Harga Kelapa Naik Karena Diekspor, Paling Banyak Diborong China
kumparanBISNIS May 03, 2025 09:20 PM
Harga kelapa bulat merangkak naik sejak akhir tahun lalu. Kenaikan ini dipicu oleh sejumlah faktor seperti ekspor, penurunan produksi akibat El Nino, hingga kebutuhan pasar global yang tinggi.
Harga kelapa bulat di tingkat pasaran mencapai Rp 25 ribu per butir. Sementara harga rata-rata normal atau sebelum kenaikan Rp 8 ribu per butir.
Kebutuhan pasokan global membuat Indonesia mengekspor kelapa butir ke berbagai negara. Pasar utama ekspor kelapa bulat yaitu China.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), pada Februari 2025 ekspor kelapa bulat (segar) meningkat 29,84 persen (Month to Month/MoM). Ekspor tersebut paling banyak ke China dan Vietnam.
Ekspor kelapa segar ke China pada Februari 2025 mencapai 68.065 ton dengan nilai USD 29,5 juta. Pangsa pasar lainnya yaitu Vietnam, Thailand, dan Malaysia yang masing-masing sebanyak 2.180 ton, 550 ton, dan 280 ton.
Data BPS ini diperkuat dengan data dari media China, Xinhuanet yang mencatat Bea Cukai China mengumumkan izin ekspor kelapa segar dari Indonesia pada November 2024.
Ekspor kelapa dari Indonesia merupakan hasil dari kerja sama ekonomi dan perdagangan kedua negara yang semakin dalam di tahun ini. Hal ini bersamaan dengan peringatan 75 tahun pembentukan hubungan diplomatik antara RI dan China.
Menurut statistik Bea Cukai China, pada periode Januari-Februari 2025, volume ekspor kelapa segar senilai USD 172,57 miliar yuan, naik 4,7 persen dari tahun ke tahun.
Perbesar
Petani mengupas dan mengumpulkan buah kelapa yang baru dipanen di Desa Leungah, Aceh Besar, Aceh, Kamis (24/4/2025). Foto: Irwansyah Putra/ANTARA FOTO
Sementara itu volume perdagangan bilateral antara Tiongkok dan Indonesia melebihi 1 triliun yuan (sekitar USD 138,72 miliar) untuk pertama kalinya pada tahun 2024.
Dalam beberapa tahun terakhir, Tiongkok telah menunjukkan tren kenaikan impor kelapa segar. Pasar impornya menjadi semakin terdiversifikasi, sekarang termasuk Thailand, Vietnam, dan Kamboja.
Permintaan pasar China yang besar menyediakan ruang ekspor yang luas untuk kelapa dari Indonesia, yang merupakan salah satu produsen kelapa terbesar di dunia.
Kesepakatan Ekspor Kelapa Segar Indonesia-China
Perbesar
Presiden Prabowo Subianto menyalami Presiden Xi Jinping sebelum menyaksikan MoU antara kedua negara di Balai Besar Rakyat, Beijing, China pada Sabtu (9/11/2024). Foto: Desca Lidya Natalia/Antara
Pada 8-9 November 2024 di Beijing, Presiden Prabowo dan Presiden China XI Jinping menghasilkan 7 kesepakatan kerja sama. Salah satu dari 7 kesepakatan itu adalah Protokol Persyaratan Fitosanitari untuk Ekspor Buah Kelapa Segar dari Indonesia ke Tiongkok
Berikut rincian 7 Kesepakatannya:
1. Protokol Persyaratan Fitosanitari untuk Ekspor Buah Kelapa Segar dari Indonesia ke Tiongkok;
2. Pedoman Kerja Teknis untuk Mempromosikan Perikanan Tangkap Berkelanjutan;
3. Memorandum Saling Pengertian tentang Penguatan Kerja Sama Ekonomi Biru;
4. Memorandum Saling Pengertian tentang Kerja Sama Sumber Daya Mineral;
5. Memorandum Saling Pengertian tentang Kerja Sama Mineral Hijau;
6. Memorandum Saling Pengertian tentang Kerja Sama Bidang Sumber Daya Air; dan
7. Memorandum Saling Pengertian tentang Kerja Sama Penilaian Kesesuaian.
Presiden Prabowo juga turut menyaksikan penandatanganan sejumlah nota kesepahaman (MoU) dengan nilai mencapai 10,07 miliar dolar AS (setara dengan 157,64 Triliun Rupiah) yang menunjukkan komitmen Indonesia dan Tiongkok untuk memperluas kerja sama investasi di berbagai sektor yang sejalan dengan program prioritas pemerintah, antara lain energi terbarukan, transformasi digital, industri kimia, otomotif, dan kesehatan.
Produksi Dalam Negeri Terganggu
Perbesar
Seorang pengepul menata kelapa dagangannya di Pasar Basah Mandonga, Kendari, Sulawesi Tenggara, Rabu (16/4/2025). Foto: Andry Denisah/ANTARA FOTO
Ketua Harian Himpunan Pengelolaan Kelapa Indonesia (HIPKI), Rudy Handiwidjaja, membenarkan harga kelapa bulat naik setidaknya sejak pertengahan tahun 2024 lalu. Kini harganya sudah menembus Rp 25.000-30.000 per butir, dari kondisi normal Rp 8.000-10.000 per butir.
"Di pasar tradisional sudah semahal itu, dari Rp 8.000, Rp 10.000, naik pelan-pelan menjadi Rp 16.000, Rp 20.000, sekarang sudah Rp 20.000 sampai Rp 25.000, bahkan ada yang Rp 30.000," ungkapnya saat dihubungi kumparan, Sabtu (3/5).
Rudy menjelaskan mahalnya kelapa bulat ini dipengaruhi kondisi kemarau yang lebih panjang imbas El Nino pada tahun lalu. Akibatnya, cikal bakal buah kelapa banyak yang rontok sehingga hanya sedikit buah yang bisa berkembang.
Faktor selanjutnya, lanjut dia, adalah seretnya pasokan kelapa bulat yang melanda seluruh dunia. Akhirnya negara seperti China, Filipina, Thailand, hingga Malaysia ramai-ramai mengimpor kelapa dari Indonesia. Hal ini ditambah animo konsumsi kelapa yang semakin tinggi untuk gaya hidup.
"Mereka akan membeli kelapa di Indonesia, dia akan kejar sampai mereka dapat. Harga berapa pun akan dibeli. Ya, karena itu di industri juga terasa, kemudian di masyarakat juga, konsumen-konsumen yang dari pasar-pasar tradisional itu juga mereka terasa," tegas Rudy.