kita lakukan adalah dengan pendekatan-pendekatan atau pesan-pesan persuasif. Lalu bagaimana cara menyesuaikan pesan persuasif agar lebih relevan dengan kebutuhan konsumen yang sering merasa kekurangan waktu?

Untuk menyesuaikan pesan persuasif agar lebih relevan dengan konsumen yang merasa kekurangan waktu, fokus pada pesan yang ringkas, jelas, dan langsung. Gunakan bahasa yang mudah dimengerti, hindari jargon teknis, dan tampilkan manfaat produk atau layanan secara langsung. Prioritaskan informasi penting dan hindari detail yang tidak relevan.

Berikut adalah beberapa cara spesifik untuk menyesuaikan pesan persuasif:

1. Ringkas dan Jelas

Gunakan bahasa yang sederhana. Hindari kata-kata yang bertele-tele atau rumit. Pastikan pesan mudah dipahami dalam waktu singkat.

Fokus pada manfaat utama. Jelaskan bagaimana produk atau layanan dapat membantu konsumen mengatasi masalah atau memenuhi kebutuhan mereka dengan cepat dan mudah.

Gunakan contoh atau ilustrasi yang relevan. Contoh yang singkat dan jelas dapat membuat pesan lebih mudah diingat dan dipahami.

2. Gunakan Call to Action yang Kuat

Beri arahan yang jelas: Tentukan apa yang ingin Anda lakukan setelah konsumen menerima pesan (misalnya, beli sekarang, daftar, kunjungi website).

Gunakan bahasa yang persuasif: Kata-kata seperti "dapatkan sekarang," "jangan lewatkan," atau "terbatas" dapat mendorong konsumen untuk bertindak segera.

Buat proses yang mudah: Pastikan konsumen mudah mengakses informasi lebih lanjut atau bertindak sesuai dengan arahan.

3. Sesuai dengan Platform dan Saluran Komunikasi

Pilih media yang tepat: Pesan yang disajikan di media sosial mungkin berbeda dengan pesan yang disajikan di email atau iklan cetak.

Sesuaikan format pesan: Video pendek, infografis, atau meme mungkin lebih efektif dalam menyampaikan pesan yang ringkas dan menarik.

Perhatikan panjang pesan: Pesan di media sosial sebaiknya pendek dan padat, sedangkan pesan di email atau iklan cetak bisa lebih panjang.

4. Perhatikan Psikis Konsumen

Gunakan storytelling: Ceritakan kisah yang relevan dengan produk atau layanan Anda untuk membangun kepercayaan dan menarik perhatian.

Gunakan bahasa tubuh yang positif: Jika Anda berkomunikasi secara langsung, pastikan Anda tersenyum dan menggunakan bahasa tubuh yang ramah dan percaya diri.

Berikan rasa eksklusif atau urgensi: Tawarkan diskon, penawaran terbatas, atau hadiah eksklusif untuk mendorong konsumen bertindak cepat.

5. Evaluasi dan Tingkatkan

Pantau kinerja pesan: Gunakan metrik seperti tingkat klik, tingkat konversi, atau ulasan pelanggan untuk melihat seberapa efektif pesan Anda.

Uji coba berbagai pesan: Gunakan berbagai format, bahasa, dan call to action untuk melihat mana yang paling efektif.

Sesuaikan pesan berdasarkan hasil evaluasi: Jangan takut untuk mengubah pesan atau strategi Anda jika tidak memberikan hasil yang diinginkan.

Kenapa kita harus mengakomodasi kebutuhan konsumen atau pelanggan?

Dalam dunia bisnis, pemahaman tentang perilaku konsumen merupakan kunci utama bagi keberhasilan strategi pemasaran. Memahami bagaimana dan mengapa konsumen membuat keputusan pembelian merupakan langkah penting untuk mengembangkan produk dan layanan yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pasar.

Menurut Philip Kotler dalam bukunya Prinsip-prinsip Pemasaran (2000), seorang pakar pemasaran terkemuka, perilaku konsumen merujuk pada segala aktivitas yang terlibat saat individu atau kelompok memilih, membeli, menggunakan, atau membuang produk, jasa, ide, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka.

Konsep ini menyoroti pentingnya memahami dinamika dan motivasi yang mendasari setiap tindakan konsumen, serta bagaimana pengaruh dari berbagai faktor dapat membentuk preferensi dan keputusan pembelian.

MengutipPenpoin, perilaku konsumen yang terkait dengan pembelian terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:

1. Pembelian rutin atau kebiasaan

Pembelian rutin atau kebiasaan adalah jenis perilaku konsumen di mana individu atau kelompok melakukan pembelian secara berulang tanpa memerlukan pertimbangan yang mendalam. Biasanya, pembelian ini dilakukan untuk produk-produk sehari-hari yang diperlukan secara teratur.

Contohnya, pembelian bahan makanan pokok, produk kebersihan seperti sabun atau deterjen, atau bahkan produk-produk kebutuhan pribadi seperti pasta gigi. Keputusan pembelian dalam kategori ini seringkali didasarkan pada kebiasaan atau preferensi yang sudah mapan, tanpa adanya evaluasi yang menyeluruh terhadap opsi produk yang ada di pasaran.

2. Pembelian berdasarkan informasi

Jenis perilaku ini melibatkan konsumen yang melakukan pembelian setelah mencari informasi yang cukup terkait dengan produk atau layanan yang ingin dibeli. Biasanya, konsumen akan melakukan riset terlebih dahulu untuk membandingkan berbagai opsi produk, mengevaluasi fitur dan manfaatnya, serta mempertimbangkan faktor-faktor seperti harga, kualitas, dan reputasi merek.

3. Pembelian impulsif

Perilaku ini ditandai oleh keputusan pembelian yang diambil secara tiba-tiba atau impulsif, seringkali dipicu oleh dorongan emosional atau rangsangan dari lingkungan sekitar. Konsumen yang melakukan pembelian impulsif cenderung tidak melakukan pertimbangan yang matang terkait dengan produk atau layanan yang akan dibeli, melainkan lebih dipengaruhi oleh dorongan saat itu juga.

Biasanya, pembelian ini terjadi untuk produk-produk yang bersifat menggoda atau memiliki daya tarik visual yang kuat, seperti makanan ringan, permen, atau barang-barang kecil di kasir toko.

Kotler menjelaskan bahwa perilaku konsumen dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk budaya, sosial, pribadi, dan psikologis. Berikut penjelasannya:

1. Faktor budaya

Budaya, norma, nilai, dan kepercayaan yang dianut dalam suatu masyarakat dapat memengaruhi preferensi dan keputusan pembelian konsumen. Perbedaan budaya antar kelompok sosial atau antar negara juga memainkan peran penting dalam membentuk perilaku konsumen.

2. Faktor sosial

Interaksi sosial dengan keluarga, teman, atau kelompok sebaya dapat memberikan pengaruh signifikan terhadap preferensi dan keputusan pembelian konsumen. Opini dan rekomendasi dari orang-orang di sekitar seringkali menjadi pertimbangan penting dalam proses pembelian.

3. Faktor pribadi

Karakteristik pribadi seperti usia, jenis kelamin, pendapatan, pendidikan, atau status sosial juga turut memengaruhi perilaku konsumen. Misalnya, preferensi dan kebiasaan konsumsi dapat berbeda antara generasi milenial dan generasi X.

4. Faktor psikologis

Motivasi, persepsi, sikap, dan belajar juga mempengaruhi bagaimana konsumen menafsirkan informasi dan membuat keputusan pembelian.

Itulah artikel tentang bagaimanacara menyesuaikan pesan persuasif agar lebih relevan dengan kebutuhan konsumen yang sering merasa kekurangan waktu. Semoga bermanfaat.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.